"Ayo, Ka, kita pulang," Izam berusaha menarik Mayka pergi. Gadis yang kini dituntunnya itu masih menangis sesenggukan meski ia sudah berbalik dan hendak berjalan pulang.
Izam sendiri berusaha keras menahan emosinya. Kalau saja ia tidak ingat almarhum ibunya yang selalu mengatakan untuk tidak memukul perempuan dan selalu menjaga adik perempuannya, Izam pasti sudah memberi pelajaran pada anak perempuan yang meledek Mayka itu.
"Dasar Mayka cengeng. Anak manja. Ke sekolah aja pake body guard, dasar manja."
Ledekan yang kembali terdengar itu membuat Mayka berbalik dengan air mata yang berderai. "Aku juga gak mau diikutin banyak orang. Aku disuruh sama Ayah."
Lirihan itu sungguh menyayat hati lelaki berusia tiga belas tahun yang kini masih merangkulnya. Izam menatap sendu ke arah Mayka, lalu tatapannya jatuh ke arah beberapa gadis yang sedari tadi meledek Mayka-nya, dan seketika tatapannya menajam.
"Halah, dasar manja. Penyakitan."
Boom
Seperti bom. Kata-kata itu membuat Izam langsung naik pitam. Matanya memicing tajam. Ia melepas rangkulannya dari Mayka yang manangis semakin kencang. Langkah lebarnya seakan menggema di seluruh lorong koridor sekolah menengah pertamanya itu. Dan beberapa detik kemudian, suara pekikan melengking terdengar dari sosok yang sedari tadi sudah Izam beri kesabaran.
"Aakkhh, Izaaam, sakiit," tangannya berusaha melepaskan tangan Izam yang menarik keras rambutnya. Tapi nampak tak berhasil sedikitpun. Anak lelaki yang lebih tinggi dari semua gadis disana menatap seluruh orang yang mengucilkan Mayka dengan tatapan benci.
"Mulai besok, gue gak mau lagi denger kalian bicara hal buruk tentang Mayka!" Peringatnya yang terdengar tak mau dibantah. Kini, tatapannya beralih ke arah gadis yang tengah menangis karena rambutnya ia jambak dengan semena-mena. "Gue paling benci sama lo, Aulia. Lo yang ngomporin semua orang supaya benci sama Mayka. Lebih baik lo tutup mulut lo sebelum kaki gue yang tutup mulut sampah lo itu!"
"Izam."
Izam segera melepas kasar jambakannya pada rambut gadis itu, ia pun melangkah mendekati Mayka yang sebelumnya memanggil namanya.
"Ayo, Mayka. Kita pulang!"
Namun, Mayka menggeleng dengan tatapan takut ke arah Izam. Ia bahkan menepis tangan Izam yang berusaha memegangnya.
"Izam, aku gak suka kamu kaya gitu. Aku... takuuut."
"Mayka, aku gak akan kaya gitu ke kamu."
Mayka menggeleng lagi. "Aku takut," ulangnya yang membuat Izam benar-benar takut Mayka akan menjauh darinya.
Dan akhirnya, tubuh Izam meluruh. Ia berlutut di hadapan gadis yang menatapnya penuh ketakutan itu.
"Mayka, maaf. Aku janji gak akan kaya gitu lagi. Maafin aku," Izam berkata sangat lirih. Bahkan matanya berkaca-kaca menatap penuh kesedihan ke arah Mayka yang juga menatapnya.
"Mayka, aku janji. Tolong jangan jauhin aku. Jangan pergi," Izam menundukkan kepalanya. Ia sungguh takut Mayka akan pergi menjauhinya. Satu air matanya terjatuh membayangkan ia tidak akan bisa bersama Mayka lagi. Tapi bersamaan dengan itu, Izam merasakan sentuhan dikedua pundaknya.
"Aku maafin kamu. Jangan kaya gitu lagi. Aku gak suka kekerasan. Aku takut."
Izam pun mengangkat kepalanya. Ia berdiri dengan cepat dan memeluk Mayka-nya. "Aku janji."
Aku janji gak akan ngelakuin hal itu di depan kamu lagi.
Dan sejak saat itu, Izam melakukan segala cara untuk melindungi Mayka tanpa sepengetahuan Mayka. Itulah yang membuat Izam selalu berkelahi di belakang Mayka. Ia takut, Mayka akan menjauhinya kalau sampai Mayka tau. Ia takut, akan kehilangan sosok yang begitu ia cintai.
Izam di depan Mayka adalah seorang laki-laki yang baik. Dan Izam di belakang Mayka menjadi orang paling kejam yang sangat ditakuti.
°TBC°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments