BAB 03. AWAL YANG BARU

Audy berlari dengan pikiran yang sudah kosong. Satu-satunya yang tersisa hanyalah membiarkan Auriga untuk tetap baik-baik saja. Kaki mungil yang biasanya melangkah dengan anggun kini tampak berlari bak harimau mengejar mangsa.

Selang beberapa saat, suara dentuman terdengar keras. Suasana mendadak kaku. Tubuh rapuh Audy melayang bersamaan dengan bunyi benturan yang kembali terdengar. Jeritan silih bersahutan kala menyaksikan tubuh Audy yang kini tergeletak nyaris tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang.

Detik pertama Audy merasa mati rasa hingga kemudian rasa panas bak timah yang disiramkan ke tubuh terasa menyengat lalu sepersekian detik mematikan fungsi geraknya. Rasanya terlalu menyakitkan, sampai-sampai Audy sulit membuka mata.

"Apakah aku akan meninggal? Jika iya, bolehkah aku meminta jangan sekarang, aku belum pernah merasakan indahnya dicintai."

Audy samar-samar mendengar teriakan orang-orang disekitarnya, tapi itu hanya sebentar karena setelahnya telinga Audy mendengung hingga menciptakan lengkingan yang amat sangat menyakitkan. Tak lama Audy pun tergolek tak sadarkan diri.

Sementara itu, Auriga memandang Audy dengan raga yang nyaris tanpa jiwa. Auriga terkejut sekaligus tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pemandangan Audy dengan darah yang bersimbah membuat Auriga diam mematung. Bahkan untuk menyerukan nama perempuan itu pun Auriga tak mampu, lidahnya kelu. Hanya jantungnya yang berdetak tak karuan.

•••

"Ada apa ini, Aga? Kenapa Audy bisa tertabrak? Kenapa bisa? Apa yang kamu lakukan hingga lalai dalam menjaganya? Harusnya Audy bisa aman saat bersama kamu, bukan malah sebaliknya." berondong Anjani. Dia benar-benar terkejut dengan kabar yang didengarnya satu jam yang lalu.

Auriga tak mampu menjawab, bahkan untuk sekadar berdeham pun dia tak bisa. Kemeja yang biasanya selalu terpasang rapi kini terlihat awut-awutan. Dia terduduk lesu di kursi tunggu dengan ke dua orang tua serta kakak Audy yang sedari tadi hanya membisu dengan Anindya yang terus menangis tanpa henti.

Lampu operasi sudah berganti warna, semua yang ada di sana kontan melangkah menghampiri sang Dokter yang masih lengkap dengan baju operasi.

"Dok ..." panggil Anindya menggantung.

"Alhamdulillah operasinya lancar, kondisi saudari Audy sudah melewati masa kritis, nanti setelah dipindahkan ke kamar rawat inap pihak keluarga bisa langsung menjenguknya," ucap sang Dokter disertai senyuman menenangkan yang membuat mereka menghela napas lega. Rasanya satu jam dengan kekhawitaran kini terbalaskan mendengar kabar yang sesuai harapan. Audy tertolong pun sudah merupakan keajaiban.

"Namun, saya perlu bicara dengan salah satu pihak keluarga untuk kemungkinan kondisi saudari Audy pasca operasi."

Sigap Argantara berdiri, laki-laki jangkung itu melangkah mengikuti Dokter.

"Bunda butuh bicara sama kamu!" Anjani masih belum bisa melepaskan Auriga begitu saja, karena menurut cerita Kenan, Anggita ada di lokasi kejadian. Anjani tentu mengenalnya. Dia perempuan yang di pilih putranya. Namun, tak mendapatkan restunya.

•••

Tanpa terasa kejadian yang sempat mengguncang jantung keluarga besar Tanujaya dan Prayoga itu telah berlalu satu minggu lamanya. Yang mana, di akhir minggu ini juga Auriga baru bisa memberanikan diri untuk menampakan diri di hadapan Audy.

Auriga mengetuk pintu pelan, tangan kirinya terlihat menenteng bunga mawar putih segar kesukaan Audy.

"Masuk!" sahut Audy.

Auriga pun masuk. Netra-nya langsung disuguhi Audy yang tengah memakan buah apel dengan santai. Luka-luka yang didapatnya beranjak membaik. Bahkan Audy sudah tampak sehat seperti sedia kala—jika tak ada perban yang bertaburan di lengan, kaki, dan sedikit di bagian pelipisnya. Proses sembuh Audy cukup pesat, karena memang perempuan itu tidak rewel dalam mengkonsumsi obat maupun dengan metode pengobatan.

"Hai," sapa Audy pada Auriga terdengar terlalu biasa saja untuk ukuran seseorang yang—secara tidak langsung—telah menyebabkannya masuk rumah sakit. Apalagi kecelakaan hari itu cukup parah. Raut Audy masih tampak bersahabat, meskipun Auriga tidak menemukan binar antusias seperti biasanya di setiap kali Audy melihatnya ... apa Auriga salah lihat?

"Mau jenguk, ya? Gue udah sembuh, kok, gak usah tegang gitu mukanya."

Auriga mengerutkan keningnya dalam. Gue? Apakah Auriga tidak salah dengar?

"Ah iya, nama lo siapa? Hubungan kita sebelumnya apa?"

Auriga mematung sejenak. Apa Audy sedang berpura-pura tidak mengenalnya? Atau perempuan itu sedang berusaha mengelabuinya? Sesaat Auriga tersadar akan sesuatu, dia tersentak ... Apa kecelakaan itu telah merenggut ingatan Audy? Jika, ya, kenapa tidak ada yang memberitahunya akan fakta itu?

Audy memicingkan matanya. "Jangan bilang kalau lo mantan gue? Terus lo gagal move on?"

Bersamaan dengan selesainya pertanyaan Audy yang terlontar pintu terbuka.

"Oh, eh, hai Ga!"

Auriga semakin dibuat bingung dengan kehadiran Kenan.

"Ngapain lo di sini?" Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir penuh milik Auriga.

"Kalian saling kenal?" sela Audy.

"Auriga, sahabat aku."

"Oh, berarti kemungkinan gue kenal dia juga, dong." Audy menunjuk Auriga lewat sorot matanya.

"Ya, tentu saja," imbuh Kenan seraya melirik Auriga yang masih mencoba mencerna semuanya.

"Oh hai Auriga. Maaf, kecelakaan kemarin buat otak gue agak sengklek hehe, jadi ingatannya eror."

"Tapi kamu kenal Kenan?" Lidah Auriga yang beberapa detik lalu kelu kini mendadak bergerak lincah tanpa komando.

"Iya. Kenan, dia Koki di Restoran milik keluarga gue. Dia teman baik gue. Orang tersayang gue."

Entah kenapa Auriga sedikit tak suka dengan fakta itu. Kenapa hanya Kenan? Lalu apa katanya? Orang tersayang? Orang tersayang gue?!

"Kaivan?" tanya Auriga.

"Siapa dia?" Tatapan Audy mengarah ke arah Kenan. Kenan melangkah mendekat ke arahnya tidak lupa dengan senyuman manis yang khas. Dan semua itu tak luput dari penglihatan Auriga.

"Sahabat aku sama Auriga juga, dan for your information mereka juga Koki utama di Restoran keluarga kamu."

Audy meringis, jemari lentiknya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maaf?" Haruskah dirinya minta maaf? Entahlah, Audy bingung.

"Duduk, Ga. Makasih, lho, elo udah mau jenguk, dan sekali lagi maaf karena udah lupain lo," sambung Audy berusaha mengusir kecanggungan.

Auriga mendekat, meletakan buket bunga yang dibawanya tepat dipangkuan Audy. "Bunga kesukaan kamu."

Audy menjauhkan wajahnya, hingga suara bersin-bersin terdengar menggema. "Ga, hacih! Kayakanya, hacih! Gue alergi bunga deh."

Auriga kontan mengambil bunganya, lalu menaruhnya di belakang tubuhnya. "Alergi bunga?"

"Iya. Gue juga baru tahu hari ini."

Auriga benar-benar dibuat kebingungan. Pertama, Audy berbicara lo gue, ke dua, fakta Audy yang melupakannya, tapi tidak dengan Kenan, dan ke tiga Audy alergi bunga. Terlebih pada bunga mawar putih yang merupakan bunga favorit perempuan itu.

"Maaf, Ga. Ini mungkin terdengar aneh, tapi semenjak Audy bangun dia memang sedikit berbeda, atau bahkan mungkin akan banyak," bisik Kenan yang tentunya tak dapat di dengar Audy yang masih sibuk menggosok-gosok pucuk hidungnya.

"Kenapa dia bisa ingat lo?" tuntut Auriga tak kalah pelan.

"Entah, tapi kata Bang Argantara, yang pertama kali diingat Audy adalah gue." Dan wow! Kenan bahkan sudah tahu lebih awal tentang kondisi Audy yang sesungguhnya.

"Lo gak lupa, kan? Dia itu tunangan gue?!" delik Auriga.

"Maksud lo, calon tunangan yang gagal. Dan jangan lupa, Audy juga perempuan yang lo benci kehadirannya."

Auriga memandang Kenan tajam. Seolah tak terima dengan perkataan sahabatnya itu.

"Ken, mau minum!" rengek Audy mengalihkan perdebatan dua laki-laki tampan itu.

"Biar saya saja!" Auriga melangkah sigap mengambil segelas air putih untuk perempuan itu.

"Makasih, Ga."

"Sama-sama. Mulai hari ini, saya yang bakal penuhin kebutuhan kamu, berhenti meminta tolong pada Kenan."

"Kenapa?"

"Kenan sibuk." Tanpa sadar Auriga menjawabnya dengan ketus.

"Emang elo enggak?"

"Tidak sama sekali."

"Lo lagi simulasi jadi pengangguran?"

Kenan terkekeh. "Bukan begitu, Audy, tapi intinya Auriga lebih berhak kamu repotkan."

Dengan bibir yang mengerucut, juga alis yang menekuk Audy berpikir keras. "Oke, deh."

"Yaudah kalau gitu aku pergi dulu, kan, udah ada Auriga," pamit Kenan.

"Tapi besok ke sini, 'kan?"

"Ngapain?" seloroh Auriga.

"Dia janji mau ngajak gue jalan-jalan disekitar rumah sakit."

"Saya saja!" Kalimat itu bukan pernyataan, tapi perintah yang tidak membutuhkan penolakan. Jawabannya harus mau atau iya.

"Oh oke."

•••

"Audy, saya mau tanya."

"Hm, tanya aja."

Auriga yang tengah duduk di sofa pun menegakan tubuhnya. Sedangkan Audy masih fokus memandang layar lebar yang menayangkan serial kartun. Sungguh bukan Audy sekali. Perempuan itu lebih suka menonton hal-hal yang berbau dengan fashion—hal yang sangat berkaitan erat dengan pekerjaan perempuan itu.

"Apa yang terakhir kamu ingat sebelum kecelakaan?" ujar Auriga hati-hati.

"Makan masakan Kenan."

"Hanya itu?" Untuk ke dua kalinya, Auriga sedikit tak suka dengan fakta itu. Kenapa musti Kenan? Dan kenapa hanya Kenan? Tapi di sisi lain, kenapa juga Audy musti mengingat dirinya? Bukankah semua akan lebih baik jika Audy melupakannya? Banyak hal yang akan menguntungkannya, salah satunya kemungkinan terselamatkannya hubungan dia dan Anggita ... tapi kenapa Auriga malah merasa sedih?

"Iya."

"Audy," panggil Auriga lirih, kaki panjangnya melangkah ke ranjang pasien lalu duduk tepat di pinggirannya. Ke dua telapak tangan besarnya melingkupi ke dua pipi Audy.

"Perhatikan wajah saya baik-baik, apa kamu benar-benar tidak ingat?"

Ke duanya lama terdiam. Satu detik, dua detik. Sepuluh detik pun berlalu.

Ke dua bola mata Audy membola. "Lo?!"

Auriga mengangkat sebelah alisnya. Menanti jawaban Audy dengan cemas.

"Lo teman masa kecil gue, ya?!"

"Sebatas itu?"

Audy mengangguk yakin. "Mata kalian mirip. Dulu juga, mata Auriga teman kecil gue juga kayak gini, terus dia juga punya tahi lalat kecil di ujung matanya, dan elo juga, terus nama kalian sama."

Auriga meringis.

Entah untuk hal apa Auriga merasa kecewa.

•••

Bukankah aku sudah bilang, kamu segalanya. Bahkan kegilaan bayangan hidup tanpamu membuatku mengorbankan balutan jiwa yang rapuh ini. •—Audy Maharani Tanujaya

Episodes
1 BAB 01. PENOLAKAN KESEKIAN KALINYA
2 BAB 02. AKHIR DARI PENOLAKAN
3 BAB 03. AWAL YANG BARU
4 BAB 04. TAK SAMA LAGI
5 BAB 05. TERLAHIR KEMBALI
6 BAB 06. PERUBAHAN
7 BAB 07. CEMBURU?
8 BAB 08. CEMBURU LAGI
9 BAB 09. TRAGEDI SUSU KOTAK
10 BAB 10. TENTANG LUKA
11 BAB 11. PERTEMUAN DUA NAMA
12 BAB 12. 7 NOVEMBER
13 BAB 13. PERIHAL DAUN SELEDRI
14 BAB 14. RUMIT
15 BAB 15. MENGETAHUI FAKTA
16 BAB 16. FAKTA GILA
17 Bab 17. TELAH MENGGILA
18 BAB 18. SI GILA DAN FAKTA GILA
19 BAB 19. MENGUNJUNGI TEMPAT KENANGAN
20 BAB 20. BENTUK KEPEDULIAN
21 BAB 21. SELEBRASI
22 BAB 22. SELEBRASI 2
23 BAB 23. ADA APA?
24 BAB 24. FAKTA GILA LAGI
25 BAB 25. MENCARI PUZZLE YANG HILANG
26 BAB 26. HUJAN
27 BAB 27. MENCARI PUZZLE YANG HILANG 2
28 BAB 28. CEMBURU LAGI
29 BAB 29. TERTAWAN JOKER?
30 BAB 30. TERULANG KEMBALI
31 BAB 31. TUGAS AGUNG
32 BAB 32. KEMBALI UTUH DALAM LUKA
33 BAB 33. RAPUH
34 BAB 34. KEBENERAN
35 BAB 35. KEPUTUSAN
36 BAB 36. MANIS
37 BAB 37. #KILAS BALIK - LUKA YANG KEMBALI
38 BAB 38. TENTANG RASA
39 BAB 39. MAAF KARENA AKU MENCINTAIMU
40 BAB 40. #KILAS BALIK — KEHADIRANNYA
41 BAB 41. #KILAS BALIK - PERJUMPAAN KEMBALI
42 BAB 42. #KILAS BALIK - KEGILAAN MANUSIA GILA
43 BAB 43. #KILAS BALIK - SEMAKIN MENGGILA
44 BAB 44. #KILAS BALIK - MENGUKIR KENANGAN
45 BAB 45. LAMAR AKU
46 BAB 46. LAMARAN
47 BAB 47. KEBAHAGIAAN ABADI
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 01. PENOLAKAN KESEKIAN KALINYA
2
BAB 02. AKHIR DARI PENOLAKAN
3
BAB 03. AWAL YANG BARU
4
BAB 04. TAK SAMA LAGI
5
BAB 05. TERLAHIR KEMBALI
6
BAB 06. PERUBAHAN
7
BAB 07. CEMBURU?
8
BAB 08. CEMBURU LAGI
9
BAB 09. TRAGEDI SUSU KOTAK
10
BAB 10. TENTANG LUKA
11
BAB 11. PERTEMUAN DUA NAMA
12
BAB 12. 7 NOVEMBER
13
BAB 13. PERIHAL DAUN SELEDRI
14
BAB 14. RUMIT
15
BAB 15. MENGETAHUI FAKTA
16
BAB 16. FAKTA GILA
17
Bab 17. TELAH MENGGILA
18
BAB 18. SI GILA DAN FAKTA GILA
19
BAB 19. MENGUNJUNGI TEMPAT KENANGAN
20
BAB 20. BENTUK KEPEDULIAN
21
BAB 21. SELEBRASI
22
BAB 22. SELEBRASI 2
23
BAB 23. ADA APA?
24
BAB 24. FAKTA GILA LAGI
25
BAB 25. MENCARI PUZZLE YANG HILANG
26
BAB 26. HUJAN
27
BAB 27. MENCARI PUZZLE YANG HILANG 2
28
BAB 28. CEMBURU LAGI
29
BAB 29. TERTAWAN JOKER?
30
BAB 30. TERULANG KEMBALI
31
BAB 31. TUGAS AGUNG
32
BAB 32. KEMBALI UTUH DALAM LUKA
33
BAB 33. RAPUH
34
BAB 34. KEBENERAN
35
BAB 35. KEPUTUSAN
36
BAB 36. MANIS
37
BAB 37. #KILAS BALIK - LUKA YANG KEMBALI
38
BAB 38. TENTANG RASA
39
BAB 39. MAAF KARENA AKU MENCINTAIMU
40
BAB 40. #KILAS BALIK — KEHADIRANNYA
41
BAB 41. #KILAS BALIK - PERJUMPAAN KEMBALI
42
BAB 42. #KILAS BALIK - KEGILAAN MANUSIA GILA
43
BAB 43. #KILAS BALIK - SEMAKIN MENGGILA
44
BAB 44. #KILAS BALIK - MENGUKIR KENANGAN
45
BAB 45. LAMAR AKU
46
BAB 46. LAMARAN
47
BAB 47. KEBAHAGIAAN ABADI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!