Bagian 5

...Irish Gita...

Oalah

Emang aku aneh-aneh gimana?

Cowok itu kan Kakak aku, masa nggak boleh nyamperin adiknya

Mendapat jawaban seperti itu membuat Ferly merasa lega. Tadinya ia sempat berpikir jika itu adalah pelatihnya, namun jika hanya pelatih mengapa sampai harus berpelukan?

Untung saja Irish segera jujur kepadanya.

...****************...

Ferly bersama timnya bersiap menuju lokasi pertandingan yang akan berlangsung pagi ini. Tidak lupa sedikit melakukan pemanasan sebelum masuk ke dalam bis.

Ketika hendak naik ke bis, tiba-tiba ada lemparan bola yang mengarah pada Ferly. Dia yang terkesiap pun dengan sigap menangkap bola itu meski hampir saja terjungkal ke belakang. Seketika menoleh ke arah datangnya bola, Ferly pun mengembalikan bola itu ke mereka dan segera naik ke bis. Namun, langkahnya kembali terhenti karena suara dari teman-teman lamanya.

"Udah nggak takut sama bola basket lagi, Fer?! Barusan bisa nangkap, tuh," ejek Aris, salah satu teman Aditya.

Ferly menaikkan sebelah alisnya, "emang sejak kapan gue takut sama bola?! Kalau gue takut bola, nggak mungkin gue bisa ikut tanding ke sini kan?!"

Seloroh Ferly dengan santai, yang seketika membungkam Aditya cs.

Belum sempat bersuara lagi, teman-teman Ferly segera datang untuk mengajaknya naik ke bis karena waktu semakin mendekati jadwal pertandingan mereka.

...****************...

Memandangi jendela dengan tatapan kosong, Ferly sebenarnya masih galau dengan pertandingan hari ini. Bisakah ia bermain dengan baik nanti? Bagaimana jika ia malah mengacaukan pertandingan mereka? Bisakah ia berdiri tegak di tengah lapangan di mana ada ratusan pasang mata yang akan menyaksikan?

"Minum dulu, Fer!"

Suara yang tiba-tiba menyadarkan Ferly dari lamunan. Suara yang tidak asing bagi Ferly, tapi cukup membuatnya terkejut.

"Pak Ilham!?"

Ya. Pak Ilham adalah guru olahraga di SMA Garuda, jadi tidak heran jika mereka berada dalam satu bis. Karena tim sepak bola mereka merupakan gabungan dari tim futsal SMA Garuda dan SMA Phoenix.

"Tidak usah dipikirkan apa yang dilakukan Aditya barusan. Bagaimanapun kalian pernah berteman di SMA Garuda."

Ferly menerima botol mineral yang diberikan Pak Ilham dengan sopan, tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Kamu itu dipilih sebagai anggota tim karena kamu ada bakat. Apa yang pernah kamu alami di masa lalu mungkin menjadi pukulan yang berat buat kamu. Tapi, Saya yakin, jauh di lubuk hati kamu pasti masih ada pikiran untuk kembali mengembangkan bakatmu itu. Dan, Saya juga tidak ingin kamu terpuruk terlalu jauh."

Entah itu kalimat dukungan atau hanya untuk formalitas saja. Ferly pun hanya mendengarkan seksama.

"Terima kasih semangatnya, Pak. Tapi Pak Ilham juga pasti tahu kalau Saya nggak mungkin kembali ke basket lagi."

"Tidak ada yang tidak mungkin, Ferly. Hanya saja mungkin kamu yang masih trauma, sehingga kamu tidak mau terlibat dengan hal yang membuat kamu trauma itu. Saya merekomendasikan kamu juga atas permintaan orangtuamu yang sering melihat kamu melamun tanpa sebab. Mereka ingin yang terbaik untuk kamu, lalu kenapa kamu tidak mencoba memberikan yang terbaik untuk dirimu sendiri!?"

Ferly terdiam, tak menyangka orangtuanya melihat dirinya sebagai sosok yang menyedihkan seperti itu. Padahal Ferly tidak ada masalah sama sekali, trauma itu memang ada, tapi penyebabnya hanya Ferly sendiri yang tahu. Ia tidak pernah menceritakan apa yang ia alami kepada siapapun. Termasuk orangtuanya sendiri.

"Kamu harus bisa bangkit Ferly! Buktikan pada dirimu sendiri kalau kamu bisa keluar dari rasa trauma itu. Kamu harus ingat kalau kamu itu berbakat, dan kamu harus memanfaatkan bakatmu untuk kebahagiaanmu sendiri."

Kalimat yang membuat Ferly semakin bimbang. Apa mungkin ia harus terus berlari saat kakinya tak mampu menopang lututnya untuk berlari lebih lama?

...****************...

Tapi, ketakutan itu semakin nyata. Tubuhnya yang tak siap pun terus gemetar, hendak mundur tapi langkahnya malah semakin ke depan. Menelan ludah pun susah payah ia lakukan, keringat dingin mulai mengucur bahkan sebelum pertandingan dimulai.

Randi yang paham pun merangkul bahu Ferly, meyakinkan sahabatnya itu kalau ia pasti bisa. Diikuti dengan rangkulan teman-temannya yang lain, mendorong Ferly untuk melangkah semakin dekat ke tengah lapangan. Tanpa mereka sadari, ada dua pasang mata yang mengkhawatirkan kondisi Ferly.

"Lo yakin Ferly nggak apa-apa setelah ini?" tanya Abyan pada Ilham. Karena sebenarnya mereka juga berteman baik meski mengajar di sekolah yang berbeda.

"Gue juga belum tahu. Tapi berdoa aja dia akan lebih membaik nanti," jawab Ilham. Tanpa menurunkan sorot khawatir pada Ferly. "Dia anak yang baik juga berbakat, mungkin ini ujian berat buat dia ...," lanjutnya. Seolah menggantungkan kalimatnya sendiri, tapi tak perlu diucapkan sepenuhnya.

"Semoga aja. Dia di sini banyak temannya yang mau dukung dia, tuh."

Ilham tersenyum lega, setidaknya Ferly mendapat tempat yang lebih baik dari tempatnya sebelumnya.

...****************...

Priiittt... Priiittt... Priiittt...

Tiupan peluit tanda pertandingan sepak bola telah selesai, dengan kemenangan diraih oleh kontingen DKI Jakarta. Sorakan dari para penonton di tribun memenuhi satu stadion.

Para pemain kembali ke tempat mereka, dengan napas terengah-engah. Tanpa terkecuali Ferly, namun ia menunjukkan perilaku berbeda. Ketika yang lain saling berpelukan dan berjabat tangan dengan para guru serta pelatih. Ferly menyingkir agak jauh dan langsung duduk lesehan dengan raut wajah pucat. Napasnya seperti tidak terkendali.

Ilham dan Abyan yang khawatir segera menghampirinya.

"Ferly! ... Ferly! ...," panggil Abyan khawatir sembari menepuk pipi Ferly pelan yang matanya semakin terlihat sayu.

Namun tidak ada respons dari yang dipanggil. Tubuhnya gemetar hebat, dingin di tubuhnya luar biasa, serta napasnya pun terdengar berat.

Tim medis yang sigap segera datang memeriksa dan memberinya oksigen. Kemudian memindahkan tubuhnya ke tandu untuk diperiksa lebih lanjut.

...****************...

Sepasang mata tak henti menyorot ke arah pria yang sedari tadi menarik perhatiannya. Usai pertandingan berakhir, tampak tubuhnya menunjukkan perilaku aneh. Kemudian tiba-tiba dikerumuni banyak orang, lalu dibawa oleh tim medis.

Irish khawatir, tapi tidak tahu harus bagaimana. Kegembiraan akan kemenangan kontingen kekasihnya harus berakhir mengejutkan seperti sekarang.

Apa yang terjadi pada Ferly?

Bersembunyi dari kejauhan, Irish sangat gelisah memikirkan kondisi kekasihnya. Dihubungi pun sudah pasti tidak mendapat respons. Bila langsung mendatanginya pun malah akan membongkar hubungan mereka.

Beberapa kali ia mematikan telepon dari teman-temannya yang memintanya segera datang untuk latihan. Namun, Irish masih menunggu kepastian akan kondisi kekasihnya.

"Rish!"

Irish tersontak kaget, reflek dia hendak memukul seseorang yang menepuk bahunya barusan. Namun, niatnya terhenti setelah ia menelisik orang itu. Tatapan mata yang sangat ia kenal, yang hampir saja membuat jantungnya copot.

"Ferly?!"

...****************...

...Mungkin terlihat menyedihkan, namun ada rahasia yang harus disembunyikan. Dan, tidak mungkin memaksa hati yang berlawanan dengan pikiran....

..._Ferly Erlangga_...

Terpopuler

Comments

Anne Soraya

Anne Soraya

semangat dan lanjut...

2024-12-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!