Keesokan paginya, keluarga cemara ala Jamima telah berkumpul di meja makan untuk sarapan agi seperti biasa.
Nampak di sana sudah ada Mamah yang membantu Bibi menyiapkan makanan. Di susul kemudian Papah yang datang dan mencium pipi istrinya.
"Anak-anak belum turun, Mah?" tanya Papah yang langsung duduk di kursi paling ujung, dan membuka koran hari ini.
"Belum tuh. Paling bentar lagi," jawab Mamah.
Selang beberapa detik, Tomi muncul dari arah tangga, dan menyapa semuanya.
"Pagi, Mah... Pah...," sapanya.
Anak sulung itu pun duduk di samping sang Papah dan meminum kopi yang disiapkan oleh Bibi.
"Makasih, Bi," ucapnya sambil mulai menyeruput.
Lalu setelah itu, Jordi turun di susul di belakangnya Jemima yang menyalip sang kakak, hingg Jordi terhuyung dan punggungnya membentur teralis.
"Eh... truk oleng. Jalan liat-liat napa. Ada orang juga, main tabrak aja lu," gerutu Jordi yang melihat adiknya berlarian di depan.
Jemima sama sekali tak peduli dengan gerutuan sang kakak. Dia justru berbalik dan menjulurkan lidahnya, mengejek Jordi yang masih kesal.
"Pagi, semua...," sapanya pada semua orang.
Mamah dan Papah membalas sapaan tersebut, namun Tomi berbeda. Dia tiba-tiba bangun dan berjalan ke arah lemari kecil di dekat dapur.
Dia terlihat mengambil sesuatu dari sana, berbentuk tabung panjang dengan pencetan di atasnya.
SROOOOTTT!
Sebuah semprotan disinfektan pun mengenai tepat di atas kepala Jemima yang baru saja duduk di meja makan.
"Ih... rese banget sih, Bang. Masa adeknya sendiri disemprot-semprot gitu. Mana bau rumah sakit lagi," gerutu Jemima.
"Biar steril. Kan elu habis jadi gembel kemarin. Kali aja kuman dan bakterinya masih nempel," sahut Tomi meledek.
"Hahaha... sukurin lu," ehek Jordi yang senang melihat sang adik dikerjai oleh kakak mereka.
Tomi dan Jordi bahkan sampai tos saat anak kedua itu duduk di sebelah kakaknya.
"Dasar lu pada rese banget ama gua. Pah... Abang nakal tuh. Masa anak Papah yang paling cakep gini disemprot pake gituan. Jadi bau lagi kan. Mana parfumnya mau habis lagi. Beliin lagi, nggak mau tau," adu Jemima pada sang Papah.
Papah menutup korannya karena semua berkumpul dan sarapan akan segera berlangsung.
Seperti biasa, pemandangan gaduh ini selalu menghiasi setiap pagi di rumah tersebut. Kelakuan Imah yang absurd serta kedua kakak laki-lakinya yang selalu jahil, membuat ketiganya selalu saja ribut kecil.
Namun, justru hal itulah yang menjadi warna tersendiri, dan kebahagiaan yang tercipta di dalam keluarga kecil itu.
Mamah sudah duduk di antara Papah dan juga Jemima. Semuanya pun berdoa terlebih dahulu dan mulai mengambil makanan.
Papah tak pernah mempermasalahkan kelakuan anaknya yang jahil satu sama lain. Namun satu yang ia tekankan, saat makan tidak boleh ada keributan apapun di meja makan, dan mereka harus makan bersama saat sarapan dan makan makan malam.
Kebersamaan dalam keluarga itu benar-benar dijaga dengan baik, dan hal itu lah yang membuat semuanya selalu saling dukung meski sering terlihat ribut.
seusai sarapan, Jemima yang mobilnya tertinggal di tempat parkir sebuah mall, terpaksa meminta tebengan pada kedua kakaknya.
"Bang Odi, nebeng dong," punya Jemima.
"Nebeng? Nggak ada. Gue ada urusan. Sama Bang Tomi aja gih," tolak Jordi yang sudah duduk di atas motornya, sambil memakai helm.
"Dih... pelit amat. Ampun dah. Awas, Bang. Orang pelit rejeki seret lho," sahut Jemima.
"Bodo amat. Udah minggir gih. Udah telat nih," seru Jordi.
Jemima pun dengan berbalik ke arah kakak sulungnya dan membiarkan Jordi melaju seorang diri dengan sepeda motor ninja zx 250 nya.
Namun, sebelum juga gadis itu sampai, Tomi lebih dulu berbalik dan menatap sang adik sambil melipat kedua lengannya.
"Mau ngapain lu?" tanya Jordi.
"Hehehe... abang, nebeng dong.. hihihi...," pinta Jemima.
Jordi tak menyahut dan hanya berbalik dan masuk ke dalam mobil, disusul Jemima yang berlari dan segera masuk ke kursi sampingnya.
Bersambung... 🐥🐥🐥🐥🐥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments