Suami Jahatku
“Nona, Anda sudah bangun?”
Esme Andreas baru saja membuka matanya. Ketika suara seorang gadis muda menggema di telinganya, Esme belum merespon apa yang ada di sekelilingnya.
Namun, panggilan ini terlalu asing.
Bahkan jika dia masih menjalani kehidupan di istana, pelayan istana seharusnya memanggil dia dengan sebutan Niang Niang [referensi ke posisi Selir ekspansi]. Kenapa sekarang jadi berbeda?
Dalam keadaan setengah sadar, Esme merasa tersesat.
Bulu mata panjang yang tebal dan melengkung itu bergetar. Pupil hitamnya bergerak-gerak dalam kebingungan.
Apakah dia tidak ‘dianugerahkan’ dengan tiga kaki sutra putih? [Tiga kaki sutra putih. Seperti dalam drama, Permaisuri atau Selir dianugerahi dengan kaki panjang sutra putih oleh Kaisar sebagai cara untuk mengatakan, ‘Saya tidak ingin menyakiti Anda, tolong bunuh diri’]
Mengapa dia tidak merasakan sakit apa pun?
Seluruh tubuhnya masih bisa dia rasakan dengan benar. Padahal dia masih ingat jelas jika dia mengalami kematian beberapa menit yang lalu.
Apakah mungkin dia tidak mati?
Tapi bagaimana dia masih hidup?
Mengingat serentetan kejadian yang telah dialaminya, Esther Andreas merasakan sakit di lehernya. Seperti tercekik sampai sesak.
Namun, tentu saja tempat yang paling menyakitkan tak diragukan lagi adalah hatinya.
Dia telah menjalani hidup dan kematian yang begitu sulit. Pria yang dicintainya pernah berjanji pada Surga, di hari dia dinobatkan sebagai Kaisar, dia yang akan dinobatkan menjadi Permaisuri dan akan menjadi kekasih harem kekaisaran.
Tapi setelah dia menemaninya di setiap langkah, pria itu datang untuk menikmati sumpah yang dia buat untuknya. Tidak hanya mengurungnya dalam istana, tapi pria itu memvonisnya bersalah sampai membunuh sembilan generasi keluarganya.
Tidak cukup sampai di sana, pria yang dia cintai telah ‘menganugerahkan’ dia dengan tiga kaki sutra putih.
Memikirkan ini membuatnya patah hati yang paling menyakitkan.
“Nona, jangan berpikir lagi.” Emilia yang duduk di samping tempat tidur telah memperhatikan ekspresi Esme yang terlihat sangat menyedihkan. Kesedihan itu sampai bisa dia rasakan dalam hatinya. Emilia ikut merasakan kepedihan itu.
Suara Emilia menarik jauh pikiran Esme kembali ke masa kini. Beberapa menit yang lalu, dia hampir melupakan wanita itu.
Esme mengedipkan matanya dengan lembut, dan mencoba memahami sekelilingnya dengan baik.
Langit-langitnya seputih salju. Ada juga cahaya putih yang menyilaukan mata, lalu bau desinfektan yang tersisa. Semua ini terlalu aneh. Dia berada di dunia yang berbeda, memaksanya untuk menerima keadaan, di saat dirinya baru saja mengalami kejadian mengerikan.
Untuk sesaat, dia merasa jika sudah berada di Surga. Ketika dia melihat Emilia, alisnya berkerut.
Mengapa gadis ini berpakaian sangat aneh?
Apakah dia benar-benar mati? Jika dia belum meninggal, seharusnya dia masih berada di istana. Bagaimana dia bisa berada di sini?
Lalu gadis yang duduk di sebelah tempat tidurnya ini … siapa dia?
“Anda ….” Esme menatap Emilia dengan lembut. Matanya penuh kebingungan.
“Nona, apakah Anda ingin minum air?”
Ketika mendengar suara Emilia yang serak, Esme bertanya penuh kesedihan. “Kau menangisiku?”
Emilia sangat terkejut dengan respon Esme. Untuk beberapa saat, dia melihat Esme yang diliputi kebingungan. Pikiran buruk mulai terlintas dan dia menjadi emosional. “Nona, apakah Anda baik-baik saja?”
“Saya ….”
Awalnya Esme ingin bertanya siapa dia, tapi kemudian rasa sakit tiba-tiba datang dari kepalanya.
Kerutan di keningnya semakin dalam. Sementara wajahnya pucat dengan ekspresi menyakitkan. Hal ini tentu saja langsung membuat Emilia panik bukan main.
“Nona, apakah Anda baik-baik saja? Di mana Anda merasa tidak nyaman?”
Emilia secara refleks kebingungan sekaligus merasa takut jika terjadi sesuatu pada Esme.
“Saya akan menghubungi dokter.” Tubuh wanita itu langsung meloncat ke atas untuk menggapai tombol darurat.
“Tunggu.”
Esme memegang kepalanya, mencekram rambutnya sendiri demi menghalau rasa sakit yang luar biasa itu. Seperti ada sebuah batu besar yang menghantam kepalanya berulang kali. Bersamaan dengan itu, ada potongan gambar tak berujung di benaknya.
Ya, ini sebuah kenangan.
Dari potongan-potongan kenangan yang terputus-putus, Esme akhirnya tahu mengapa dia berbaring di tempat tidur ini.
Sepertinya jiwanya telah melintasi waktu. Dia telah merasuki tubuh wanita lain, dan mewarisi ingatan wanita tersebut. Saat ini dia bernama Esme Andreas yang dikenal sebagai putri manja keluarga Andreas. Akan tetapi, Esme Andreas ini telah menikah dengan seorang pria yang menguasai Ford Country―Jason Hall.
Rupanya, pemilik tubuh asli ini sejak kecil sudah memiliki mimpi untuk menikah dengan Jason Hall. Karena itu, dia sudah menggunakan segala cara untuk menggapainya.
Pada akhirnya, setelah dia mendapatkan apa yang dia impikan, Jason Hall membencinya sampai ketulang. Jason Hall tidak dapat menghadapi istri yang tidak patuh, sulit diatur, egois, dan memiliki pemikiran yang sempit.
Sampai tiga bulan yang lalu, pemilik tubuh asli ini tidak bisa menahannya lagi. Dia mengambil tindakan nekat, membius Jason agar mereka bisa tidur bersama.
Rencananya berhasil, dia hamil. Pada awalnya Esme ingin menggunakan anak itu untuk meraih cinta Jason, tapi pria itu dengan kejam menyuruhnya melakukan aborsi.
Penolakan Esme membuat Jason yang marah semakin jengkel. Kebencian dalam diri pria itu naik hingga level tertinggi.
Di kehidupan asli Esme sebelumnya, wanita ini akan mengeluh pada Tuan Besar Hall tentang Jason jika dia menghadapi kemarahan pria itu. Bahkan kadang-kadang Esme akan muncul di perusahaan, membuat onar dan memicu keramaian.
Hanya melihat seorang wanita yang sedang bicara dengan Jason saja, itu bisa menjadi keributan besar. Esme akan memperlakukan pihak lain sebagai saingan cintanya. Bukan hanya itu, dia juga mengutuk wanita yang berani mendekati Jason.
Hal seperti ini membuat Jason semakin bersikeras untuk menceraikannya.
Mendengar kata perceraian, Esme benar-benar mendapat pukulan mental yang besar. Setelah ancaman jika dia akan bunuh diri sudah tidak berguna bagi Jason, Esme yang dalam kegilaan mengemudi ke Hall Manor.
Harapan terakhirnya hanya Tuan Besar Hall. Dia berharap Pria Tua itu akan menegakkan keadilan untuk dirinya dan cucunya kelak.
Sayangnya, hal-hal tak direncanakan selalu muncul tak terduga. Dalam perjalanan, Esme mengalami kecelakaan parah yang membuatnya koma selama delapan hari di rumah sakit. Dia juga kehilangan anak dalam rahimnya.
Selama itu juga Jason Hall tidak pernah mengunjunginya di rumah sakit. Tidak sekalipun!
Memikirkan hal ini, dia menangkap jika Jason begitu membenci pemilik tubuh asli sampai ingin meninggalkan darah dagingnya sendiri.
Setelah memilah-milah kenangan ini dan memahami siapa dia sekarang, rasa sakit di kepalanya tadi berangsur mereda. Ekspresi kaget dan kebingungan tadi berubah ganas.
Apakah itu di kehidupan dia sebelumnya atau saat ini, jelas dia telah salah mencintai seseorang. Pemilik tubuh asli ini juga telah mencintai Jason di usianya yang masih tiga belas tahun. Sungguh pemilik tubuh asli telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan sia-sia.
Setelah dokter memeriksa keadaan Esme, dia berkata jika kesembuhannya berjalan dengan sangat baik. Menunggu beberapa hari untuk observasi, dan setelah itu dia bisa pulang sesuai prosedur.
Esme duduk di tempat tidur dan masih mencoba menyerap semuanya.
“Nona, apakah Anda lapar? Apa Anda ingin memakan sesuatu? Saya akan mendapatkannya untuk Anda.” Melihat Esme yang lebih baik, Emilia bertanya dengan lega.
“Aku tidak lapar.” Esme menggelengkan kepalanya. Mungkin karena terlalu lama koma, suaranya jadi sedikit serak. “Tolong beri aku segelas air.” Tenggorokannya terasa kering seperti kulit pohon.
Emilia mengangguk dan segera mendapatkan itu.
Esme memperhatikannya diam-diam ketika Emilia menuangkan air. Dalam ingatannya, wanita ini adalah pelayan keluarga Andreas. Usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri.
Dalam keluarga Andreas, Emilia adalah satu-satunya orang yang baik baginya. Jadi ketika dia menikah dengan Jason, dia juga membawa Emilia bersamanya.
Delapan hari dia dalam keadaan koma, jangan bertanya apakah Jason mengunjunginya atau tidak. Bahkan tidak satu pun keluarga Andreas yang datang menemuinya. Hanya Emilia yang tetap berjaga siang dan malam untuk merawatnya.
Emilia menuangkan segelas air, dan tepat dia hendak berbalik, dia melihat siluet tinggi di pintu seperti Dewa yang turun dari langit.
Melihat orang ini, Emilia tertegun beberapa saat sebelum dia sadar lalu dengan cepat menyambut hormat, “Tuan Muda Hall?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Anita noer
penulisanx bagus... ga ada typo....runtut dan jelas....aq baca ya...
2023-07-16
0
IndraAsya
jejak 🐾
2023-06-21
1
Istri Bei Ming Ye
mampir dulu
2023-06-14
0