Dress Baru

“Apa? Aku harus tidur di kolong ranjang?” Elektra memasang raut tak percaya.

“Memangnya kenapa?” Brianna mengangkat dagu, seakan menantang gadis di hadapannya. Tanpa turun dari tempat tidur, dia kembali bicara kepada Elektra. “Ini adalah kamarku. Terserah apapun yang ingin kulakukan. Jika kau mau, silakan tidur di bawah ranjangku. Jika tidak, maka keluar dari sini sekarang juga!” usirnya ketus.

Elektra tak memiliki pilihan lain. Lagi pula, dia tak ingin mencari masalah. Jika sampai James mengetahui bahwa dirinya tidur di luar kamar Brianna, maka sudah pasti gadis itu akan mendapat teguran keras. Elektra tak ingin melihat pertengkaran lagi seperti tadi, saat dirinya baru tiba di rumah itu.

Ragu, Elektra berjalan mendekat ke ranjang. Dia berdiri sejenak sambil memperhatikan Brianna yang sudah menutupi tubuh dengan selimut. Perlahan, Elektra meraih ujung sprei yang menutupi tempat tidur. Dia menyibakkannya. Di bawah ranjang itu terlihat jauh lebih gelap, karena terhalangi kain berumbai dengan motif bunga. Namun, untungnya lantai di sana sangat bersih.

Elektra masuk dengan merangkak. Dia harus bergerak hati-hati, agar kepalanya tidak terbentur. Gadis itu tidur meringkuk di bawah ranjang, tanpa bantal apalagi selimut. “Ayah, ibu …,” ucap Elektra tertahan. Air mata lebih dulu menetes, mewakili segala perasaannya saat itu. Entah apa yang terjadi besok, jika dia tetap tinggal bersama James dan keluarganya.

Rasa lelah sudah mendera tubuh Elektra sejak tadi. Gadis itu mulai memejamkan mata. Selang beberapa saat, tanpa sadar dirinya telah terlelap, hingga terdengar suara langkah mendekat ke pintu kamar. Elektra yang memiliki pendengaran tajam di atas rata-rata orang biasa, segera membuka mata. Dia bergegas keluar dari kolong ranjang.

Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka. Olivia muncul dengan wajahnya yang masih terlihat memusuhi Elektra. Sorot tajam wanita paruh baya tersebut, seakan hendak menguliti gadis remaja di hadapannya. “Bangun, Brie. Sudah waktunya bersiap-siap ke sekolah.” Olivia menepuk tubuh Brianna beberapa kali, yang masih berada dalam balutan selimut.

“Ah!” Brianna mengeluh sambil menarik selimut hingga menutupi sampai kepala.

“Ayahmu ada di rumah. Kau tidak bisa bermalas-malasan ke sekolah. Jangan buat dirimu berada dalam masalah,” tegur Olivia cukup tegas.

Mendengar kata ‘ayah’, Brianna langsung menyibakkan selimut. Sambil menggerutu, gadis itu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Sementara, Elektra masih berdiri. Dia tak tahu harus melakukan apa.

“Kenapa kau diam saja?” tegur Olivia ketus. “Buat dirimu lebih berguna! Bereskan tempat tidur dan apapun yang terlihat berantakan!”

Elektra menoleh tanpa mengatakan apapun. Dia tak terbiasa dengan pekerjaan semacam itu. Selama tinggal di Mansion Hagen, semua dilakukan oleh pelayan yang jumlahnya ada puluhan orang. Namun, semua telah berubah. Elektra harus mengubah kebiasaan itu. Membereskan tempat tidur bukanlah pekerjaan berat dan sulit.

Beberapa saat kemudian, Brianna telah bersiap dengan seragam sekolahnya. Sebelum berangkat, dia pasti sarapan terlebih dulu. Gadis itu keluar dari kamar, tanpa mengajak Elektra yang tengah merapikan hal lain di sana.

“Di mana Cassandra?” tanya James yang sudah duduk di meja makan.

“Dia masih di kamarku,” jawab Brianna singkat, sambil duduk di salah satu kursi yang sudah biasa menjadi tempatnya.

“Kenapa kau tidak mengajaknya sekalian?” James sudah memasang raut serius.

Brianna mengembuskan napas kesal. Dia menyiapkan sarapan, lalu memasukkan kotak makan siang ke dalam tas. “Dia sudah besar dan punya otak yang normal. Haruskah kutuntun dia kemari?” Jawaban yang terdengar kurang sopan, dilontarkan oleh Brianna.

Menyaksikan sikap anak gadisnya, James sudah hendak kembali memberikan teguran keras. Namun, hal itu diurungkan, ketika dia melihat Elektra muncul. Putri sulung Christopher Hagen tersebut masih mengenakan pakaian yang sama, yaitu midi dress dengan lengan sobek.

“Selamat pagi,” sapa Elektra.

“Selamat pagi, Nak,” balas James hangat. “Duduklah. Kita sarapan.”

Elektra tersenyum sambil menurunkan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat kepada James. Dia lalu memilih kursi yang masih kosong. Saat memundurkan kursi, duduk, dan mengambil makanan, sikapnya terlihat berbeda. Begitu juga ketika dia mulai menyantap menu sarapan dari piringnya. Bahasa tubuh Elektra sangat baik dan tertata. Table manner-nya tampak sempurna. Hal itu membuat Olivia dan Brianna saling pandang.

“Aku akan mengantarmu ke sekolah,” ucap James membuka percakapan di meja makan.

“Ah, sungguh?” Brianna memasang raut tak percaya. Namun, sesaat kemudian gadis itu tertawa seakan mencibir ucapan sang ayah. “Ada apa ini? Apa Ayah merasa bersalah padaku?” tanyanya lagi dengan nada bicara yang terdengar kurang pantas.

“Jaga bahasamu, Brie,” tegur James. Dia masih berusaha untuk tetap bersikap sabar. James menganggap bahwa sikap Brianna yang demikian, karena rasa tak suka atas kehadiran Elektra di kediamannya.

“Pertama, aku terbiasa ke sekolah dengan naik sepeda. Kedua, kalaupun kau ada jadwal pulang ke rumah, biasanya Ayah tidak pernah berniat mengantarku dengan alasan bahwa aku sudah besar dan harus mandiri.” Brianna menatap aneh kepada sang ayah, sebelum mendelik pada Elektra yang tidak berkomentar sama sekali.

“Jangan heran, Brie. Kita tidak tahu kejutan apa lagi yang akan ayahmu berikan setelah ini. Kau dan aku harus bersiap-siap. Bisa saja, tiba-tiba dia membawa wanita selingkuhannya kemari dan ….”

“Hentikan, Olivia!” sergah James tegas. “Jika kau tak bisa menahan dirimu untuk menjaga ucapan jelek tentangku, tahanlah agar tidak melakukannya di hadapan anak-anak.”

“Anak-anak?” ulang Olivia dengan mata melotot. Dia bahkan sampai berdiri dari duduknya. “Anakku hanya satu! Kau tak perlu menyebutkan kata ‘anak-anak’! Dia hanya anakmu!” protes wanita paruh baya berambut pendek itu.

“Duduk, Olivia!” tegas James. “Aku tak mengizinkan siapa pun membuat keonaran di meja makan,” ujarnya. Dia mengalihkan perhatian kepada Elektra yang terlihat tak nyaman, hingga menghentikan santap paginya. “Lanjutkan makanmu, Nak. Kau harus mengisi tenaga. Aku tidak ingin jika kau sampai kelaparan.”

Ucapan serta sikap manis James terhadap Elektra, tentu saja memancing reaksi dari Brianna dan Olivia. Namun, mereka berdua tak bisa melakukan apapun. Olivia atau Brianna, tidak berani jika harus melawan ucapan James, jika pria itu sudah memperlihatkan sikap tegasnya/

“Pinjamkan Cassandra pakaianmu, Brie. Siang ini aku akan membelikannya pakaian baru,” ucap James lagi.

“Apa?” Brianna hendak protes. Namun, Olivia memberi isyarat kepada gadis itu.

Seusai sarapan, Brianna kembali ke kamar untuk mengambil pakaian yang akan dipinjamkannya kepada Elektra. Putri sulung Keluarga Hagen tersebut langsung berganti pakaian. Dia menurut saja, ketika James mengajaknya keluar bersama Brianna. yang akan berangkat ke sekolah.

“Kenapa kau mengajaknya, Ayah?” protes Brianna tak suka. Gadis itu kembali menggerutu.

“Aku mengantarmu ke sekolah, sekalian untuk mendaftarkannya di sana,” sahut James tenang.

“Apa? Apa aku tidak salah dengar?” Brianna yang akan masuk ke mobil, berdiri sejenak sambil memegangi pintu.

“Ya.” James tersenyum kalem. “Cassandra akan bersekolah di tempat yang denganmu. Itu jauh lebih efektif, dibanding jika kudaftarkan dia di sekolah lain,” jelas James seraya masuk dan menyalakan mesin mobil. Sementara, Brianna masih berdiri dengan kekesalan semakin memuncak. “Kau akan masuk atau kutinggal saja, Brie?”

Sambil terus menggerutu, Brianna akhirnya masuk. Dia tak mengatakan apapun, hingga mereka tiba di sekolah.

Setelah tiba di sekolah yang dituju, James langsung membawa Elektra ke ruang kepala sekolah untuk memberikan laporan, bahwa dia akan mendaftarkan Elektra di sana. Dengan memakai identitas baru, James mendaftarkan Elektra di sekolah itu, hingga benar-benar diterima. Elektra juga sudah mendapatkan seragamnya. Besok, dia bisa langsung mengikuti kegiatan belajar di sana.

Keesokan harinya, Elektra sudah bersiap ke sekolah. Berbekal tas dan sepatu baru, dia melangkah penuh percaya diri menuruni anak tangga. Tadi malam, dia kembali tidur di kamar Brianna. Tepatnya, di kolong ranjang gadis itu.

Seusai sarapan. Brianna sudah bersiap dengan sepedanya. James menyuruh dia agar membonceng Elektra. Brianna tak membantah sama sekali. Namun, baru beberapa meter, dia menurunkan Elektra di tengah jalan.

Terpopuler

Comments

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

ah dasar bocah

2023-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!