"Oh, boleh Bu. Silakan ke kamar mandi dulu, saya akan menjaga Katy," jawab suster. Meski menangis, Katy masih ditinggal sementara bersama perawat. Paling tidak Malisa mau cuci muka karena belum menyentuh air sejak tadi malam. Kalaupun Katy tidur saat digendong di tempat tidur ia langsung terbangun dan hal ini membuat Malisa tidak tahan dan rela menahan buang air kecil atau beraknya.
Malisa mandi cepat dan buang air. Kamar mandinya juga ada di bangsal Katy. Malisa tidak lagi mendengar tangisan Katy yang membuatnya merasa sedikit lega.
Saat Malisa keluar, ternyata Katy sedang tidur dengan pangeran perawat.
"Biarkan aku menggantikanmu," kata Malisa.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku akan minta maaf nanti ketika Katy bangun. Kamu bisa mencari makan dulu! Kamu juga harus makan banyak agar produksi ASI juga banyak," kata perawat.
Malisa senang ada yang menggantikan Katy. Dia belum makan apapun sejak kemarin. Baru makan susu tadi pagi. Ia juga lupa meminta izin kepada atasannya di kantor karena tidak masuk kerja. Malisa bahkan tidak berpikir untuk kembali bekerja karena sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa meninggalkan Katy.
Mungkin saat pulang dari rumah sakit, Malisa akan berpikir untuk resign dari kantornya.
Malisa membeli tiga kotak nasi. Dia bisa makan sampai besok pagi. Karena dia tidak menyangka ada perawat yang baik dan mau menggantikan Katy. Setelah semuanya selesai, Malisa kembali ke bangsal Katy. Katy masih tidur di pangkuan perawat.
"Makan dulu aja ya Bu! Biar kalau sudah selesai Katy bisa ikut lagi," kata suster itu. Sangat baik hati. Tentu ada bantuan meski Doni tidak ada di sampingnya. Dia juga merasa tidak membutuhkan Doni lagi yang tidak lagi memikirkan Malisa atau Katy.
Ketika Malisa baru saja selesai makan, dia mendengar ponselnya berdering. Dia melihat Doni yang meneleponnya. Malisa tidak yakin apakah akan menerima panggilan itu. Dia akhirnya memilih untuk menerima saja telepon Doni. Itu mungkin membawa sesuatu yang menyenangkan.
"Halo?" sapa Malisa.
"Di mana kamu? Bukankah kamu pulang untuk membuatku dan Mona makan?" tanya Doni dengan nada tinggi.
"Hei, kamu masih memikirkan perutmu. Tidakkah kamu bertanya bagaimana kabar Katy? Aku belum pulang sejak pagi ini karena Katy demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Kamu keterlaluan," dengus Malisa.
Tut.
Telepon terputus. Malisa sangat tidak berdaya untuk melanjutkan percakapannya dengan Doni yang meminta makanan. Doni bahkan tak peduli dengan Katy dan Malisa yang sejak pagi tak kunjung pulang.
Perawat telah meninggalkan bangsal Katy. Katy masih tertidur lelap. Malisa pergi tidur di dekat Katy. Dia juga sangat lelah dan tidak punya waktu untuk istirahat.
Keesokan harinya, Malisa melihat kondisi Katy sudah membaik. Malisa bisa tidur nyenyak malam ini karena Katy tidak banyak menangis lagi. Hanya saat meminta untuk menyusui.
Menurut dokter, kondisi Katy membaik. Hemoglobin Katy juga sudah mulai normal, hanya saja masih belum sepenuhnya normal. Dia masih membutuhkan perawatan. Mungkin besok Katy sudah bisa pulang.
Dokter yang menangani Katy memang cukup baik. Dokter laki-laki yang memiliki name tag adalah Dimas. Wajahnya terlihat begitu tampan dan juga karismatik. Tapi Malisa juga biasa saja. Dia bahkan tidak bisa melihat pria tampan selain Doni. Namun Doni telah menyakitinya dan membuat Malisa buta terhadap laki-laki manapun.
"Bu, apakah tidak ada suami atau saudara laki-laki yang bisa menggantikanmu di sini menjaga Katy?" tanya Dimas.
"Tidak apa-apa Dok. Suami saya sibuk kerja bahkan tidak peduli anaknya dirawat di rumah sakit. Dan saya jauh dari keluarga dan tidak ada yang bisa menemani atau menggantikan saya di sini," kata Malisa. Dia menatap Katy yang sedang tidur.
Dimas kasihan pada Malisa. Dia mengerti bahwa hidup Malisa cukup sulit. "Semoga hidupmu diberi kebahagiaan oleh tuhan."
Malisa melirik Dimas. Dia tersenyum pada Dimas. "Amin."
Setelah memeriksa kondisi Katy, dokter Dimas keluar dari bangsal. Tidak lama kemudian suster datang ke kamar Katy. "Ibu, ini sarapan untukmu," katanya.
"Mengapa kamu begitu terganggu?" tanya Malisa yang merasa perawat itu begitu peduli padanya.
"Bukan dari saya. Tapi dari Dokter Dimas bu. Dia menitipkan ini untuk saya," jawab suster.
Malisa tercengang. Ternyata dokter Dimas yang memberi Malisa sarapan. "Oh, terima kasih. Tolong berterima kasih kepada Dokter Dimas!"
Seperti biasa, saat suster datang, Malisa bisa mandi dan langsung ke kamar mandi. Dia juga bisa makan dengan tenang dan makanan yang diberikan dokter Dimas juga enak. Ia sangat bersyukur diberi kebaikan oleh orang yang tidak ia kenal. Tentu saja, ini semua juga karena campur tangan Tuhan.
Tiga hari berlalu, Malisa dan Katy berada di rumah sakit. Hari ini Katy diperbolehkan pulang.
"Terima kasih Dok sudah menjaga Katy. Sekarang saya mau pamit pulang," kata Malisa.
Dimas mengangguk. "Sama-sama, Bu. Saya harap Katy sehat, oke?"
Malisa menjawab dengan senyum kecil. Karena tujuan kepulangannya sangat tidak menyenangkan. Dia akan kembali ke rumah Doni dan Mona. Itu bukan lagi rumahnya.
Malisa melangkah ke lobi. Berpikir panjang untuk pulang karena dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi padanya dan Katy. Sesampainya di depan lobby ia hendak mencari taxi tapi belum juga datang. Sejauh ini belum ada. Malisa duduk di tangga depan rumah sakit karena lelah menunggu. Apalagi, Katy juga sedang tidur.
Malisa menghela napas. "Mengapa tidak ada taksi?" dia mengeluh.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Malisa. Malisa juga tidak memandangnya karena dia menyadari bahwa tidak mungkin pemilik mobil akan menjemputnya.
"Bu Malisa," panggil seorang laki-laki dari dalam mobil hitam.
Malisa mendongak. "Dokter Dimas?"
"Kamu pulang? Kebetulan aku pulang. Kamu mau pulang bareng?" tanya dokter Dimas.
"Oh, jangan khawatir Dok. Saya sedang menunggu taksi. Entah kenapa taksi tidak datang," tolak Malisa halus. Tidak mudah baginya untuk bertemu pria, apalagi bergaul dengan pria yang baru dikenalnya. Ia tetap setia kepada Doni, meski Doni memiliki sikap ambivalen.
"Nggak apa-apa Bu. Kasihan kalau Katy terlalu lama terpapar asap di luar. Dia baru pulang dari rumah sakit," kata Dimas.
"Belum, Dok. Sekarang sudah ada taksi. Terima kasih atas kebaikannya," jawab Malisa. Memang ada taksi yang lewat di samping mobil Dimas dan Malisa pun menghentikan taksi tersebut.
Dokter Dimas tersenyum tipis. Tanpa berpikir dua kali, dia mengikuti Malisa di belakang taksi yang ditumpangi Malisa. Setelah berjalan lama, Malisa akhirnya sampai di rumahnya. Tampak mobil Doni hendak meninggalkan pekarangan.
Dimas hanya melihat dari kejauhan. Dia hanya ingin tahu apa yang terjadi di rumah tangga Malisa, dan mengapa suaminya begitu cuek saat Katy dirawat di rumah sakit selama tiga hari.
Dimas melihat Malisa tampak berbicara dengan seorang pria yang bisa dipastikan sebagai suaminya. Dimas melihat suaminya Malisa masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara dengan Malisa atau melihat kondisi Katy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
bentar lg nyesal kamu dony..
2023-07-24
0