BAB 05. TERLAHIR KEMBALI

Mata Audy tampak bergerak-gerak lamban. Bibirnya tampak tersungging. Seperti biasa, senyumannya masih menjadi rival gula. Manisnya tak kira-kira.

Perlahan tubuhnya menggeliat hingga matanya pun terbuka sepenuh— "Allahuakbar!" Tubuhnya kontan terbangun.

"Kalian! Kalian siapa?!" Pupil Audy membesar, debar jantungnya pun menggila. Sialan, dia terkejut setengah mati.

"Ah salah! Aku siapa? Aku di mana?" Raut kebingungan tampak jelas di wajahnya.

Alona yang baru saja masuk langsung menghampiri sang Nona mudanya itu.

"Nody kenapa? Ada yang sakit?" tanya Alona dengan nada Khawatir yang tampak jelas.

Audy menggeleng. "Mereka siapa?" tunjuk Audy dengan dagunya terhadap jajaran Asisten Rumah Tangga yang ada di sana.

"Mereka pelayan pribadi Nody, mereka yang suka membantu Nody bersiap sebelumnya," jelas Alona. "Maaf jika mereka membuat Nody terkejut. Mereka tadi sudah berulang kali berusaha memasuki kamar atas izin Nody, tapi Nody tak kunjung memberi arahan, jadi aku membolehkan mereka untuk langsung masuk saja. Maafkan aku juga yang telah lancang, Nody."

Audy sama sekali tidak peduli dengan permintaan maaf Alona, lagi pula kenapa dia ini suka sekali meminta maaf yang sebenarnya tidak perlu juga?

"Gue? Pelayan gue?" tunjuk Audy pada dirinya sendiri.

Alona mengangguk.

"Apakah gue setidak berguna itu? Woah! Gue manja ternyata."

"Kalian, apa yang sering gue suruh ke kalian?"

Alona memberi kode pada jajaran pelayan untuk menjawab pertanyaan Sang Nona Muda.

"Kami biasanya membagi tugas Nona, ada yang membantu menyiapkan air untuk mandi Nona, ada juga yang membantu menyiapkan baju Nona, dan ada juga yang membantu menata rambut Nona ... Dan masih banyak lagi," papar salah satu dari mereka.

Audy berdecak tak percaya. Kini rasa geli terhadap dirinya sendiri merayap menggerogoti diri.

"Mulai hari ini kalian tidak perlu melakukan tugas kalian. Gue bisa sendiri."

Serempak mereka bersimpuh, kecuali Alona yang sedari sedang mencerna kebingungannya. Jujur saja, Alona belum sepenuhnya terbiasa dengan sikap Nona Mudanya yang sekarang.

"Nona jangan pecat Kami." Kata-kata itu keluar berbarengan di iringi nada permohonan yang kental.

"Gue gak pecat kalian, gue nyuruh kalian buat ngerjain pekerjaan yang lebih bermanfaat."

"Tapi, Nona, kami ada di sini karena Nona," jawab salah satunya.

Audy melirik ke arah Alona. Seolah meminta kebenaran. Dan anggukan Alona membenarkan semuanya.

Kalau seperti ini Audy mana tega. "Yasudah kalian bakal terus bekerja di sini ..."

Senyuman kontan rekah dibirai mereka.

"Tapi, ganti tugas."

"Apapun Nona. Kami siap kerja apapun."

"Oke, nanti gue pikir-pikir dulu tugas kalian apa. Untuk sekarang kalian cukup datang ke kamar gue."

"Bentar, kalian suka film?" tanya Audy seraya melirik ruangannya yang memang sangat luas. Fasilitasnya pun bukan kaleng-kaleng. Terdapat ranjang besar, sofa, serta televisi berukuran besar pula. Sedangkan nuansanya tampak netral. Warna putih menjadi dominan.

"Yasudah tugas kalian sekarang nonton aja, gue mau mandi."

Pelayan yang berjumlah tujuh orang itu saling pandang, tapi tak lama mereka pun menurut. Mereka masih butuh gaji, selama pekerjaan itu halal mereka akan mengerjakannya tanpa protes.

Sedangkan Alona, dia mengerjapkan matanya lugu.

•••

Audy keluar kamar dengan mengenakan kaos hitam bergambar tengkorak manusia yang dipadukan dengan celana jogger tanpa karet senada. Rambut panjangnya yang biasa tergerai gini tampak diikat rapi.

"Pagi Bunda, Ayah, dan Bang Agan," sapa Audy di buat sebiasa mungkin. Sebenarnya Audy canggung, tapi dia harus membiasakan diri.

Anggota yang disebutkan barusan tampak mematung sesaat. Mata mereka bergulir meneliti Audy.

"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Audy.

"Engga apa-apa, hari ini kamu tampak berbeda, Dek," jawab Argantara seadanya.

Audy ikut memindai penampilannya. "Aku tampak cocok bukan? Ini baru saja dibeli, aku tidak suka dengan baju-baju yang ada, semuanya tampak aneh dan rame. Apakah selera fashion aku dulu seheboh itu?"

"Dulu kamu suka sekali dengan warna-warna pastel, selain itu kamu juga suka mengoleksi aksesoris-aksesoris yang unik dan menggemaskan," timpal Anindya seraya tersenyum kecil.

Audy tampak bergidik. "Stop, Bunda! Aku gak mau membayangkan serempong apa aku dulu. Mending kita sarapan aja."

"Iya, mari kita sarapan," tutup Angga. Angga tidak keberatan dengan bagaimana Audy, selama putri kecilnya yang sudah tumbuh besar itu nyaman dan tidak melanggar aturan itu sudah lebih dari cukup.

•••

Audy turun dari mobil hitam yang tentu saja (awalnya) bukan miliknya. Mobil itu milik Argantara. Namun, karena kasih sayang yang tiada tara Agantara pun memberikan mobil itu ketika Audy hanya ingin meminjamnya saja. Sayang juga, kan, jika harus beli mobil baru? Begitu pikirnya. Ya, bukan hanya kehilangan jati dirinya, Audy juga ikut kehilangan ingatan seberapa kaya keluarganya.

Tentu saja Audy tidak mau mengendarai mobil merah muda yang katanya miliknya itu, menurutnya sekarang mobil itu bukan lagi seleranya.

"Ini tempat gue kerja?" tanya Audy sekali lagi.

Alona mengangguk.

"Kantor apaan ini? Kenapa desainnya kayak TK."

Bangunan minimalis yang dicat dengan warna-warna pastel lengkap dengan kesan kerlap-kerlip dari taburan seperti berlian di sekitar bingkai kacanya.

"Ini Nody yang memilih sendiri desainnya," tutur Alona.

"Waw! Gue semakin ilfil sama diri gue yang sebelumnya."

Audy melepas sabuk pengamannya, "Yuk! Kita lihat senorak apa gue sebelumnya," ajak Audy seraya meraih tas kecil berwarna hitam lalu menyampirkannya asal di pundak.

Alona patuh. Dia beranjak mengikuti Sang Nona Muda.

"Tapi meskipun norak, kayaknya gue cukup pinter milih bahan. Gue yakin nih tiang harganya mahal," gumam Audy seraya memindai dua penyanggah gedung yang memang tampak kokoh.

Alona sigap menekan tombol pin agar bisa masuk. Tentu saja, Audy melupakan pinnya.

"Berapa pinnya?"

"1909."

"Cantik, tanggal apaan itu? Gue pernah kasih tau?" Sebelah alis Audy terangkat.

Baru saja Alona ingin mengangguk, tapi sebuah suara lebih dulu menginterupsi.

"Audy."

"Loh, elo? Ngapain di sini?"

Sosok jangkung yang baru saja memanggilnya adalah Auriga. Auriga tampak kebingungan. Dirinya pun tidak tahu kenapa dia bisa ada di sini. Bahkan hari ini Auriga berangkat lebih pagi dari biasanya hanya sekadar untuk memenuhi alam bawah sadarnya yang ingin berkunjung terlebih dahulu ke tempat kerja Audy sebelum ke tempat kerjanya.

"Aku hanya ingin mampir?" jawab Auriga terdengar tak yakin. Namun, Audy tampak tidak peduli. Audy hanya mengangguk tak acuh.

Audy pun masuk. Pertama yang dirinya lihat ialah beberapa manekin dengan baju-baju yang memang terlihat indah dan menawan terpasang di sana. Hanya saja Audy merasa itu bukan seleranya. Tampak sangat feminin dan elegan.

"Ini kantor atau toko? Selama ini gue jadi tukang dagang?" beo Audy.

Alona maju selangkah untuk menyamai langkah Audy.

"Semua baju yang ada di sini hasil rancangan Nody," papar Alona berinisiatif.

Langkah Audy mendadak terhenti. Kepalanya menoleh cepat ke arah Alona. "Maksud lo gue kerja jadi tukang jahit?!" pekik Audy.

"Bukan tukang jahit Nody, tapi Desainer. Nody dulu tidak suka jika ada yang menyebut profesi Nody sebagai tukang jah—"

"Persetan! Sama aja!"

Auriga yang mendengar kata-kata Audy kontan membelalak, sedangkan Alona hanya meringis. Alona sudah mendengar lebih dari sepuluh kata umpatan dari Nona Mudanya itu sebelumnya. Jadi kini telinganya sudah sedikit terbiasa, wajar jika reaksinya tak seperti Auriga.

"Sialan! Kenapa gue bego banget, udah terlahir kaya raya malah milih jadi tukang jahit."

"Harusnya gue milih jadi pengusaha batu bara."

Auriga semakin di buat menganga.

Auriga sulit percaya jika yang mengatakannya adalah seorang Audy Maharani Tanujaya, seseorang yang dulu memiliki perilaku seanggun namanya.

"Woy Ga! Pas kecil gue tolol juga pasti ya?"

Auriga mengerjapkan matanya. Raut keterkejutan semakin tercetak jelas di wajahnya.

"Jawab dong, Ga. Malah bengong kayak kesambet setan lo!"

Bukannya tersadar Auriga justru di buat semakin diam seribu bahasa.

"Au ah, bodoamat terserah elo kalau mau kesambet setan, gue mau lihat-lihat lagi."

Audy pun memilih pergi dari ruangan bawah. Sedangkan Alona memandang Auriga prihatin. Tanpa kata Alona mengikuti jejak Audy.

Auriga yang masih kebingungan hanya terdiam dengan netra yang tak kunjung lepas dari Audy.

"Apakah operasi kemarin benar-benar berjalan lancar?" Auriga berbisik penuh tanda tanya.

•••

Keasingan kita ini pernah aku harapkan, tapi kenapa rasanya tak menyenangkan?—Auriga Prayoga

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

ini serious, Thor,?
si Audy amnesia??
awalny kukira dia 'becanda'....
sengaja gitu, mo tau gmn hati Auriga stlh insiden itu....
🤔

2023-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01. PENOLAKAN KESEKIAN KALINYA
2 BAB 02. AKHIR DARI PENOLAKAN
3 BAB 03. AWAL YANG BARU
4 BAB 04. TAK SAMA LAGI
5 BAB 05. TERLAHIR KEMBALI
6 BAB 06. PERUBAHAN
7 BAB 07. CEMBURU?
8 BAB 08. CEMBURU LAGI
9 BAB 09. TRAGEDI SUSU KOTAK
10 BAB 10. TENTANG LUKA
11 BAB 11. PERTEMUAN DUA NAMA
12 BAB 12. 7 NOVEMBER
13 BAB 13. PERIHAL DAUN SELEDRI
14 BAB 14. RUMIT
15 BAB 15. MENGETAHUI FAKTA
16 BAB 16. FAKTA GILA
17 Bab 17. TELAH MENGGILA
18 BAB 18. SI GILA DAN FAKTA GILA
19 BAB 19. MENGUNJUNGI TEMPAT KENANGAN
20 BAB 20. BENTUK KEPEDULIAN
21 BAB 21. SELEBRASI
22 BAB 22. SELEBRASI 2
23 BAB 23. ADA APA?
24 BAB 24. FAKTA GILA LAGI
25 BAB 25. MENCARI PUZZLE YANG HILANG
26 BAB 26. HUJAN
27 BAB 27. MENCARI PUZZLE YANG HILANG 2
28 BAB 28. CEMBURU LAGI
29 BAB 29. TERTAWAN JOKER?
30 BAB 30. TERULANG KEMBALI
31 BAB 31. TUGAS AGUNG
32 BAB 32. KEMBALI UTUH DALAM LUKA
33 BAB 33. RAPUH
34 BAB 34. KEBENERAN
35 BAB 35. KEPUTUSAN
36 BAB 36. MANIS
37 BAB 37. #KILAS BALIK - LUKA YANG KEMBALI
38 BAB 38. TENTANG RASA
39 BAB 39. MAAF KARENA AKU MENCINTAIMU
40 BAB 40. #KILAS BALIK — KEHADIRANNYA
41 BAB 41. #KILAS BALIK - PERJUMPAAN KEMBALI
42 BAB 42. #KILAS BALIK - KEGILAAN MANUSIA GILA
43 BAB 43. #KILAS BALIK - SEMAKIN MENGGILA
44 BAB 44. #KILAS BALIK - MENGUKIR KENANGAN
45 BAB 45. LAMAR AKU
46 BAB 46. LAMARAN
47 BAB 47. KEBAHAGIAAN ABADI
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 01. PENOLAKAN KESEKIAN KALINYA
2
BAB 02. AKHIR DARI PENOLAKAN
3
BAB 03. AWAL YANG BARU
4
BAB 04. TAK SAMA LAGI
5
BAB 05. TERLAHIR KEMBALI
6
BAB 06. PERUBAHAN
7
BAB 07. CEMBURU?
8
BAB 08. CEMBURU LAGI
9
BAB 09. TRAGEDI SUSU KOTAK
10
BAB 10. TENTANG LUKA
11
BAB 11. PERTEMUAN DUA NAMA
12
BAB 12. 7 NOVEMBER
13
BAB 13. PERIHAL DAUN SELEDRI
14
BAB 14. RUMIT
15
BAB 15. MENGETAHUI FAKTA
16
BAB 16. FAKTA GILA
17
Bab 17. TELAH MENGGILA
18
BAB 18. SI GILA DAN FAKTA GILA
19
BAB 19. MENGUNJUNGI TEMPAT KENANGAN
20
BAB 20. BENTUK KEPEDULIAN
21
BAB 21. SELEBRASI
22
BAB 22. SELEBRASI 2
23
BAB 23. ADA APA?
24
BAB 24. FAKTA GILA LAGI
25
BAB 25. MENCARI PUZZLE YANG HILANG
26
BAB 26. HUJAN
27
BAB 27. MENCARI PUZZLE YANG HILANG 2
28
BAB 28. CEMBURU LAGI
29
BAB 29. TERTAWAN JOKER?
30
BAB 30. TERULANG KEMBALI
31
BAB 31. TUGAS AGUNG
32
BAB 32. KEMBALI UTUH DALAM LUKA
33
BAB 33. RAPUH
34
BAB 34. KEBENERAN
35
BAB 35. KEPUTUSAN
36
BAB 36. MANIS
37
BAB 37. #KILAS BALIK - LUKA YANG KEMBALI
38
BAB 38. TENTANG RASA
39
BAB 39. MAAF KARENA AKU MENCINTAIMU
40
BAB 40. #KILAS BALIK — KEHADIRANNYA
41
BAB 41. #KILAS BALIK - PERJUMPAAN KEMBALI
42
BAB 42. #KILAS BALIK - KEGILAAN MANUSIA GILA
43
BAB 43. #KILAS BALIK - SEMAKIN MENGGILA
44
BAB 44. #KILAS BALIK - MENGUKIR KENANGAN
45
BAB 45. LAMAR AKU
46
BAB 46. LAMARAN
47
BAB 47. KEBAHAGIAAN ABADI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!