DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA, yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA.
"Mau kemana A'?" Tanya Yani melihat Bambang suaminya memakai celana jeans yang digantung serta membawa ponselnya pergi
"Keluar nenangin pikiran!" Jawab Bambang.
"Bukannya sekarang malah udah tenang karena enggak perlu lagi ngumpet-ngumpet punya istri di sini?" Jawab Yani santai. Rupanya dia selama ini tahu kalau suaminya punya istri di Jogja.
Diah Ayu Fitri memang aslinya tinggal di Solo. Dia pindah ke Jogja karena suaminya bekerja di Jogja.
Tanpa menjawab Yanto keluar dari rumahnya. Dia menuju danau dekat rumahnya. Danau buatan kecil tapi banyak pemancing di sana.
Yanto **FLASH BACK** awal perkenalan hingga dia menikahi Diah Ayu Fitri.
Yanto anak pertama dari Gendis. Yanto masih kelas satu STM saat Suripto ayahnya meninggal.
"Kamu harus lulus sekolah Nang, biar bisa bantu kedua adikmu," itu pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal. Nang adalah panggilan atau kata ganti anak lanang yang artinya anak lelaki.
Adiknya Andi Heriyanto saat itu masih kelas 2 SD dan Fatimah atau Timah kelas nol besar mau masuk SD.
Yanto terpukul, dia ingin kembali ke desa, tapi ibunya bilang dia masih bisa sekolah agar bisa punya ijasah STM untuk modal cari kerja.
Selama ini Yanto kost di kota. Dia ambil kost termurah dekat sekolah agar tak butuh ongkos.
Banyak kost lebih murah dari kost-kosan milik pak Suradi. Tapi bila dihitung harus mengeluarkan ongkos maka kos di rumah pak Suradi adalah pilihan terbaik.
Di rumah kost ini bisa memilih mau kost menengah atau mahal. saat itu Yonto menghiba pada bu Erlina istri pak Suradi agar diberi kamar seperti gudang saja agar dia bisa tidur.
Kasihan dengan anak desa yang bertekad kuat untuk maju, pak Suradi memberi Bambang demikian semua orang umum memanggilnya tidur di kamar yang diperuntukkan bagi sopirnya.
Karena supirnya tak mau tinggal di dalam. Lebih memilih pulang pergi saja.
Lumayan kamar kost itu separuh harga dari harga normal kamar ter murah.
"Sudah mBang, tak perlu kamu bantu," mbok Darmi melarang Bambang membantunya menyapu teras setiap kamar kost lalu mengepelnya juga menyapu halaman.
"*Mboten nopo-nopo Mbok*," sahut Bambang. Bagaimana dia tega melihat pekerjaan mbok Darmi yang tak pernah usai? Bambang bilang tak apa-apa.
Kadang mbok Darmi akan memintakan nasi dan lauk untuk Bambang pada pembantu bagian dapur.
Bambang juga ringan tangan membantu anak kost yang butuh bantuannya sehingga dia banyak memperoleh tips yang dia gunakan untuk membayar uang praktik bulanannya yang sangat besar. Hampir tiga kali besarnya SPP, bahkan kadang lebih.
Tentu Bambang tak bisa meminta uang dari ibunya yang sekarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga pergi pulang di kampungnya.
Saat ini Bambang sudah kelas 2 STM. Bambang juga rajin membantu pak Suradi dan bu Erlina.
Pak Suradi hanya punya satu putri yang lebih tua 3 tahun dari Bambang. Diah Ayu Fitri sudah kuliah saat Bambang masih STM kelas 2.
"Ini mBang," pak Suradi menyerahkan barang yang harus Bambang antar. Dia memperbolehkan Bambang menggunakan motor matic operasional yang memang bisa digunakan siapa saja pegawai di rumah kost.
"Pulangnya belikan ini," pak Suradi menyerahkan tiga kertas notes berisi nama toko dan jenis barang yang harus dia beli di setiap toko. Suradi juga menyerahkan lima lembar uang biru. Untuk delapan tahun ke belakang tentu lima lembar uang itu cukup besar.
"*Injih* Pak," Bambang menerima semuanya.
"Jangan lupa bawa tas belanja," perintah bu Erlina.
"Atau kresek-kreseknya minta dobel," pesan Suradi.
"Lebih aman tas belanja dari goni daripada kresek yang di dobel," sahut Erlina.
Maka Bambang pun menuruti pesan ibu kost nya membawa dua tas besar dari goni yang biasa untuk belanja.
\*\*\*
"*Digowo Nang, ra sah isin*," perintah Gendis pada Yanto putranya yang akhir minggu ini pulang. Gendis bilang dibawa nak, tak perlu malu.
Yanto pulang tentu karena dia punya uang hasil bekerja serabutan. Bila tidak dari mana dia memberanikan diri pulang ke pelosok desa rumah orang tuanya ini?
"*Mboten isin Bu. Pasti kulo beto*," jawab Yanto. Dia menjawab tak malu dan pasti dia bawa oleh-oleh yang ibunya berikan. Bu Erlina suka menerima oleh-oleh darinya.
Kalau pun tak dimakan, pegawai bu Erlina banyak, pasti ada yang akan mengolah dan memakannya.
"Bulan depan dan bulan berikutnya ibu tak perlu kirim uang SPP, Mas masih ada uang. Doakan Mas sehat jadi bisa nabung terus," niat kedatangan Yanto memang ingin mengatakan pada ibunya tak perlu mengirim uang.
Dua bulan ke depan dia aman. Dia juga sudah bayar kost bulan ini. Biasanya dia sering terlambat bayar kost.
"Iyo Nang. Jangan ambil pekerjaan kotor atau bahaya ya Nang. Kita punya agama. Allah *ora sare*, pasti ada rejeki untuk kita bila kita terus berusaha dan berdoa," Gendis tak ingin putranya nekad mencari uang dengan jalan yang salah.
\*\*\*
"Alhamdulillah Nang," Gendis menerima raport putranya. Walau bukan yang terbaik tapi semua nilai Yanto di atas rata-rata. Dia naik ke kelas 3 STM.
Satu langkah lagi putranya akan punya izasah sehingga bisa cari kerja.
"Ibu langsung pulang ya Nang. Kasihan adik-adikmu kalau Ibu menginap." Ujar Gendis.
"Wong *dalem* (saya ) bilang juga Ibu enggak perlu *rawuh* ( datang ) ke *kuto* ( kota ). Ibu malah *mekso* ( memaksa ). Bukan cuma kasihan adik-adik. Tapi juga buang uang dan Ibu jadi *sayah* ( lelah ).
"Enggak apa apa Nang, kan tidak tiap saat. Masa anake dapat raport Ibu enggak hadir," jawab Gendis.
Yanto tak bisa mengantar ibunya kembali ke desa. Besok sudah liburan. Banyak anak kost yang keluar karena sudah lulus atau banyak orang baru masuk.
Rumah kost pak Suradi yang bergabung di rumahnya khusus menerima kost putri agar para perempuan mudah diawasi karena pintu gerbang ditutup jam sepuluh malam.
Rumah kost ke II menerima kost putra, letaknya di ujung jalan masuk desa itu. Dulu awalnya Bambang minta kost di sini. Tapi yang kosong adalah kamar sopir di rumah maka Bambang kost di rumah bu Erlina.
Dan rumah kost III menerima pasangan suami istri legal. Persyaratan di sini jelas harus ada surat nikah dan KK yang satu alamat. Banyak yang punya surat nikah tapi tak satu KK, maka hal seperti itu tak akan diterima oleh pak Suradi karena tak ingin rumah kostnya hanya dibuat untuk menyimpan istri kedua.
Pak Suradi sudah minta Bambang selama liburan ini bekerja membersihkan semua kamar yang kosong. Memperbaiki bagian yang rusak dan menge-cat ulang kamar kost nya.
Tentu saja honornya sangat besar untuk kebutuhan Bambang maka dia memilih tak menikmati pulang liburan. Bambang memilih bekerja untuk biaya hidupnya saja.
"Hati-hati njih Bu," Yanto memberi salim pada Ibunya yang dia antar sampai ke atas bus kecil ke arah desanya.
"Iyo Nang," sahut Gendis menerima salim yang putra sulungnya lakukan.
Yanto memang sudah pamit pada Gendis libur panjang kali ini dia tak bisa pulang karena harus bekerja di rumah bapak kostnya.
'*Alhamdulillah Gusti Pangeran, saat banyak orang tua lain sedih anaknya merongrong minta motor atau barang lain, anakku malah minta izin buat mburuh nge-cat omah bendorone ( rumah majikannya* ),' Gendis bersyukur dalam hatinya.
\*\*\*
Tiba di rumah Gendis terisak ketika membuka tas miliknya. Dia bukan kecopetan seperti yang biasa dialami ketika orang tua renta naik bus jarak jauh.
Dia malah menemui amplop kecil bertuliskan *untuk keperluan dek Andi & dek Timah*.
Ada dua lembar uang biru di amplop itu. Gendis menangis tak henti.
'*Kowe pasti masukkan saat Ibu maju untuk ambil raportmu ya Nang. Karena saat itu Ibu titip tas di kamu*.' batin Gendis.
Jumlah teramat besar dari anak sekolah yang seharusnya masih full dia biayai, ini malah memberi untuk dirinya walau dia tulis untuk keperluan kedua adiknya
Titip banner.

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 529 Episodes
Comments
Ulil
tpi kok akeh yo episode ne,,aras arasen ndak yooo
2023-09-25
1
Rumini Parto Sentono
oh bambang ini berarti seperti kacang lupa kulitnya ya yanktie, dulu dia yg ditolong mertua tapi malah punya istri simpanan.
2023-09-02
1