Sinar matahari pagi itu semakin memaksa masuk setelah Dita membuka pintu ruangannya dan bergegas pergi.
“Aku berangkat ya…”
Ucapan pamitnya itu jelas tak mendapat jawaban sebab kedua saudarinya masih terlelap. Jika dipikir-pikir lagi, Dita selalu menjadi orang yang pertama pergi, namun selalu datang paling akhir.
“Yass… Jam enem lima ‘lapan. Masih dua menit lagi” Dita nampak sumringah setelah selesai mengisi absen.
Dita memang selalu datang lebih awal dari kedua rekannya. Sebab sebagai seorang resepsionis, pelanggan jasa Dita yang notabene adalah orang-orang yang beraktifitas di komplek itu kebanyakan sudah berada di sana sebelum pukul delapan pagi.
Kembali ke ruangan yang kekurangan cahaya matahari itu, Dita disambut oleh office girl yang baru selesai menyapu ruangan.
Di ruangannya itu, Dita menikmati makanan yang sempat Ia beli di tepi jalan sambil membiarkan udara dingin di sana menerpa kulitnya yang mulai sedikit berkeringat.
Suasana yang tidak begitu ramai dan cenderung hening ini membantunya memperbaiki mood dan pikirannya.
“Enak banget!” ucapnya penuh semangat.
Tepat setelah makanan di hadapannya habis, seorang pria datang dan menduduki sebuah kursi kosong yang berada di ruangan Dita.
Suara musik dari ponsel pria itu cukup kencang, memecah keheningan yang Dita sukai.
“Kamu lagi nyarap, Dit?” ucap orang itu.
“Iya, Pak Alga... Sarapan, Pak” jawab Dita singkat.
Pria itu terlihat berumur sekitar pertengahan empat puluhan. Pakaian yang Ia kenakan sangat jelas menunjukkan bahwa pekerjaannya adalah seorang staff maintenance.
“Kamu makan apaan, Dit ? Baunya kok gini amat, ya?” tanya Pak Alga dengan ekspresi seolah seperti terganggu oleh suatu hal.
“Saya jajan lupis, Pak”
“Oh, bagus itu. Pagi-pagi sarapan lupis biar cepet kurus, Dit”
Dita tak menjawab lagi ucapan Pak Alga. Dirinya terkadang tidak mengerti apa yang sebenarnya pria itu coba sampaikan. Padahal dengan tinggi sekitar 160 cm dan tubuh rampingnya, Dita terlihat sudah sangat ideal.
“Bercanda, Dit. Idup tuh harus enjoy biar gak stress. Betul ?”
‘Apa sih’ pikir Dita. Namun, hal itu tentu tak Dita ucapkan.
“Eheh… Iya, Pak” jawabnya singkat
Untungnya, ponsel Dita berdering dengan nyaring sehingga basa-basi yang membosankan itu bisa berakhir.
“Misi, pak. Saya jawab telpon dulu…” Dita lalu pergi ke ruangan sebelahnya untuk menjawab panggilan telpon itu.
Pak Alga masih berada di ruangan Dita dan tetap anteng dengan musik yang kencang. Siulan yang nyaring juga kerap Ia suarakan. Selalu saja begitu bahkan nyaris setiap hari. Oh! Sungguh hal itu selalu sangat ingin Dita hindari.
“Hallo… Selamat pagi…” Dita menyapa terlebih dulu
Entah apa yang Dita dengar, namun raut wajah yang tegang itu pasti muncul karena hal yang sangat mengejutkan.
“Senin depan, Bu?”
Perlahan-lahan, binar matanya melebar. Senyum tipis samar-samar timbul dari sudut bibirnya.
Senin depan, berarti empat hari lagi, batin Dita.
#
Malam harinya, seperti biasa. Dita dan kedua saudarinya menikmati makan malam di hunian mereka.
“Aku diterima beneran, euy. Tadi pagi ditelpon dari perusahaannya…” ceplos Dita tiba-tiba.
Ucapannya itu sontak membuat kedua saudarinya terkejut bukan main.
“Beneran? Bukan prank, kan?” Rosie tercengang.
“Beneran atuh! Udah gitu katanya entar Senen mulai kerja di sana” ucap Dita semangat
“Hah? Senen? Sekarang udah Kamis. Empat hari lagi, dong? Eh? Udah ngajuin resign belom?” cecar Risha.
“Udah. Tadi sore udah aku ajuin surat resign-nya. Besok serah terima sama orang baru”
“Cepet amat ngerekrutnya…” Rosie kembali keheranan.
“Orang gak ada interview. Udah gitu ada pak Alga. Dia kan suka masuk-masukin kenalannya” tutur Dita.
“Buset… Gercep banget ya?” Rosie terdengar tak percaya.
“Heem. Untung banget cepet nemu lagi. Kalo kelamaan, entar kakak juga yang kerepotan,” balas Dita.
“Iya sih, ya. Nanti gak tenang kerja di perusahaan baru, hihi…” sambung Rosie.
“Nah, itu” pungkas Dita.
#
Setelah melewati akhir pekan yang terasa panjang, Dita akhirnya memulai hari pertamanya bekerja di perusahaan barunya; RubynistMax. Perusahaan tempatnya bekerja sekarang merupakan salah satu cabang perusahaan Rubynist Grup.
Saat ini, RubynistMax menempatkannya sebagai Personal Assistant Junior seorang direktur di sana. Sesuai dengan posisi yang ditawarkan yaitu sebagai Personal Assistant.
Satu bulan berlalu nyaris tanpa kendala. Hingga pada awal bulan kedua, Dita dipromosikan untuk menggantikan asisten pribadi salah satu direktur di kantor pusat mereka; Rubynist Grup.
Hal itu tentu sangat mengejutkan Dita. Sebab, menjadi Personal Assistant seorang direktur di kantor pusat perusahaan itu tak pernah benar-benar terlintas dalam benaknya.
Malam hari setelah mendapat kabar itu, Dita bergegas memberi tahu kedua saudarinya.
“Kak... Ros... Minggu depan Aku dipindah ke kantor pusat… Di distrik Blue Moon”
“Hah? D-distrik Blue Moon ? Di daerah Kota Jakarta Pusat, kan?” Risha tercengang.
“He’em… Gimana nya… Kan lumayan jauh dari sini… Kalo pake bis TransJakarta juga bisa sejam-an lebih…” Dita jelas berpikir dengan keras.
“Maksudnya, kak Dita mau pindah kost-an?” ceplos Rosie.
“Ish. Justru kakak kepikiran buat ga nerima tawarannya-“
“Hehh!” Risha dan Rosie sama-sama terkejut.
“Janganlah! Udah bagus banget itu tawarannya” sambung Risha.
“Iya, Kak. Sayang banget kalo ga diambil. Gini aja… Entar kita anter cariin kost-an baru, gimana ?” Rosie menawarkan bantuan.
“Boleh… Boleh, deh” pungkas Dita.
#
Keesokan malamnya…
“Kak… Ros… Ternyata ada mess-nya juga…”
“Tuh!”
“Nah!”
Kedua saudarinya terdengar lebih bersemangat daripada Dita sendiri.
“Berarti nanti weekend anter pindahan dulu nya…” sambung Dita
“Santuy…” pungkas Rosie singkat.
Hari-hari terakhir Dita bekerja di RubynistMax Ia lalui dengan perasaan yang campur aduk. Rekan-rekannya di kantornya saat ini banyak yang mendukungnya. Namun, ada pula beberapa orang yang terlihat tak senang dengan keberuntungan Dita.
Dibantu kedua saudarinya, akhirnya hari ini Dita siap menghuni mess karyawan yang disediakan. Hal ini tentunya akan memangkas waktu perjalanan dari dan menuju perusahaan Rubynist Grup.
Bangunan mess itu terlihat seperti kost-an dengan delapan pintu yang berjejer di lantai satu dan di lantai dua. Masing-masing ruangannya berukuran sekitar 2x3 meter, dilengkapi pendingin ruangan serta kamar mandinya berada di dalam. Sepertinya akan cukup nyaman tinggal di sana.
Lokasi mess itu hanya berjarak dua pemberhentian bis dari kantor pusat Rubynist Grup. Jika lalu lintas lancar, waktu yang ditempuh bahkan bisa kurang dari setengah jam saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments