Friendzone

Walaupun Kalista mau protes tentang keputusan Julio menyuruhnya jadi asisten Sergio, tapi Kalista tidak melakukannya. Ia adalah gadis yang agresif dan maju ke garis depan peperangan, tapi ia bukan gadis yang membuat orang lain harus terus kerepotan.

Bos berkata A, anak buah melakukan A. Karena bawahan patuh adalah kesayangan bos.

Walau itu membuatnya dan Sergio harus bersabar dalam satu ruangan yang sama.

"Gue kira lo betah di Singapur," kata Kalista yang mengamati Sergio dengan lembaran berkas entah apa. "And I think you have found someone else to in love with. And how about Astrid?"

"Ini bukan jaman baheula di mana gue mesti nikah beneran karena dijodohin," balas Sergio ketus.

"Okay, cool, man. Santuy dong." Kalista mendengkus. "Kalo gue sih mau yah kalo dijodohin sama Kak Julio."

Sergio membanting kertas di mejanya sebal. "Harus banget lo nyebut-nyebut Julio mulu? Jelas-jelas dia cuma nganggep lo adeknya. Oke, salah. Pacar adeknya which is me."

Kalista mengorek telinganya dengan wajah sangat tidak peduli pada kemarahan Sergio. "Kalo lo seobsesi itu jadi pacar gue, oke kita pacaran. Sekarang gue minta putus, done."

"Siapa juga yang terobsesi sama lo?! Gue cuma mau buktiin kalo gue lebih ganteng!"

"Ya ya, lo ganteng, puas sekarang? Now leave me alone."

Kayaknya itu akan menjadi perdebatan super panjang tapi sangat tidak penting jika seseorang tidak berdehem. Keduanya menoleh dan kompak wajah mereka berubah, satunya kecut sementara satunya semringah.

"Kak Julio!" Kalista buru-buru beranjak, mendekati pria yang tengah melipat tangan di pintu itu.

Cara dia bersandar pada pintu, cara dia memamerkan lengannya yang berurat, kokoh dan nampak sangat pelukable itu membuat Kalista panas dingin dan semakin jatuh cinta padanya.

"Seenggaknya kalian langsung akrab," kata dia, menyinggung pertengkaran tadi. "Anyway udah jam makan siang. Kalian berdua enggak mau makan bareng? Aku traktir."

"No!" tolak Sergio.

Tapi Kalista juga memekik, "YES!"

Julio yang melihat bagaimana Kalista seperti menahan diri jingkrak-jingkrak sementara adiknya malah menahan diri tidak menelan batu hanya bisa tergelak.

Tangannya mengusap puncak kepala Kalista lembut.

"Kamu keluar dulu, tunggu di bawah."

"Oke, Ka—ups, maksudnya Pak Julio."

Gadis itu ngacir pergi sementara Julio mendekati meja adiknya. "Come on, enggak usah bete gitu. I'll help you."

"Help me what? Jelas-jelas Kalista terobsesi sama kamu."

"Oke, Sergio, pertama kamu tau aku enggak tertarik sama anak kecil yang baru lulus SMA dan kedua," Julio merangkul bahu anak itu, "kamu tau makin dalem friendzone-nya justru makin besar kemungkinan jodohnya? Come on."

Sergio berdecak tapi akhirnya luluh juga. Lagipula benar bahwa Julio tidak menyukai anak kecil seperti Kalista dan penolakan Kalista itu cuma karena dia mendadak buta kalau melihat Sergio.

Dia tidak melihat bahwa ada permata yang seharusnya dia sadari.

Di sisi lain, Kalista yang menunggu di luar langsung sebal melihat Sergio bersama Julio. Harusnya dia menolak saja biar Kalista bisa berduaan dengan Kak Julio!

Tapi Kalista harus jadi cewek penurut jadi ketika Julio datang, Kalista senyam-senyum.

"Kalian mau makan apa?" tanya Julio sembari membuka pintu mobil.

Secara bersamaan keduanya menjawab hal berbeda.

"Steak," jawab Sergio.

"Sandwich," jawab Kalista.

Lalu keduanya saling melotot.

"Orang bodoh mana yang makan sandwich siang-siang? Itu sarapan!"

"Gue makan sandwich mau subuh kek, tengah malem kek, suka-suka gue!"

Julio hanya bisa menyuruh dirinya bersabar pada dua remaja ini.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!