Sebagai orang tua, pasti lah sangat menginginkan anaknya mendapatkan jodoh yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup. Begitu pula dengan Bahri sendiri yang sangat berharap Ayesha mendapatkan pasangan yang baik dan mapan plus seiman yang akan menjadi pendamping putrinya kelak.
"Bahri... Ayesha kapan nikahnya?" Bahri yang baru saja melangkahkan kakinya keluar rumah langkahnya langsung terhenti mendengar pertanyaan yang tidak mengenakan yang datang dari tetangga sebelah rumahnya. Namun Bahri hanya diam dan tidak menanggapi hal itu.
"Kalau anakmu tidak mau menikah, pasti ada alasannya! Apa iya putrimu sendiri menyukai Ayahnya sendiri, makanya Ayesha tidak berniat menikah dan calon Ayesha malah mengundurkan diri sebelum menjadi suami!" Ujar Mulut cempreng tetangga Bahri yang begitu menusuk hati. Namun Bahri tidak ingin meladeni tetangganya karena tidak ingin emosinya terbuang sia-sia.
"Buset, malah pergi begitu saja!" Nela begitu kesal karena ucapannya tidak di tanggapin.
Niat hati ingin mencari udara segar keluar rumah. Akan tetapi ada-ada saja yang membuat Bahri kesal. Ingin rasanya Bahri menghantam mulut tetangganya itu dengan tangannya sendiri. Namun hal itu tidak mungkin ia lakukan. Ia hanya bisa memendam kekesalannya itu sendiri dengan sedikit bersabar.
Ya, disinilah Bahri berada saat ini. Langkah kakinya membawanya kesebuah kafe kopi yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Bahri dan Rezel bertemu di kafe tersebut, mereka berdua sama-sama ingin menenangkan pikiran dan malah bertemu tanpa ada janjian untuk bertemu.
"Bagaimana?" Rezel membuka obrolannya. Ia kembali menanyakan tentang pembicaraan mereka berdua minggu lalu.
Bahri tersenyum pasrah dan mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahulah, anaknya tidak bisa di paksa!" ucapnya terlihat lesu.
"Sudahlah gak perlu di pikirkan Bar. Anakku juga seperti itu, susah untuk menjodohkannya," ujar Rezel yang sebenarnya juga frustasi menghadapi putranya.
"Gue benar-benar pusing Zel. Ini kali ketiga gue memaksa Ayesha untuk menikah," ujar Bahri tersenyum masam. Ia merasa bersalah terhadap Ayesha dan tentu yang menjadi penyebab utama Ayesha trauma itu karena dirinya sendiri yang selalu memaksa.
"Waw, terus bagaimana?" Rezel begitu bersemangat mendengarkannya.
"Ya seperti yang kamu lihat. Anakku menuruti keinginannya, tapi...." Bahri tidak sanggup melanjutkannya lagi, ia tidak ingin Rezel menjadi salah paham dan berprasangka buruk tentang Ayesha.
Rezel manggut-manggut. Ia tahu, Bahri tidak ingin menceritakannya lebih jauh lagi.
"Tapi..., gue akan tetap memaksanya Zel. Karena secara, calon yang bakal di jodohkan oleh anak gue sendiri, putra teman gue sendiri." Bahri sedikit tertawa menjawabnya, ia yakin hidup Ayesha akan senang jikalau Ayesha mau menerima Azlan nantinya. Meskipun Bahri sendiri sedikit
ketar-ketir, karena takut kali ini Ayesha tidak mau menuruti keinginannya dan menolak perjodohan yang sudah mereka rencanakan.
"Yakin lu bisa memaksanya?"
Bahri mengangkat kedua bahunya. "Antara yakin dengan nggak sih! karena Ayesha sendiri, pernah gagal menikah dua kali dan ini perjodohan kali ketiga yang akan gue rancang untuknya."
"Maksudnya?" Rezel terkejut dengan ucapan Bahri barusan, ia tidak menyangka putri sahabatnya dua kali gagal menikah. Ya, Rezel baru mengetahuinya karena sebelumnya Bahri tidak pernah menceritakan hal itu karena mereka baru beberapa kali bertemu setelah tamat kuliah.
"Ya begitulah," ujar Bahri yang tidak berniat untuk menceritakannya lagi.
"Anak lu bukan jandakan?" Entah mengapa pertanyaan itu yang langsung terlontarkan oleh Rezel. Ia takut putranya malah menikah dengan janda, soal bebet dan bobot yang menjadi menantunya kelak, sama sekali tidak Rezel pikirkan karena ia sudah memiliki segalanya jadi tidak butuh menantu yang kaya raya untuk di jadikan menantu.
"Gila, gak lah. Putriku masih perawan ting-ting hanya saja gagal nikah sudah beberapa kali."
"Oh oke, gak masalah! mudah-mudahan anak-anak kita berjodoh."
~
Bahri sudah kembali ke rumah setelah pertemuannya dengan Rezel tadi. Ada sedikit kelegaan di hati Bahri, jikalau temannya masih bisa menerima Ayesha untuk menjadi kandidat calon menantu temannya.
Bahri yang akan melangkahkan kaki ke kamar seketika langkahnya terhenti, ia menatap putrinya yang sedari tadi diam tanpa memakan makanannya. Mata Ayesha terlihat memerah, Bahri tahu Ayesha sedang menangis dan tidak mau di paksa untuk menikah. Tapi apa boleh buat, Bahri akan tetap memaksa Ayesha karena sesuai janji yang telah mereka sepakati berdua dengan temannya tadi.
"Ayesha!" Panggil Bahri, seketika Ayesha langsung menoleh dan dengan segera menghapus jejak air mata di pipinya.
"Iya, Ayah," jawab Ayesha begitu sopan.
Bahri berdehem sejenak, mungkin ia terlihat jahat telah memaksa Ayesha. Tapi Bahri sendiri wajib memaksa Ayesha, karena tidak mungkin Ayesha akan melajang seumur hidupnya nantinya.
"Ayesha ... kami sudah mengambil kesepakatan kalau pernikahan kalian akan di adakan sebulan lagi. Jadi, tolong jangan tolak keinginan Ayah ini!"
Prang
Piring yang di pegang Ayesha seketika terjatuh, ia tidak menyangka sang Ayah sudah memutuskan pernikahannya secepat itu. Bahkan Ayesha sendiri tidak mengetahui siapa calon yang akan Ayahnya jodohkan.
"Ayah sudah memastikan anak Ayah tidak akan gagal lagi, ini kali ketiganya Ayesha. Ayah mohon, jangan menolak!" bujuk Bahri dengan tatapan memohon.
"Ayah ...!" Ayesha sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Karena Ayahnya yang selalu memaksakan kehendaknya begitu saja, tanpa Bahri sadari sedikitpun, ia juga bisa terluka karena perjodohan itu.
"Tidak Ayesha, kau tidak bisa menolaknya. Kasihanilah Ayah, Ayesha!" ungkap Bahri yang tidak ingin mendengar alasan Ayesha.
"Ayah. Hiks ... tidakkah Ayah pikirkan lebih dulu bagaimana perasaanku? bahkan Ayah selalu saja memaksakan kemauan Ayah," ujar Ayesha dengan memegang dadanya yang terasa sakit. "Dua kali aku gagal menikah, apakah Ayah tidak jera mempermalukan aku!" Ayesha kembali menangis dengan sesegukan. Ayesha tadi sempat berfikir untuk menerima perjodohan itu dan mencoba berdamai dengan takdir. Namun saat Ayahnya baru saja pulang, Ayahnya sudah memutuskan begitu saja tentang pernikahan itu. Ayesha fikir, hanya sebuah perjodohan dan pertunangan tapi sekarang pernikahan yang begitu dadakan yang Ayesha dengar.
Bahri paham itu. Ayesha takut kalau pernikahan Ayesha akan kembali batal untuk kesekian kalinya.
"Ayesha ... kali ini Ayah sudah pastikan, kalau calonmu tidak akan pernah menolak atau pun berpaling ke anak Ayudia itu!" ungkap Bahri yang terus membujuk putrinya. Ia yakin Ayesha akan perlahan paham dan menyetujuinya.
"Apa jaminannya, Yah? apa jaminan Ayesha tidak bakal gagal lagi? Ayesha malu Yah, semua orang akan mengetawakan Ayesha lagi." Ayesha menangis tergugu berharap sang Ayah paham tentang kesedihannya selama ini.
Bahri hanya bisa menunduk, ia tau anaknya terlalu terluka tapi egonya tetap merajai. "Ayah sudah pastikan anak teman Ayah tidak akan mengecewakan putri Ayah lagi,"
Ayesha tersenyum sinis, selalu saja Bahri menjanjikan hal itu lagi.
"Ayah serius Ayesha, tidak akan ada kegagalan di pernikahanmu nanti karena teman Ayah yang akan menjamin menggantikannya jikalau anaknya itu kabur!"
"What ...?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
mis FDR
namanya juga tetangga suka bergosip
2023-11-06
0
☠ᵏᵋᶜᶟZARA🌹
mulutnya Bu dijaga, jangan seenaknya klo ngomong
2023-11-02
0
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ ᶰᶻɳιҽʂ🏹 ᵇᵃˢᵉ📴
hah...gimana² kalo anak sahabatnya menolak maka sahabat mu yg gantikan nikahin putrimu gitu kah 😳
2023-11-01
0