Dua minggu telah berlalu, Audy kini sudah diperbolehkan pulang. Meskipun begitu, dia diharuskan untuk tetap melakukan pemeriksaan rutin.
Dan dua minggu terakhir pula membuat Auriga semakin disadarkan bahwa Audy memang bukan lagi perempuan yang sama dengan perempuan yang rela mati untuknya kala itu. Salah satu perubahan besar itu ialah; Audy tak lagi mengejarnya. Dalam kata lain mungkin Audy telah berhenti mencintainya. Bahkan bukan hanya cintanya saja yang hilang, ingatan tentang Auriga pun nyaris terkikis habis. Audy hanya mengenal Auriga sebagai teman masa kecilnya, kenangan mereka hanya berhenti sampai disitu.
Auriga jadi teringat akan pertemuan antara keluarga Tanujaya dan Prayoga beberapa waktu lalu yang mana pokok pembahasannya ialah tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka ke depannya.
"Ga, seperti yang kamu tahu, kondisi Audy sudah tak sama lagi. Kemungkinan ingatan Audy kembali memang ada, tapi tidak tahu pasti waktunya kapan. Jika menurutmu permintaan kami untuk menuggu Audy pulih total adalah sebuah keegoisan, maka Om memberikan kamu kebebasan untuk memilih." Hari itu wajah tegas Angga memang tak seperti biasanya, hanya saja tutur katanya tetap terdengar berwibawa dan penuh pengertian.
"Aga akan menunggu, lagi pula Aga ikut berperan besar akan kondisi Audy saat ini." Auriga sungguh membingungkan bukan? Bukankah ini waktu yang tepat untuk ia kabur dari perjodohan gila yang diotaki oleh Audy?
Keluarga Tanujaya dan Prayoga memang sudah tahu alasan kecelakaan itu terjadi, tentunya dengan garis besar yang hanya Auriga ceritakan. Auriga tak berani membeberkan semuanya, dia takut. Takut akan rekasi kelurga Tanujaya yang mungkin akan langsung menjauhkan Audy dari jangkauannya, sedangkan Auriga masih punya segudang utang budi pada perempuan itu. Ya, karena alasan itu ternyata Auriga memilih untuk tetap mempertahankan perjodohan.
"Kamu jangan terlalu menekan diri, Ga, ini sudah takdir Allah. Bukan salah kamu," tutur Argantara yang selalu ingin terlibat jika itu menyangkut urusan sang adik tercinta.
"Tidak, Bang. Aku tetap ingin menunggu Audy."
"Jika ingatan Audy tak kunjung kembali? Apa kamu akan tetap memilih menunggunya? Kami akan sangat egois jika melakukan itu, Ga. Jadi bagaimana kalau kita membuat kesepakatan? Jika dalam waktu satu tahun, ingatan Audy tak kunjung kembali, kamu boleh memilih perempuan lain, bahkan jika sebelum waktu satu tahun pun kalau-kalau kamu sudah menemukan perempuan yang cocok maka beritahukan kami. Kami tahu Aga, kamu tidak mencintai Audy. Bahkan kami sangat berterima kasih karena sebelumnya kamu sudah menerima perjodohan ini dengan lapang dada," timpal Argantara yang membuat Auriga diam tak berkutik.
"Agan, Aga memang tidak mencintai Audy, tapi itu bukanlah hal yang sulit. Audy sangat mudah untuk dicintai," tandas Anjani yang waktu itu tampak kukuh ingin mempertahankan perjodohan.
Auriga menghela napas berat, yang mana berhasil memancing kerutan dalam di dahi Audy yang masih berbaring di ranjang pasien.
"Kenapa lo? Ngantuk? Atau lapar?"
Auriga menggeleng, dia pun mulai terbiasa dengan cara bicara Audy yang sekarang.
"Tidak, saya hanya sedikit capek," ujar Auriga ragu. Apakah alasan itu bisa dipercaya, tapi seperti yang Auriga simpulkan bahwa; Audy tak lagi mengejarnya, sehingga hal ganjal apapun dalam dirinya tak lagi menarik atensi perempuan itu.
"Istirahat makanya. Lagian, sih, padahal, kan, gue minta di jemputnya ke Kenan, kenapa malah lo yang datang?" gerutu Audy.
"Kan, saya sudah bilang, kalau ada apa-apa ke saya aja."
Audy memainkan ke dua bola matanya seraya mengembang kempiskan pipinya yang terlihat lebih berisi dari sebelumnya.
"Iya."
"Lagian kamu ketergantungan banget sama Kenan, memangnya dia siapa kamu. Anggota keluarga Tanujaya juga bukan." Tanpa sadar Auriga ngedumel.
"Entahlah, tapi satu-satunya nama dan wajah yang pertama kali muncul pas gue bangun itu Kenan, bahkan jujur sampai sekarang pun gue masih merasa asing ke keluarga gue. Entah itu Ayah, Bunda atau pun Bang Agan."
"Mungkin kalau ingatan kamu kembali, kamu sekarang bakal jadi orang paling bahagia," ujar Auriga seraya menyiapkan kursi roda untuk Audy. Audy menolak keras untuk duduk di sana, tapi ternyata kekeraskepalaan Auriga tidak main-main. Ya, Auriga yang menang.
"Kenapa gitu?"
"Karena saya mulai peduli sama kamu." Tentu saja jawaban itu hanya dapat Auriga lontarkan dalam hati. Hanya senyuman kecil yang tampak kepermukaan.
•••
"Gila! Ini benaran rumah gue? Gue benaran anak konglomerat?" heboh Audy saat kakinya menapaki halaman istana keluarga Tanujaya. Tidak lupa belasan Asisten Rumah Tangga yang sudah berbaris rapi menyambut sang nona muda Tanujaya yang baru saja kembali ke kediaman. Salah satu pelayan dengan baju sedikit lain menghampirinya, perawakannya nyaris sama seperti Audy.
"Nody. Nody sudah sembuh total? Apakah Nody benar-benar sudah baik-baik saja?"
Audy memicingkan matanya, berusaha menggali bayangan akan perempuan yang sepertinya lebih muda darinya itu.
Tak mendapat sahutan, perempuan itu dengan tiba-tiba memeluk Audy disertai isak tangis.
"Nody benaran lupa sama aku? Ini semua salah aku, harusnya aku tidak izin pulang kampung, harusnya aku selalu menemani Nody di sini, harus—"
"Jangan menangis, gue emang lupain elo, tapi gue rasa ngga sepenuhnya. Gue kenal aroma tubuh elo. Jadi siapa elo?" potong Audy seraya membalas pelukan perempuan itu.
"Nody serius?" Mata basahnya berubah berbinar cerah.
"Ya, tentu."
Barisan gigi kecilnya terlihat jelas. "Aku Alona, pelayan pribadi Nody."
"Oke Alona. Hai, maaf gue lupain elo, tapi gue rasa gue gak akan canggung sama lo, jadi siap-siap aja gue repotin."
"Alona 24 jam standby untuk Nody repotkan."
"Aish! Kenapa lo seceria ini? Sebenarnya berapa gaji yang lo dapatkan dari hasil gue repotin, hm?" gurau Audy yang ditanggapi serius oleh Alona. Si pelayan paling muda yang juga merangkap sebagi pelayan pribadi serta sahabat Audy sebelum ingatannya raib.
"Nody benaran hilang ingatan, ya? Padahal Nody sendiri yang menentukan nominalnya. Banyak banget, Nody. Sekitar 75 juta perbulan."
"Apa?!" pekik Audy. Bahkan tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.
"Apa gajinya pelayan semahal itu?"
Alona mengangguk. "Iya, tapi mungkin cuma aku."
Audy mencondongkan wajahnya seraya berbisik, "Apa keluarga Tanujaya sekaya itu?"
"Iya. Bahkan Zakat harta yang kelurga Tanujaya keluarkan pertahunnya pun nyaris mencapai 3 M."
Kali ini Audy benar-benar tersedak oleh ludahnya. Auriga sigap menepuk pelan tengkuk Audy yang membuat Alona menyadari kehadirannya.
"Mas Aga? Tumb—"
"Saya dan Audy masuk dulu," seloroh Auriga. Tentu saja, Auriga tidak akan membiarkan semuanya menjadi runyam karena kecerobohan mulut Alona. Auriga tahu betul selengket apa Audy dan Alona sebelumnya. Dan Auriga jelas tahu tidak ada rahasia diantara ke duanya. Sudah pasti Alona tahu segalanya, termasuk tahu hubungan dirinya dan Audy sebelumnya. Auriga tentu tidak akan membiarkan pelayan pribadi Audy itu buka mulut. Sekarang atau pun ke depannya.
•••
"Untuk sementara waktu ini yang akan menjadi kamarmu, nanti setelah ingatan kamu kembali, kamu bisa pindah ke kamarmu yang lama. Bunda hanya takut kamu kenapa-kenapa karena dipaksa mengingat oleh kenangan-kenangan yang tertinggal dikamar lamamu, tapi di sisi lain untuk menyingkirkannya pun Bunda tidak punya hak atas itu. Jadi satu-satunya cara adalah menunggu kondisimu hingga pulih sepenuhnya."
Audy tersenyum tulus. Audy tidak meragukan lagi bahwa wanita cantik di depannya adalah wanita yang melahirkannya, dia begitu penuh kasih. Pancaran matanya tak lekang oleh taburan sayang yang tak berbilang.
"Iya, Bun. Makasih, ya. Bunda tahu, 'kan, hilang ingatan atau tidak, Audy tetap sayang Bunda. Bunda jangan cemas ya, Audy hanya belum terbiasa."
Raut wajah Anindya rekah. Dia bahagia mendengar penuturan putrinya yang penuh keyakinan itu.
"Bunda akan menunggu waktu itu tiba. Bunda juga sangat menyayangi putri Bunda ini." Jemari hangatnya terlihat melingkupi sebelah pipi Audy, membelainya penuh kehati-hatian.
•••
÷62...
Dy ini aku, Kenan. Kata Bang Agan kamu udah pegang hp
Dengan cepat Audy membalas pesan Kenan.
"Kasih nama apa, ya?"
"Kenan? Terlalu biasa?"
"My favorit boy? Dia kan cowok yang suka gue repotin."
Dan nama itu pun tercantum di buku kontaknya.
•••
Aku tidak pernah mengharapkannya, tapi kepergiannya pun tidak pernah aku bayangkan. Lantas apa yang sebenarnya aku inginkan? •—Auriga Prayoga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Mungkin, membuka hatimu untuk Audy
dan....
membuang kenanganmu bersama Anggita..
Bisakah???
2023-09-09
0