Nania sudah mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan oleh sang suami, dan kemudian menggendong tubuh suaminya yang masih tertidur ke kamar mandi.
"Ahaaaahhhh...... ah....." Dewa berteriak karena tubuhnya disiram dengan air.
Dewa baru terbangun setelah tubuhnya di guyur air hangat dari shower, terlihat Nania memandikannya dengan telaten.
Selesai mandi dan memakaikan suaminya pakaian, dan sang suami masih terlihat marah kepadanya.
"Kok pakai pampers? dasar ngak konsisten." ucap Dewa yang mengatai istrinya.
"Hari ini Nania mau ke rumah sakit, karena rekan-rekan kerja ku tidak tau kalau aku sudah menjadi istrimu.
Hari ini aku mengajukan cuti sebelum permohonan pengunduran diri di setujui. Apa Nania mintak tolong saja sama bapak, Ya. pasti bapak punya koneksi ke pemerintah."
Sambil ngobrol dan Nania menyelesaikan pekerjaan dan akhirnya selesai juga, lalu dirinya mengganti pakaiannya dan kemudian memoles wajahnya dengan makeup.
"Yuk keluar, kita sarapan dulu." Ucap Nania dan kemudian mendorong kursi roda Dewa.
Kamar tidur Dewa yang sudah diganti dan berada dibawah sehingga tidak perlu menuruni anak tangga dan langsung sampai di meja makan.
"Selamat pagi pak, selamat pagi bu..! Itu kopi dan teh untuk siapa? gula nya kok banyak banget." ucap Nania yang terlihat kaget
"Untuk bapak dan ibu non?" jawab asisten rumah tangga itu.
"Ganti...!pakai gula ini saja, cukup dua sachet." Ucap Nania kepada asisten rumah seraya menyerahkan empat sachet gula kemasan.
Namun karena merasa lambat, lalu Nania mengambil alih tugas asisten rumah tangga itu.
Setelah kopi dan teh terhidang, lalu Nania bertolak pinggang dan menatap tajam ke arah mertuanya.
"Jangan banyak-banyak mengkonsumsi gula, karena diabetes adalah penyakit yang susah disembuhkan.
kalau langsung mati itu lebih baik, tapi menahan rasa sakit karena diabetes itu jauh lebih menyeramkan.
Bu..! Nania mintak kartu kredit untuk belanja kebutuhan bapak dan ibu serta mas Dewa iya." ucap Nania dengan ekspresi yang aneh.
Barusan ngomel-ngomel tapi kemudian memelas.
Bapak-ibu mertuanya hanya terdiam dan saling melirik satu sama lainnya, lalu sang ibu mertua memberikan kartu kredit kepada Nania.
"Tehnya manis juga ya, kopi Papa manis gak?" ibu mertua bertanya.
"Jelas manis bu, karena kadar kopinya sudah Nania kurangi." Nania menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya, dan Dewa langsung menatap istrinya dengan tatapan yang tajam.
"Tuh, Papa lihat sendiri deh, perempuan ini sudah mengatur-atur kita. padahal baru beberapa saat menjadi menantu di rumah ini." ucap Dewa dengan nada yang meninggi.
Lalu Nania membalas tatapan suaminya, karena merasa ucapan suaminya adalah fitnah.
"Kenapa mas Dewa? " Nania bertanya yang seolah-olah menantang suaminya.
"Sudah cukup, lagian kopi nya tetap enak dan sudah saatnya memulai hidup sehat." sanggah papa nya Dewa.
Sang ayah mertua akhirnya angkat bicara, agar menghindar perdebatan di meja makan dan akhirnya Dewa berhenti menatap istrinya.
"Nania sudah rapi saja, emangnya mau kemana?" mertuanya bertanya kepada Nania.
"Nania mau ke rumah sakit bu, karena rekan-rekan kerja ku belum tau kalau Nania, sudah menikah dan tentunya Nania harus bertanggungjawab sebagai kepala perawat.
Karena baru tiga hari setelah mengajukan permohonan pengunduran diri. Nania ingin mengajukan cuti sembari menunggu persetujuan pengunduran diri.
Pak.. bu....! Nania mintak tolong ya, sekiranya bapak atau ibu memiliki koneksi ke pemerintah agar dapat mempercepat proses pengunduran diri Nania." Nania memohon kepada kedua mertuanya.
Lalu sang ibu mertua mengedipkan mata ke suaminya, dan seketika itu juga sang bapak mertua meraih handphonenya dan menghubungi seseorang.
Setelah beberapa saat kemudian dan nampak kalau Nania tidak sabar lagi menunggu berita dari bapak mertuanya.
"Gimana pak? apakah bisa?" tanya Nania penuh harap.
"Tentunya dong, Nania cukup datang hari ini ke rumah sakit untuk melakukan serah terima jabatan dan juga pekerjaan kepada rekan yang kamu percayai." Jawab bapak mertua lalu tersenyum.
haaaaaaaa......
Nania menarik napas lega dan kemudian berterimakasih berkali kali kepada bapak dan ibu mertua nya.
"Nania sudah menyiapkan semua pekerjaan dan tinggal serah terima saja kepada rekan yang Nania anggap berkompeten pak.
Sekali lagi Nania berterima kasih, terimakasih karena bapak dan ibu sudah membantu Nania." ucap Nania yang terlihat begitu bahagia.
"Dasar penjilat." sanggah Dewa yang menyindir istrinya.
Nania hanya tersenyum menanggapi ucapan suaminya itu, dan kemudian menyajikan makanan untuk suaminya, lalu mereka makan secara bersama-sama.
"Nania...! itu kartu kredit dengan limit lima belas juta perhari nya, tentunya itu di luar tunjangan mu.
Kalau memang kurang limit nya, nanti ibu minta yang baru dengan limit harian yang tinggi." ujar ibu mertua lalu menyeruput tehnya.
"Ngak usah bu, lagian Nania hanya butuh sedikit saja. kalau begitu Nania pamit dulu, biar kelar urusan pekerjaan ku.
Bu..! Nania nitip mas Dewa ya, ntar Nania usahakan cepat pulang." kata Nania lalu salin ke suami dan terkahir kepada bapak ibu mertuanya.
Suaminya langsung membuang pandangannya dan mencoba mencoba beranjak dari ruang makan itu.
Nania tidak menanggapi sikap suaminya yang langsung beranjak dari meja makan dan kemudian pergi begitu saja.**
Sesampainya di rumah sakit dan kemudian mengenakan seragam kerjanya lalu berbaur ke rekan-rekan kerjanya.
Pimpinan rumah sakit langsung mendatangi Nania yang sudah berada di konter perawat dan mengumpulkan beberapa perawat serta dokter yang bertugas.
"Baiklah rekan-rekan sekalian, ada pengumuman penting yang harus saya sampaikan.
Ners Nania sebagai kepala perawat, sudah mengajukan pengunduran diri karena ingin fokus mengurus rumah tangganya.
Ners Nania sudah menikah dengan anak pemilik Jaguar group, dan hari ini adalah hari terakhir Nania bekerja di sini.
Ners Nania...! apakah sudah menemukan atau menentukan pengganti untuk sementara?" Ucap dokter yang menjadi direktur rumah sakit tersebut.
"Sudah dokter, saya memilih Ners Susi. bukan karena saya bersahabat dengannya, tapi memang Ners Susi sudah memenuhi syarat.
Akan tetapi jika teman-teman memiliki kandidat yang lain, silahkan di ajukan." jawab Nania dengan tegas.
"Nania...! ngak ada badai dan ngak ada hujan, tapi kamu tiba-tiba harus berhenti kerja.
Secara pribadi dan juga profesional kerja, kamu masih yang terbaik saat ini. Tapi Ners Susi juga sudah banyak belajar dari mu Nania.
Bagi saya pilihan mu ke Ners Susi sudah tepat." Ujar seorang perawat yang sudah paru baya, dan langsung memeluk Nania.
Ternyata mereka semua menyetujui pilihan Nania, dan untuk sementara Ners Susi yang akan menjadi kepala perawat di rumah sakit tersebut.
Nania melakukan serah terima pekerjaan dan juga jabatannya kepada Susi, dan hal itu tentunya dibarengi dengan air matanya.
Selesai melakukan serah terima secara seremonial, dan mereka berpelukan satu sama lainnya sesama perawat.
Lalu Nania mengucapkan salam perpisahan, karena dirinya sudah resmi menyerahkan tugas dan tanggungjawab kepada Susi.
Nania berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit dan kemudian di cegat seorang dokter yang masih sangat muda.
"Nania...." seorang dokter tampan menyapa Nania.
"Iya dokter Sandro, ada yang bisa ku bantu?" Nania menyahut dan kemudian bertanya.
"Selamat ya atas pernikahan Mu, semoga kamu berbahagia." Ucap dokter Sandro dan kemudian meninggalkan Nania seraya menghapus kekecewaan di hatinya.
Nania hanya bengong akan sikap dokter Sandro, seakan ada isyarat yang tidak terungkap darinya.
Demikian juga dengan Nania, dirinya merasakan kalau ada getaran cinta terhadap dokter tampan itu.
Tapi keadaan yang membuat Nania, tidak sanggup untuk berbuat lebih.
Nania tidak pernah bisa memiliki yang dia inginkan, karena semua keinginan pernah di ambil seseorang yang tidak bisa di halau oleh dirinya.
Mengalah dalam segala hal, sudah menjadi keahlian Nania dan sudah terbiasa menyembunyikan segala sesuatunya agar tidak terlihat di luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
mie_moet
cerita kok kyk diloncat thor tbtb nania sudah nikah saja....
2024-07-28
1