NovelToon NovelToon

Suami Jahatku

Menghabiskan Seluruh Kehidupan Dengan Sia-Sia

“Nona, Anda sudah bangun?”

Esme Andreas baru saja membuka matanya. Ketika suara seorang gadis muda menggema di telinganya, Esme belum merespon apa yang ada di sekelilingnya.

Namun, panggilan ini terlalu asing.

Bahkan jika dia masih menjalani kehidupan di istana, pelayan istana seharusnya memanggil dia dengan sebutan Niang Niang [referensi ke posisi Selir ekspansi]. Kenapa sekarang jadi berbeda?

Dalam keadaan setengah sadar, Esme merasa tersesat.

Bulu mata panjang yang tebal dan melengkung itu bergetar. Pupil hitamnya bergerak-gerak dalam kebingungan.

Apakah dia tidak ‘dianugerahkan’ dengan tiga kaki sutra putih? [Tiga kaki sutra putih. Seperti dalam drama, Permaisuri atau Selir dianugerahi dengan kaki panjang sutra putih oleh Kaisar sebagai cara untuk mengatakan, ‘Saya tidak ingin menyakiti Anda, tolong bunuh diri’]

Mengapa dia tidak merasakan sakit apa pun?

Seluruh tubuhnya masih bisa dia rasakan dengan benar. Padahal dia masih ingat jelas jika dia mengalami kematian beberapa menit yang lalu.

Apakah mungkin dia tidak mati?

Tapi bagaimana dia masih hidup?

Mengingat serentetan kejadian yang telah dialaminya, Esther Andreas merasakan sakit di lehernya. Seperti tercekik sampai sesak.

Namun, tentu saja tempat yang paling menyakitkan tak diragukan lagi adalah hatinya.

Dia telah menjalani hidup dan kematian yang begitu sulit. Pria yang dicintainya pernah berjanji pada Surga, di hari dia dinobatkan sebagai Kaisar, dia yang akan dinobatkan menjadi Permaisuri dan akan menjadi kekasih harem kekaisaran.

Tapi setelah dia menemaninya di setiap langkah, pria itu datang untuk menikmati sumpah yang dia buat untuknya. Tidak hanya mengurungnya dalam istana, tapi pria itu memvonisnya bersalah sampai membunuh sembilan generasi keluarganya.

Tidak cukup sampai di sana, pria yang dia cintai telah ‘menganugerahkan’ dia dengan tiga kaki sutra putih.

Memikirkan ini membuatnya patah hati yang paling menyakitkan.

“Nona, jangan berpikir lagi.” Emilia yang duduk di samping tempat tidur telah memperhatikan ekspresi Esme yang terlihat sangat menyedihkan. Kesedihan itu sampai bisa dia rasakan dalam hatinya. Emilia ikut merasakan kepedihan itu.

Suara Emilia menarik jauh pikiran Esme kembali ke masa kini. Beberapa menit yang lalu, dia hampir melupakan wanita itu.

Esme mengedipkan matanya dengan lembut, dan mencoba memahami sekelilingnya dengan baik.

Langit-langitnya seputih salju. Ada juga cahaya putih yang menyilaukan mata, lalu bau desinfektan yang tersisa. Semua ini terlalu aneh. Dia berada di dunia yang berbeda, memaksanya untuk menerima keadaan, di saat dirinya baru saja mengalami kejadian mengerikan.

Untuk sesaat, dia merasa jika sudah berada di Surga. Ketika dia melihat Emilia, alisnya berkerut.

Mengapa gadis ini berpakaian sangat aneh?

Apakah dia benar-benar mati? Jika dia belum meninggal, seharusnya dia masih berada di istana. Bagaimana dia bisa berada di sini?

Lalu gadis yang duduk di sebelah tempat tidurnya ini … siapa dia?

“Anda ….” Esme menatap Emilia dengan lembut. Matanya penuh kebingungan.

“Nona, apakah Anda ingin minum air?”

Ketika mendengar suara Emilia yang serak, Esme bertanya penuh kesedihan. “Kau menangisiku?”

Emilia sangat terkejut dengan respon Esme. Untuk beberapa saat, dia melihat Esme yang diliputi kebingungan. Pikiran buruk mulai terlintas dan dia menjadi emosional. “Nona, apakah Anda baik-baik saja?”

“Saya ….”

Awalnya Esme ingin bertanya siapa dia, tapi kemudian rasa sakit tiba-tiba datang dari kepalanya.

Kerutan di keningnya semakin dalam. Sementara wajahnya pucat dengan ekspresi menyakitkan. Hal ini tentu saja langsung membuat Emilia panik bukan main.

“Nona, apakah Anda baik-baik saja? Di mana Anda merasa tidak nyaman?”

Emilia secara refleks kebingungan sekaligus merasa takut jika terjadi sesuatu pada Esme.

“Saya akan menghubungi dokter.” Tubuh wanita itu langsung meloncat ke atas untuk menggapai tombol darurat.

“Tunggu.”

Esme memegang kepalanya, mencekram rambutnya sendiri demi menghalau rasa sakit yang luar biasa itu. Seperti ada sebuah batu besar yang menghantam kepalanya berulang kali. Bersamaan dengan itu, ada potongan gambar tak berujung di benaknya.

Ya, ini sebuah kenangan.

Dari potongan-potongan kenangan yang terputus-putus, Esme akhirnya tahu mengapa dia berbaring di tempat tidur ini.

Sepertinya jiwanya telah melintasi waktu. Dia telah merasuki tubuh wanita lain, dan mewarisi ingatan wanita tersebut. Saat ini dia bernama Esme Andreas yang dikenal sebagai putri manja keluarga Andreas. Akan tetapi, Esme Andreas ini telah menikah dengan seorang pria yang menguasai Ford Country―Jason Hall.

Rupanya, pemilik tubuh asli ini sejak kecil sudah memiliki mimpi untuk menikah dengan Jason Hall. Karena itu, dia sudah menggunakan segala cara untuk menggapainya.

Pada akhirnya, setelah dia mendapatkan apa yang dia impikan, Jason Hall membencinya sampai ketulang. Jason Hall tidak dapat menghadapi istri yang tidak patuh, sulit diatur, egois, dan memiliki pemikiran yang sempit.

Sampai tiga bulan yang lalu, pemilik tubuh asli ini tidak bisa menahannya lagi. Dia mengambil tindakan nekat, membius Jason agar mereka bisa tidur bersama.

Rencananya berhasil, dia hamil. Pada awalnya Esme ingin menggunakan anak itu untuk meraih cinta Jason, tapi pria itu dengan kejam menyuruhnya melakukan aborsi.

Penolakan Esme membuat Jason yang marah semakin jengkel. Kebencian dalam diri pria itu naik hingga level tertinggi.

Di kehidupan asli Esme sebelumnya, wanita ini akan mengeluh pada Tuan Besar Hall tentang Jason jika dia menghadapi kemarahan pria itu. Bahkan kadang-kadang Esme akan muncul di perusahaan, membuat onar dan memicu keramaian.

Hanya melihat seorang wanita yang sedang bicara dengan Jason saja, itu bisa menjadi keributan besar. Esme akan memperlakukan pihak lain sebagai saingan cintanya. Bukan hanya itu, dia juga mengutuk wanita yang berani mendekati Jason.

Hal seperti ini membuat Jason semakin bersikeras untuk menceraikannya.

Mendengar kata perceraian, Esme benar-benar mendapat pukulan mental yang besar. Setelah ancaman jika dia akan bunuh diri sudah tidak berguna bagi Jason, Esme yang dalam kegilaan mengemudi ke Hall Manor.

Harapan terakhirnya hanya Tuan Besar Hall. Dia berharap Pria Tua itu akan menegakkan keadilan untuk dirinya dan cucunya kelak.

Sayangnya, hal-hal tak direncanakan selalu muncul tak terduga. Dalam perjalanan, Esme mengalami kecelakaan parah yang membuatnya koma selama delapan hari di rumah sakit. Dia juga kehilangan anak dalam rahimnya.

Selama itu juga Jason Hall tidak pernah mengunjunginya di rumah sakit. Tidak sekalipun!

Memikirkan hal ini, dia menangkap jika Jason begitu membenci pemilik tubuh asli sampai ingin meninggalkan darah dagingnya sendiri.

Setelah memilah-milah kenangan ini dan memahami siapa dia sekarang, rasa sakit di kepalanya tadi berangsur mereda. Ekspresi kaget dan kebingungan tadi berubah ganas.

Apakah itu di kehidupan dia sebelumnya atau saat ini, jelas dia telah salah mencintai seseorang. Pemilik tubuh asli ini juga telah mencintai Jason di usianya yang masih tiga belas tahun. Sungguh pemilik tubuh asli telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan sia-sia.

Setelah dokter memeriksa keadaan Esme, dia berkata jika kesembuhannya berjalan dengan sangat baik. Menunggu beberapa hari untuk observasi, dan setelah itu dia bisa pulang sesuai prosedur.

Esme duduk di tempat tidur dan masih mencoba menyerap semuanya.

“Nona, apakah Anda lapar? Apa Anda ingin memakan sesuatu? Saya akan mendapatkannya untuk Anda.” Melihat Esme yang lebih baik, Emilia bertanya dengan lega.

“Aku tidak lapar.” Esme menggelengkan kepalanya. Mungkin karena terlalu lama koma, suaranya jadi sedikit serak. “Tolong beri aku segelas air.” Tenggorokannya terasa kering seperti kulit pohon.

Emilia mengangguk dan segera mendapatkan itu.

Esme memperhatikannya diam-diam ketika Emilia menuangkan air. Dalam ingatannya, wanita ini adalah pelayan keluarga Andreas. Usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri.

Dalam keluarga Andreas, Emilia adalah satu-satunya orang yang baik baginya. Jadi ketika dia menikah dengan Jason, dia juga membawa Emilia bersamanya.

Delapan hari dia dalam keadaan koma, jangan bertanya apakah Jason mengunjunginya atau tidak. Bahkan tidak satu pun keluarga Andreas yang datang menemuinya. Hanya Emilia yang tetap berjaga siang dan malam untuk merawatnya.

Emilia menuangkan segelas air, dan tepat dia hendak berbalik, dia melihat siluet tinggi di pintu seperti Dewa yang turun dari langit.

Melihat orang ini, Emilia tertegun beberapa saat sebelum dia sadar lalu dengan cepat menyambut hormat, “Tuan Muda Hall?”

***

Mari Kita Bercerai

Pupil mata Esme langsung melebar begitu dia mendengar Emilia menyebut nama ‘Tuan Muda Hall.’ Ketika dia menoleh, Jason berjalan ke arahnya dengan langkah yang mantap.

Pria itu memiliki tubuh yang tinggi dengan sikap dingin acuh tak acuh. Menggenakan setelan kemeja hitam yang jelas menonjolkan sikap dominasi dan arogansinya.

Bagaimana seorang pria terlihat menyeramkan sekaligus mengesankan dalam waktu bersamaan?

Entah itu dari fitur wajah atau aura yang menyeramkan, setiap gerakan yang dia ambil identik sebagai pria yang tidak berperasaan.

Esme mengerutkan alisnya. Baik di kehidupannya dulu maupun sekarang, dia selalu saja terjebak dengan pria-pria semacam ini. Melihat wajah Jason secara langsung mengingatkan dia pada sang Kaisar. Pria seperti mereka memang tidak pantas untuk mendapat ketulusan wanita.

Lupakan itu. Kenyataan yang harus dia hadapi saat ini adalah apa yang ada di hadapannya.

Esme menekan hatinya. Dia tidak akan lagi mengulang kebodohan untuk pria mana pun. Termasuk pria tak berperasaan dan berbahaya seperti di depannya ini.

Mengingat apa yang dia alami di istana dan obsesi pemilik tubuh asli ini pada pria di depannya, mata Esme menyorot tidak peduli.

Lalu, pandangannya beralih pada Emilia yang masih menggenggam gelas di tangannya. Ucapannya dingin dan datar, “Emilia, berikan gelas itu padaku.”

Emilia tampaknya juga ikut gugup sampai lupa tugasnya. “Ini, Nona. Silakan!”

Seolah tidak ada siapa pun yang dia lihat, Esme meneguk air itu perlahan.

Sikapnya yang terlalu tenang, mulai dari menerima air hingga dia meneguknya, setiap gerakan dilakukan Esme dengan anggun. Hal itu membuat Jason mengangkat alisnya.

Ketika Jason sudah berada di sisinya, pria itu hanya berdiri dengan diam. Seperti seorang Kaisar yang sedang menonton sebuah pertunjukan.

Esme benar-benar kehausan. Kerongkongannya sangat kering sampai hampir pecah, tapi tindakannya tetap elegan.

Setelah puas menghabiskan seluruh isinya, Esme meletakkan gelas itu di nakas dengan lembut.

Dari ekor matanya, dia memperhatikan beberapa dokumen di tangan Jason.

Tindakannya melambat ketika dia merasa hatinya tenggelam. Kemudian, matanya terangkat bersitatap dengan mata gelap Jason.

Saat ini Jason seperti melihat sebuah bintang yang bersinar terang menatapnya. Ada seulas senyuman di bibir Esme, tapi senyuman itu terasa dingin dan sangat jauh.

Dihadapkan dengan aura mengerikan Jason yang menatapnya seperti kilatan pedang, reaksi Esme justru sangat berbanding terbalik. Dia begitu terkendali dengan semua ketenangannya.

Jika di kehidupan sebelumnya, melihat Jason memperhatikannya sedekat ini, pemilik tubuh yang asli pasti akan meneteskan air liur. Matanya akan berbinar-binar seperti baru saja mendapat segunung berlian dari langit.

Esme Andreas yang sekarang, bukan lagi Esme Andreas yang sebelumnya. Hal-hal seperti intimidasi saat ini tidak akan mempengaruhi hatinya sedikit pun.

“Dokumen di tanganmu, seharusnya dokumen perceraian, kan?” Bahkan kedua sudut bibir Esme sedikit melengkung ke atas.

Suaranya terkumpul datar, membuat Jason sulit menebak emosi wanita ini. Itu membuat sikap acuh tak acuhnya tertegun sesaat. Hari ini, untuk pertama kalinya, reaksi Esme menjadi tak terduga.

Sebelumnya, saat dia membicarakan masalah perceraian, Esme akan mulai menangis dan membuat ulah. Dia juga akan menggunakan hidupnya sendiri untuk mengancamnya, bahwa sekalipun dia mati, dia tidak akan pernah setuju untuk bercerai dengannya.

Tapi sekarang, saat surat perceraian dia hadapkan di depannya, apakah mungkin dia bisa setenang ini?

“Esme Anderas, kau hanya bisa menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi saat ini.” Suara dingin Jason menggema, dipenuhi ejekan tanpa sebuah sindirian.

“Benar. Saya benar-benar telah mewujudkannya sendiri.” Lagi, dia tersenyum dingin.

Salah satu alis Jason naik ke dahinya. Dia bisa melihat dengan jelas sentuhan dingin pada senyum Esme.

Esme Andreas ini memberikannya firasat buruk. Ada yang salah, dan ini sedikit aneh.

“Ini adalah kesalahanmu sendiri yang telah membunuh anak dalam rahimmu. Dan karena ini, Kakek sangat kesal. Dia telah menyetujui perceraian ini.” Jason melempar surat percerain ke tubuh Esme setelah ucapan tajamnya.

Bahkan jika Jason benar-benar orang yang tidak berperasaan, melakukan tindakan tersebut sangat menjengkelkan baginya. Pria ini sepertinya sangat tidak sabar untuk menyingkirkannya.

Esme melirik kertas yang tersebar di atas tubuhnya.

Ekspresinya tidak memberikan banyak petunjuk, apakah dia berpikir mengenai pria tak berperasaan ini, atau cinta pemilik tubuh asli pada pria itu. Namun, surat cerai yang dilempar ke atas tubuhnya membuat rasa sakit tak terhan meremas hatinya.

Dia menarik sedikit lengan bajunya sebelum mengumpulkan semua kertas itu.

Saat dia menggenggam tangannya, lengan bajunya jatuh lebih jauh ke belakang dan tanpa sengaja menunjukkan bekas luka. Bekas itu memerah pekat, sangat buruk di kulit putih porselennya.

Bekas luka ini ditinggalkan oleh pemilik tubuh asli dan itu terjadi setahun yang lalu.

Ingatannya tertarik mundur.

Pemilik tubuh asli telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Jason Hall telah memeluk Kakak tertuanya, Bella Andreas.

Seorang seperti Esme Andreas di masa lalu, tidak bisa menerima satu noda dalam nama cinta. Dia telah bertindak seperti wanita vulgar dan ingin memukul Bella. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Dia didorong oleh Jason sampai jatuh ke tanah dan tubuhnya membentur batu.

Jatuhnya sangat menyakitkan, tapi Jason bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Pria itu dengan kejamnya pergi membawa Bella seolah tidak terjadi apa-apa.

Tidak mau menyerah sampai di sana, Esme mengejar mereka seperti wanita yang tidak memperdulikan harga dirinya lagi. Dan saat itu, untuk pertama kalinya Jason menyebut kata cerai. Dia akan menceraikannya cepat atau lambat.

Esme pulang ke vila, berteriak, menangis, dan menggunakan nama kematian untuk memeras Jason sampai tak terkendali. Dia mengambil sebilah pisau di dapur, lalu berteriak kencang, “Jika kau bersikeras untuk menceraikanku, aku akan memotong tanganku sendiri dan bunuh diri di depanmu!”

Namun, Jason menjawabnya dengan acuh tak acuh, “Silakan. Pastikan itu sudah cukup dalam agar kau cepat mati dan aku tidak perlu repot membawamu ke rumah sakit.”

Jason meninggalkannya tanpa mau tahu.

Semua ingatan ini terlintas begitu jelas di ingatan Esme saat ini. Pemilik tubuh yang asli telah menggunakan hidupnya sebagai alat tawar menawar, tapi hal itu bahkan tidak mempengaruhi Jason sedikit pun.

Setelah dia memotong nadinya sendiri, pelayan menemukan dia lebih dulu dan memanggil polisi. Usaha bunuh dirinya gagal, tapi meninggalkan bekas luka yang abadi.

Sangat bodoh!

Setelah menarik kembali ingatannya, Esme tersenyum mengejek. Karena seorang pria yang bahkan tidak mencintainya, pemilik tubuh yang asli melakukan hal bodoh membahayakan nyawanya sendiri.

Esme mengambil pergelangan tangannya sendiri, lalu jemari lentiknya menyusuri bekas luka itu dengan gerakan lembut. “Jika memang begitu, mari kita lakukan.”

Ketegasannya mengejutkan Jason.

Dia mengerutkan kening, tanpa sadar bertanya, “Apakah kau benar-benar akan menerimanya?”

Esme menghadapinya secara langsung dan tersenyum samar. “Tentu saja.”

Jason mengawasinya dengan teliti. Dia merasa ada yang salah. Wanita ini menatapnya dengan mata seperti bintang-bintang, lalu senyumnya sedikit memukau.

Penampilan Esme saat ini terlihat indah dengan penampilan kulitnya yang putih lembut. Sosoknya seperti seorang wanita hebat, fiturnya halus.

Jika saja dia tidak terlalu sombong, arogan, manja dan bersikap seperti wanita vulgar, mungkin dia akan menjadi pusat perhatian. Mungkin juga Jason tidak membencinya terlalu banyak.

Jason mengembalikan perhatiannya lagi.

“Sebaiknya kau mengingat ucapanmu.” Dia berkata dengan suara muram.

Esme memberikan senyuman menawan dan berkata, “Aku khawatir, kau yang membalas ucapan itu sendiri.”

Jason mendengus. Matanya menunjukkan jejak cemoohan. “Wanita sepertimu tidak memiliki kualisifikasi untuk membuatku menarik kata-kataku lagi. Esme Andreas, pastikan aku melihat tanda tanganmu.”

Jejak senyum di wajah Esme berubah menjadi lebih dingin. “Oh, ya, tentu saja. Kau bahkan tidak bisa menunggu untuk melakukan itu sampai mengorbankan darah dagingmu sendiri. Jason Hall, kau pasti tidak menyesal.”

Mendengar hal ini, Jason mengerutkan keningnya. “Kau mau menuduhku atas kecelakaanmu?”

“Bisakah aku tidak melakukannya?”

Sebuah tangan besar mencekram dagunya. Jason melakukan itu dengan keras tanpa keraguan. Seketika aroma maskulin menyerang hidungnya. Esme merasakan sakit di rahang.

“Esme Andreas, kau sedang menggali kuburmu sendiri.”

***

Tidak Mendapatkan Pelajaran Dengan Baik

Esme menatap Jason dengan senyum tipis di wajahnya. “Itu hanya sebuah pemikiran, kenapa kau begitu tersulut?”

Senyuman itu dibalas lebih licik lagi oleh Jason, lalu dia berkata dengan dingin, “Jangan mengira semua orang bodoh sepertimu!”

“Ya, kau benar. Aku memang bodoh. Jika tidak demikian, bagaimana aku bisa jatuh cinta pada pria yang apatis dan tidak memiliki perasaan sepertimu.”

Ketidakpeduliannya yang dingin mengejutkan Jason. Ekspresi pria yang sudah suram itu merubah suasan semakin gelap. Tatapannya yang tajam menunjuk langsung ke mata Esme seperti anak panah seolah ingin menembusnya.

“Esme Andreas, apakah kau telah mengubah sifat obsesif sebelumnya, atau apakah kau sedang mencoba melancarkan permainan melonggarkan kendali hanya untuk menangkap mereka dengan lebih baik?”

Jari-jarinya mencengkeram dagu Esme semakin kuat lagi.

Dengan menggunakan sedikit kekuatannya Esme menepis tangan Jason. “Lepaskan, Jason!”

Bukannya melepaskan, tapi Jason lebih menguatkannya lagi. Memang siapa yang mau bermain-main dengannya? Menghabiskan waktu mereka hanya untuk menerima kekalahan pada akhirnya adalah sebuah kebodohan.

Untuk kesempatan hidup kedua kalinya, jika dia menggunakan kesempatan kali ini dengan orang yang sama, maka dia benar-benar wanita konyol.

Dua kehidupan telah dia jalani untuk pria, dan sekarang dia ingin menghabiskan kesempatan hidup hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri.

Alis Jason mengerut. Matanya menjadi dingin ketika dia melihat jejak jijik dari mata Esme.

Wanita sialan ini, dia berani memiliki sentiment semacam ini terhadapnya?

Mendapat tatapan seperti itu, Jason bukan hanya mencekram dagu Esme. Kelima jarinya kini melilit kerongkongan wanita itu.

Cekikan di lehernya membuat Esme susah menarik napas dan dia terbatuk ringan.

Emilia yang kehadirannya telah diabaikan tidak tahu harus berbuat apa. Dia sangat menjaga keselamatan Esme, tapi kali ini lawannya adalah Tuannya sendiri. Emilia ingin menghentikan itu, tapi dia tidak memiliki cukup keberanian. Jadi dia memutuskan untuk pura-pura tidak melihat lalu mundur perlahan. Biar bagaimanapun, tidak ada yang berakhir baik jika berurusan dengan Jason.

Sekarang jarak antara Jason dan Esme tidak kurang dari lima sentimeter. Ketika punggung Jason melengkung, Esme bisa menghirup aroma unik dari tubuh pria itu.

Jika yang berada di posisi ini adalah pemilik tubuh yang asli, maka dia pasti sudah lama mabuk. Tenggelam dalam keharuman yang luar biasa itu.

“Apa yang dapat kau lakukan jika aku tidak melepaskannya?”

Mata suram Jason seperti laut yang tak pernah ada habisnya. Tatatapannya itu mudah menarik hati wanita sampai tenggelam ke dalam sana sedalam-dalamnya.

Esme mengembalikan rasa dinginnya. “Tidak ada. Hanya saja, melihat ekspresimu begitu suram, aku berpikir jika sikapku telah mempengaruhimu. Bukan begitu?”

Jason tiba-tiba menarik tangan lalu mengambil sapu tangan dari sakunya. Dia mulai membersihkan tangannya dengan tidak senang. Seolah setiap bagian dari telapak tangan itu telah menyentuh setumpuk kotoran.

Tindakannya ini membuat hati Esme tenggelam. Lirikannya jatuh ke telapak tangan Jason dengan senyum pahit. Dalam hati dia berpikir, seberapa dalam Jason membenci pemilik tubuh asli ini? Sampai setuhan itu pun menjadi hal yang begitu menjijikkan.

Karena saat ini dia juga hidup untuk melepas Jason, Esme tidak mau ditindas. “Emilia.”

Emilia yang berada di luar segera masuk dengan sedikit terburu-buru. “Iya, Nona?”

“Tolong ambilkan aku tisu basah.”

Mendengar hal ini, gerakan Jason memudar. Emilia juga terlihat bingung. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi sekilas dia bisa menggambarkannya. Tanpa banyak bertanya, dia bergegas meraih tisu basah itu dan memberikannya pada Esme.

Esme menerima itu lalu menggunakannya untuk mengusap dagu dan lehernya.

Ketika melihat apa yang dilakukan Esme, Emilia tercengang.

Jason merengut dan memberikan tatapan kotor pada Esme.

Sikap Esme benar-benar indah, sangat berbeda dengan Esme sebelum dia kecelakaan.

Di masa lalu, jika Jason tanpa sengaja menyentuhnya, wanita itu tidak akan rela untuk mencuci bagian yang tersentuh dan membiarkannya selama tiga hari. Pemilik tubuh yang asli benar-benar menggilai Jason sampai membutakan matanya.

Namun hari ini, dia membenci sentuhan itu.

“Esme Andreas!” Perasaan diremehkan sangat tidak menyenangkan.

Selama ini Jason tidak pernah diabaikan apalagi sampai diletakkan pada sesuatu yang kotor seperti ini. Semua orang akan selalu tunduk dengannya, kalau perlu mereka pasti akan mencium tangannya juga.

Begitupun dengan Esme yang menggilainya sebelum kecelakaan. Tapi sekarang, wanita bodoh ini telah menyinggung perasaannya semakin jauh.

Esme tiba-tiba mendongak seolah dia baru sadar masih ada seseorang di sisinya. Dia memberikan senyuman brilian pada Jason.

Dalam hati berkata, ‘Jika dia bisa melakukan itu padanya, kenapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama pada pria ini?’

Selama Jason masih terus menindasnya, selama itu juga dia tidak akan bisa menikmati kehidupan keduanya kali ini untuk dirinya sendiri. Jadi langkah pertama yang harus dia lakukan tentu saja melawan.

“Jason Hall, jika tidak ada yang lain, silakan pergi. Aku perlu istirahat. Jangan khawatir, jika tidak ada masalah dengan perjanjian perceraian, aku pasti akan melakukannya secepat mungkin.”

Jason mendengus. Bagaimana mungkin kesepakatan yang dia tunggu memiliki masalah? Bahkan dia sudah mengecek berulang kali dan sudah memastikan Esme tidak akan bisa menggunakan satu alasan pun untuk menolak perjanjian mereka.

Hari yang dia nantikan tidak bisa ditunda lebih lama lagi. Setelah mendengar Esme sadar dari pihak rumah sakit, dia langsung meninggalkan pekerjaannya detik itu juga untuk memastikan perceraian mereka tidak terkendala lagi. Seolah menceraikan Esme adalah prioritas utama dalam hidupnya.

“Esme Andreas, jika kali ini kau mau beralasan lagi, aku pastikan kau tidak bisa membuka matamu lagi esok harinya. Asal kau tau, aku memiliki seribu satu cara untuk menyingkirkanmu tanpa mengotori tanganku.”

“Jason Hall, tidak perlu mengancam karena aku pun ingin melakukan ini secepatnya. Aku hanya membutuhkan waktu untuk mempelajari perjanjian yang sudah kau berikan padaku. Aku sudah menghabiskan hidupku dalam kebodohan, tentu aku tidak mau merugi secara material.”

Setiap ucapan Esme membuatnya terus terbakar kemarahan dan kemarahan itu meningkat sampai mencapai titik jika dia ingin mencekik wanita ini sampai biru. Tapi jika dibutuhkan harga yang mahal untuk kesejateraan hidupnya agar jauh dari wanita ini, maka Jason pasti akan membayar berapa pun harganya.

“Saat Noe datang untuk mengambilnya besok, pastikan aku melihat tanda tanganmu.”

“Kau akan melihatnya. Jason, kau benar-benar telah menyita waktu istirahatku sekarang.”

Esme tidak menyindirnya, tapi wanita ini benar-benar menegaskan ucapannya jika dia sedang mengusirnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, seseorang berani melakukan itu padanya. Lalu, mata wanita itu melirik ke arah pintu seolah dia tidak sabar menunggunya berbalik pergi.

Wanita ini! Sepertinya dia masih belum mendapatkan pelajarannya dengan cukup baik.

“Emilia, tolong bantu Tuan Jason Hall untuk membuka pintunya.”

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!