Benar saja apa yang dikatakan oleh Gladis. Tak lama setelah gadis itu pergi, seseorang datang ke rumah Zidan dan mengaku bahwa dia orang suruhan Gladis yang akan membantu dan menyiapkan semua kebutuhan Zidan.
"Apa ada yang bisa bantu Tuan?" tanya orang tersebut pada Zidan.
Zidan hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Makanan dan segala keperluan Tuan sudah saya siapkan, apakah Tuan mau makan sekarang?" tanyanya lagi.
Zidan kembali menggelengkan kepalanya. Saat ini ia tidak ingin apa-apa, ia hanya ingin sendiri. kehadiran orang suruh Gladis itu benar-benar membuat Zidan merasa kesal.
"Jika semuanya sudah beres, sebaiknya anda pergi!" usir Zidan.
Namun pria tersebut malah tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Maaf, Tuan. Saya tidak mungkin meninggalkan Tuan. Saya di tugas oleh keluarga Nona Gladis untuk mengurus Tuan, sampai nanti Tuan sembuh," jelas pria yang usianya kurang lebih 35 tahun tersebut.
Decakan kesal terdengar dari Zidan. "Baiklah, kalau begitu antarkan aku ke pemakaman tempat peristirahatan Bapakku!" pinta Zidan.
Pria tersebut mengangguk dengan senang hati, lalu mengantarkan Zidan menuju sebuah pemakaman umum. Hanya berjalan kaki karena jaraknya tidak terlalu jauh.
"Anda tunggu saja di sini," pinta Zidan, meminta pria suruhan Gladis tersebut untuk menunggunya di area depan pemakanan tersebut.
"Tapi, Tuan,"
"Saya akan baik-baik saja," pungkas Zidan.
Hingga akhirnya pria yang tidak Zidan tahu siapa namanya itu mengangguk, Zidan bisa melihat jelas pria itu khawatir padanya. Namun Zidan mengabaikannya, ia langsung menunju makam mendiang Bapaknya, yang tak jauh dari sana, gundukan tanah terlihat masih basah ditaburi dengan bunga warna-warni di sana.
"Pak, Zidan datang," lirih Zidan. Di tatapnya batu nisan yang tertulis nama mending Bapaknya itu dengan mata yang sudah berembun.
"Maaf Zidan baru datang ... kenapa harus secepat ini Bapak ninggalin Zidan? Apa yang harus Zidan lakukan Pak?"
Zidan sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Pak Rusli adalah orang satu-satunya yang ia punya di dunia ini. Tanpanya, Zidan tak tahu harus bagaimana? Apa lagi kondisinya saat ini seperti sekarang ini, berjalan pun dibantu dengan kursi roda.
Andai saja Zidan bisa memilih, ia ingin menggantikan posisi Bapaknya saja. Kenapa tidak dirinya saja yang tiada? Kenapa harus Bapaknya? Bahkan Zidan belum bisa membahagiakan pria tua itu, kenapa dia terlalu cepat pergi.
Apa lagi pergi dengan sebuah permintaan yang sulit bagi Zidan tepati. "Bagaimana bisa Bapak meminta aku menikah dengan orang yang sudah membuat aku kehilangan Bapak? Rasanya aku tidak sanggup, Pak?"
Cukup lama Zidan berada di sana, ia menumpahkan segala isi hatinya di depan tempat peristirahatan terakhir mendiang Bapaknya itu. Tidak peduli orang akan berkata apa, tak peduli orang menganggapnya lemah, toh itu semua memang kebenarannya.
Rasanya Zidan ingin lenyap saja dari dunia ini menyusul mendiang Bapaknya.
*
Sementara itu di tempat lain. Gladis kini sudah duduk berhadapan dengan seorang pria di sebuah Restoran.
Sepertinya rencana tadi, Gladis kini tengah bertemu dengan pria yang sudah setahun belakangan ini mengisi hatinya, Zosua namanya.
Saat datang, Gladis sudah diberondongi banyak pertanyaan oleh kekasihnya itu. Dan mau gak mau akhirnya Gladis pun menceritakan tentang kejadian di mana dirinya mengalami kecelakaan.
"Ya ampun Sayang, kenapa kamu baru bilang sekarang?" Terlihat Zosua khawatir sekaligus kecewa padanya.
Gladis menghelai nafas beratnya. "Maaf," jawabnya.
"Lalu bagaimana sekarang dengan pemuda itu? Kasian sekali dia, apakah dia sudah tidak punya keluarga lagi?"
"Sepertinya tidak, tapi Papa sudah membayar orang untuk mengurusnya sementara, ya sampai dia sembuh katanya."
"Syukurlah kalau begitu." Zosua terlihat lega.
"Zo," panggil Gladis.
"Iya, kenapa Sayang?"
"Emm, aku ingin bicara sesuatu, tapi sebelumnya aku minta maaf, jika semua ini membuat kamu terkejut," ucap Gladis. Terpancar keraguan dari wajahnya, membuat Zosua merasa penasaran olehnya.
"Bicara saja," titah Zosua.
"Zo, aku akan menikah," ucap Gladis, dengan suara yang pelan, bahkan nyaris seperti berbisik.
"Me-menikah, maksudnya?" Zosua terlihat sangat terkejut mendengarnya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
berarti td Gladis belum menceritakan klu dia harus menikah dengan Zidan
2023-06-13
1