Fitri kembali melanjutkan hidupnya seperti sebelumnya. Melakukan pekerjaannya demi sekedar untuk bertahan dan menyambung hidup meskipun itu adalah pekerjaan yang haram.
Sesekali saat berjalan di keramaian, Fitri masih bisa mendengar orang-orang berbisik-bisik sambil memperhatikannya.
"Eh, itu bukannya cewek pelakor yang lagi viral di sosmed itu ya?"
"Ah, masak sih, mana-mana coba gue lihat?"
"katanya dia kan emang pec*n, jangan salahin ceweknya lah, dasar suaminya aja yang kegatelan!"
"Iya juga yah, sialnya aja ke gap sama istri sah, mana pake direkam pula, nggak kebayang gimana malunya keluarganya punya anak begitu!"
Fitri hanya memalingkan wajah dan meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan orang-orang yang tengah asyik bergunjing di depannya. Apa hak mereka berbicara tentang dirinya? Kenal pun tidak.
Di malam hari, Fitri kembali mendapatkan pelanggan yang harus dilayaninya. Pekerjaannya yang memang kotor takkan terganggu dengan gosip murahan semacam itu.
Kali ini Fitri menilai pelanggannya bersikap lebih lembut dan tidak banyak tingkah. Fitri yang sedang merasa lelah pun memilih tidak terlalu bertingkah nakal. Sesi percintaan mereka berlangsung datar dan dalam durasi yang cukup singkat. Dan lelaki itu pun terlihat gelisah.
"Sejak kapan kamu menekuni pekerjaaan seperti ini?"
Tanya lelaki itu begitu selesai mengenakan pakaiannya.
Fitri yang juga sedang mengenakan pakaiannya sambil membelakangi pria itu menoleh ke arah si pria yang ternyata sedang menatap kosong ke depan.
"Untuk apa anda bertanya?", Fitri justru menjawab dengan sebuah pertanyaan. Sebab dirinya tak yakin bahwa laki-laki itu benar-benar peduli.
"Aku hanya penasaran saja, kamu terlihat masih muda dan cantik. Sebenarnya bagaimana gadis-gadis muda sepertimu bisa memulai pekerjaan semacam ini. Apakah kalian benar- benar putus asa atau sekedar ingin mendapatkan uang dengan cara yang mudah?"
"Hahaha..."
Fitri hanya tertawa sumbang, tak berminat menjawab pertanyaan klasik itu.
"Maaf, aku tak bermaksud menghinamu...aku punya seorang putri dan harus membesarkannya seorang diri, aku hanya takut bila tidak bisa mendidiknya dengan baik...", Ucap lelaki itu dengan pandangan menerawang.
Fitri menatap laki-laki dan bisa melihat kesungguhan dari ucapannya.
"Kami tentu memiliki alasan yang berbeda-beda untuk melakukan pekerjaan ini, mungkin salah satunya seperti yang anda sebutkan tadi dan ada pula yang karena terjebak keadaan. Tapi apapun itu aku mengakui bahwa pekerjaan kami tak bisa dibenarkan. Tapi anda tak perlu terlalu khawatir tentang putri anda. Dan hal pertama yang harus anda lakukan adalah memberikan contoh yang baik, misalnya dengan tidak datang ke tempat seperti ini..."
"Hahaha, seorang pelac*r bisa juga menasehatiku agar tidak menggunakan jasanya..."
Lelaki itu tertawa dengan satir.
Fitri membiarkan saja pria itu dengan tingkahnya, sementara dirinya lebih memilih untuk berkemas.
"Kalau sudah selesai tolong berikan bayaranku!",
"Maaf-maaf kenapa kamu sensitif sekali, jangan buru-buru, aku masih butuh teman malam ini..."
Fitri hanya diam, bergeming di tempatnya. Dia cukup sadar diri bahwa bukan dirinya lah yang berhak menentukan kapan pertemuan harus dia akhiri.
"Belum lama istriku meninggal, aku sangat mencintainya. Banyak hal berubah selepas kepergiannya dan aku merasakan bebanku begitu berat. Aku hanyalah laki-laki normal yang juga butuh pelepasan. Apa ini begitu salah?"
"Semua orang pasti melakukan kesalahan, dan kita sendirilah yang akan menanggung akibat dari kesalahan yang kita buat..."
"Ya...dan ternyata sangat melelahkan saat berusaha menjadi sosok yang sempurna di depan seseorang..."
"Maksudmu putrimu?"
Pria itu mengangguk, lalu mengecek ponselnya.
"Ayo kita pulang bersama, kita bisa meneruskan obrolan sambil keluar, apa kamu keberatan?"
"Baiklah, aku tidak punya alasan untuk keberatan..."
Akhirnya keduanya berjalan bersama keluar dari kamar hotel.
"Kalau aku terus mengajakmu mengobrol apa aku harus membayarmu lebih?"
"Tidak perlu, itu sudah termasuk service yang kuberikan pada pelanggan, sebab memang banyak diantara para pria butuh teman untuk bicara dengan lebih bebas, sebab saat dirumah mereka merasa dikekang..."
"Baguslah, terimakasih banyak...aku merasa lebih baik setelah bicara denganmu, meski obrolan kita mungkin tidak begitu menyenangkan bagimu.."
"Hahaha..."
Fitri hanya tertawa. Beragam tingkah para pelanggan telah dihadapinya.
Tiba-tiba langkah si pria berhenti mendadak.
"Ada apa?", tanya Fitri dengan heran.
"Ayah!"
Seorang gadis muda berjalan menghampiri mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments