Pertempuran antara pasukan Zeron melawan serangan dari gelombang monster dan hewan buas berlangsung dalam kekacauan dan kehancuran. Teriakan dan suara benturan senjata memenuhi udara. Marquis Michael bersama kesatria lainnya saling melindungi satu sama lain, tidak menyerah pada ketakutan di dalam hati mereka.
Terlihat seorang Kesatria dengan pedang besar di tangannya, Menebas dan memotong setiap monster yang menghampirinya, hingga terbelah menjadi dua bagian. "Sial, Monster dan hewan liar ini tidak ada habisnya." Pria besar ini adalah Jenderal Varus yang sedang bertarung dan melindungi Marquis dari arah yang berlawanan.
Tepat ketika dia menoleh kearah Marquis yang berada tidak jauh di belakangnya, tiba-tiba dia melihat sekawanan Cardiovenator yang berlari dengan sangat cepat dan menghindari setiap serangan yang di lancarkan oleh pasukan Zeron di sayap kanan dan membunuh puluhan Prajurit hanya dalam satu kali serangan.
"Ini sangat gawat, Jika Mahluk ini terus dibiarkan menghancurkan formasi pasukan, Gelombang hewan buas akan dapat menerobos dan masuk ke tengah barisan." Jenderal Varus menganalisa situasi yang terjadi dan memutuskan untuk membantu pasukan di sayap kanan.
"Tuan Michael, hamba harus membantu pasukan di sayap kanan." Jenderal Varus berteriak ke arah Michael, untuk meminta perintahnya.
"Pergilah Jenderal, jangan biarkan formasi pasukan di hancurkan." Michael yang telah mengetahui situasi buruk yang terjadi, segera memerintahkan Jenderal Varus untuk mempertahankan formasi pasukan di sayap kanan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Marquis, dirinya yang merupakan seorang Kesatria tingkat 5, menggunakan kemampuan Auranya untuk menerobos musuh menuju ke arah pasukan di sayap kanan.
"Soul Forge"
Dari dalam tubuhnya terlihat kekuatan Aura yang keluar dan meledak dengan sangat dahsyat, diapun mulai berlari untuk menerjang ratusan Monster di hadapannya hingga menerbangkan mereka ke udara, bagaikan seekor banteng raksasa yang sedang mengamuk.
Dari kejauhan dia melihat seekor Cardiovenator yang telah mengetahui kedatangannya, Mahluk itu berdiri tegak dengan kekuatannya yang menakutkan. Mengancam Jenderal Varus dengan melontarkan serangan dari cakar dan ekor berdurinya yang mematikan.
Menanggapi serangan yang ditujukan ke arahnya, Jenderal Varus memberikan perlawanan dengan mengayunkan pedang besar di tangannya, yang kini telah bercampur dengan Aura berwarna merah darah miliknya. Ini merupakan warisan darah dan ciri khas dari keluarga Rosenthal yang terkenal, dimana Aura yang dimiliki oleh setiap anggota keluarganya, berwarna merah darah dan berbeda dengan warna Aura pada umumnya yang berwarna biru terang.
Namun setelah pertempuran sengit dengan kecepatan yang luarbiasa itu, belum ada satupun dari setiap serangan yang melukai keduanya. Jenderal Varus yang menyadari Seranganya terus di pantulkan oleh sisik dan cakar Cardiovenator yang keras, mulai memikirkan cara untuk mengalahkan monster yang setara dengan kesatria tingkat 4 ini, dia perlu mengeluarkan salah satu kemampuan Aura terbaiknya, untuk menghancurkan sisik Cardiovenator yang keras, dan menyerang bagian vital pada tubuhnya.
Jenderal Varus menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan dalam dirinya. Dia memusatkan energi-energinya ke pedangnya, membiarkannya bercahaya merah darah yang begitu terang. Kemudian, dia melontarkan serangan dengan gerakan yang sangat cepat dan presisi yang sempurna, hingga menghancurkan sisik Cardiovenator yang begitu keras, hingga menyisakan lapisan daging yang terluka.
Melihat sisik tebal itu telah hancur oleh serangannya, Jendral Varus menggunakan Pedangnya dan menyambar udara dengan kecepatan kilat, hingga menghasilkan kilatan energi yang melingkupi seluruh tubuhnya. Serangan ini adalah salah satu jurus pamungkasnya, diberi nama "Nefarion's Fury". Dalam sekejap, serangan itu menembus Leher Cardiovenator dan menimbulkan luka yang dalam.
Cardiovenator itu meraung kesakitan, tetapi tetap bertahan. Monster itu mengeluarkan nafas api yang melahap langit, mencoba menghancurkan Jenderal Varus. Namun, Para pasukan dari Kesatria dan penyihir yang ada di sekitarnya langsung melindungi Jenderal Varus dari serangan Api yang mematikan itu bersama-sama.
"Shield of Adamant" Tiga orang Kesatria dengan Tameng besar, berlutut di depan Jenderal Varus dan menciptakan sebuah Medan Energi penghalang yang melindungi tubuh mereka dari semburan Api yang begitu panas.
"Thunderbolt, Fireball, Frostbite" terdengar teriakan dari para penyihir yang merapal Mantra, dan langsung menyerang tubuh Cardiovenator yang sedang mengeluarkan Nafas apinya. Serangan itu langsung melukai tubuh Cardiovenator dan membunuhnya di tempat.
Serangan terakhir dari para penyihir ini, akhirnya menghentikan Nafas Api yang menyerang Jenderal Varus dan tiga orang kesatria yang melindunginya.
"Terimakasih, kalian sudah berjuang dengan sangat keras dan telah menyelamatkanku." Ucap Jenderal Varus memberikan pujian kepada tiga orang kesatria yang melindunginya.
"Kami yang seharusnya berterimakasih Jenderal, Jika saja anda tidak datang tepat waktu, untuk memberi luka serius yang melumpuhkan Cardiovenator ini. Mungkin Kami semua tidak ada yang berhasil selamat." ucap salah seorang prajurti di hadapannya.
"Hmm.. syukurlah kita masih bisa bertahan. Entah Mahluk seperti apa lagi yang akan kita temui selanjutnya. Namun untuk saat ini, ayo ikuti aku dan pertahankan formasi barisan di sayap kanan." Jenderal Varus memberi perintah kepada pasukannya dan pergi ke arah pertempuran yang sedang berlangsung di dekatnya.
"Siap Jenderal!!" Ucap Para prajurit sambil mengikuti Jenderal Varus yang lebih dulu berlari di depan mereka.
Pada barisan tempur utama di garis depan.
Marquis Michael dengan gerakan yang penuh keberanian, melompat ke udara, mengarahkan pedang Dawn Bringer ke titik terlemah seekor Draknor yang berada di tengah-tengah dadanya. Serangan mematikan itu memusatkan energi pada satu titik yang berada di ujung pedang, dan menembakkan Energi Aura yang sangat dahsyat dari jarak yang cukup jauh, hingga membuat lubang besar yang menembus jantung monster setinggi 15 meter itu, hingga terjatuh ke tanah.
Michael kembali turun ke tanah dengan perasaan lega karena telah mengalahkan Monster yang kuat dengan kemampuannya, dan berhenti sejenak untuk memulihkan tenaganya. Saat ini, Michael menatap ke Arah Benteng Zeron dari kejauhan. Dia bertanya di dalam hatinya, "Apakah anak kita telah lahir Elis, Maafkan aku tidak berada di sampingmu saat ini." Michael bertanya di hatinya, lalu kembali mengeratkan giginya, mengangkat Dawn Bringer di tangannya, dan kembali bertempur.
Saat ini di Kediaman Pribadi Marquis Zeron yang berada di dalam benteng.
Elis tengah berada di akhir perjuangannya melahirkan putra Michael, saat ini tubuhnya terbaring lemah karena menahan rasa sakit untuk mendorong bayinya keluar dari dalam rahim.
"Uhhh..huh..huh..Uuuuhh.."
"Ayo Nyonya, dorong sedikit lagi, anda pasti bisa" ucap seorang pelayan yang sedang membantu proses persalinan.
"Uhhhhh...Aaaaaaa.." Elis berteriak sekuat tenaga untuk memberikan dorongan terakhir, agar bayinya dapat segera terlahir ke dunia.
Setelah Perjuangan yang panjang dan melelahkan itu, Elis akhirnya dapat melahirkan putranya dan segera mendapatkan perawatan medis dan sihir penyembuhan dari beberpa orang Priest yang sudah disiapkan Michael untuk membantunya.
"Nyonya, ini adalah putra anda, seorang bayi laki-laki yang tampan. Lihatlah dia nyonya, dia sangat lucu dan menggemaskan." Ucap seorang Pelayan dengan penuh kegembiraan, sambil menyerahkan bayi kecil itu ke pelukan ibunya.
Bayi kecil yang baru saja terlahir ini adalah tubuh baru Aland Elister yang jiwanya telah dikirim Dewa luvinus ke dunia ini. Saat ini, Aland merasa seperti baru terbangun dari tidur yang sangat lelap, dia merasakan tubuhnya seperti terbaring di atas tempat tidur yang sangat lembut dan nyaman. Terasa begitu hangat, membuatnya sangat malas untuk membuka mata.
"Emm.. Bantal ini sangat nyaman, begitu lembut dan juga harum." Aland dalam tubuh bayi kecil itu menunjukan ekspresi lucu dan menggemaskan.
Elis yang saat ini sedang memeluk Aland dengan tubuhnya yang mulus dan sepasang gunung Everest putih yang luarbiasa. Dibuat tersenyum karena melihat ekspresi menggemaskan dari wajah mungil Aland yang lucu, diamana saat ini, Aland terlihat sedang mengelus dan mengendus dengan nyaman kedua gunung Everest milik Elis, menggunakan wajah mungilnya.
"Mungkinkah dia haus nyonya? cobalah untuk memberinya minum." ucap seorang pelayan kepada Elis yang memperhatikan tingkah aneh Aland saat ini.
"Tidak, aku belum haus saat ini, hanya saja bantal ini terasa sangat lembut dan nyaman." Aland yang saat ini masih menutup matanya, menjawab perkataan pelayan itu dengan santai.
Namun setelah beberapa saat kemudian. Aland Tiba-tiba terdiam, dan langsung membuka kedua matanya saat ini, dia mendapati penglihatannya terhalang sebuah Bola daging raksasa yang begitu lembut dan kenyal.
Diapun memutuskan untuk menyentuh dan meremas bola daging itu beberapa kali dengan tangannya, sambil memikirkan benda apa yang sebetulnya mirip dengan sesuatu yang lembut dan kenyal, ketika dia meremasnya seperti ini, dan setelah itu dia menemukan jawabannya.
"Tunggu dulu, bukankah ini...? hehh...heeeehhhhhhhh" Aland begitu terkejut setelah mengetahui fakta yang begitu mencengangkan, sehingga tanpa sadar dia menunjukan ekspresi menangis pada wajah bayi nya.
"Ternyata bayi kecil ibu memang sedang haus. Ini, minumlah anak pintar." Elis tersenyum kepada Aland yang saat ini tampak sedang menangis, dan membuka pakaiannya, hingga pemandangan dari puncak gunung Everest yang begitu megah, dapat terlihat dengan jelas di mata Aland saat ini.
Tiba-tiba ketika puncak Everest itu mulai menghampiri mulut Aland dengan perlahan. Ingatan dari masa lalu Aland sebagai seorang Pendeta, dan moment terakhir ketika dirinya tertabrak Truk Kontainer hingga tewas dan bertemu dengan Dewa Luvinus yang telah mengutusnya menjadi seorang Apostle dewa, Mulai memenuhi isi kepalanya hingga terasa begitu menyakitkan.
Namun disaat puncak Everest milik Elis masuk kedalam mulut Aland saat ini, rasa sakit yang baru saja dirasakan olehnya. Dengan ajaib menghilang begitu saja, dan hanya menyisakan kesejukan yang mengalir ke tenggorokannya, dengan rasa nikmat yang belum pernah ditemukan olehnya. "Owh tuhan, tolong ampuni segala dosaku kali ini, ini terasa begitu menyegarkan." Aland berbicara dengan mulut yang dipenuhi air susu.
Begitulah yang terjadi kepada Aland pada hari pertama di Kehidupan keduanya saat ini. Penuh dengan kebahagiaan, seperti yang diharapkan oleh Dewa Luvinus sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Acia
wkwkwkwk... Everest Gk tuh Thor /Scream//Facepalm/
2024-01-18
0
Sutono jijien 1976 Sugeng
kocak njirr 🤣🤣
2023-10-27
2
Sikilman
Bayi Cabul terlahir.
kwakwakwak...
2023-09-06
2