Pupil mata Esme langsung melebar begitu dia mendengar Emilia menyebut nama ‘Tuan Muda Hall.’ Ketika dia menoleh, Jason berjalan ke arahnya dengan langkah yang mantap.
Pria itu memiliki tubuh yang tinggi dengan sikap dingin acuh tak acuh. Menggenakan setelan kemeja hitam yang jelas menonjolkan sikap dominasi dan arogansinya.
Bagaimana seorang pria terlihat menyeramkan sekaligus mengesankan dalam waktu bersamaan?
Entah itu dari fitur wajah atau aura yang menyeramkan, setiap gerakan yang dia ambil identik sebagai pria yang tidak berperasaan.
Esme mengerutkan alisnya. Baik di kehidupannya dulu maupun sekarang, dia selalu saja terjebak dengan pria-pria semacam ini. Melihat wajah Jason secara langsung mengingatkan dia pada sang Kaisar. Pria seperti mereka memang tidak pantas untuk mendapat ketulusan wanita.
Lupakan itu. Kenyataan yang harus dia hadapi saat ini adalah apa yang ada di hadapannya.
Esme menekan hatinya. Dia tidak akan lagi mengulang kebodohan untuk pria mana pun. Termasuk pria tak berperasaan dan berbahaya seperti di depannya ini.
Mengingat apa yang dia alami di istana dan obsesi pemilik tubuh asli ini pada pria di depannya, mata Esme menyorot tidak peduli.
Lalu, pandangannya beralih pada Emilia yang masih menggenggam gelas di tangannya. Ucapannya dingin dan datar, “Emilia, berikan gelas itu padaku.”
Emilia tampaknya juga ikut gugup sampai lupa tugasnya. “Ini, Nona. Silakan!”
Seolah tidak ada siapa pun yang dia lihat, Esme meneguk air itu perlahan.
Sikapnya yang terlalu tenang, mulai dari menerima air hingga dia meneguknya, setiap gerakan dilakukan Esme dengan anggun. Hal itu membuat Jason mengangkat alisnya.
Ketika Jason sudah berada di sisinya, pria itu hanya berdiri dengan diam. Seperti seorang Kaisar yang sedang menonton sebuah pertunjukan.
Esme benar-benar kehausan. Kerongkongannya sangat kering sampai hampir pecah, tapi tindakannya tetap elegan.
Setelah puas menghabiskan seluruh isinya, Esme meletakkan gelas itu di nakas dengan lembut.
Dari ekor matanya, dia memperhatikan beberapa dokumen di tangan Jason.
Tindakannya melambat ketika dia merasa hatinya tenggelam. Kemudian, matanya terangkat bersitatap dengan mata gelap Jason.
Saat ini Jason seperti melihat sebuah bintang yang bersinar terang menatapnya. Ada seulas senyuman di bibir Esme, tapi senyuman itu terasa dingin dan sangat jauh.
Dihadapkan dengan aura mengerikan Jason yang menatapnya seperti kilatan pedang, reaksi Esme justru sangat berbanding terbalik. Dia begitu terkendali dengan semua ketenangannya.
Jika di kehidupan sebelumnya, melihat Jason memperhatikannya sedekat ini, pemilik tubuh yang asli pasti akan meneteskan air liur. Matanya akan berbinar-binar seperti baru saja mendapat segunung berlian dari langit.
Esme Andreas yang sekarang, bukan lagi Esme Andreas yang sebelumnya. Hal-hal seperti intimidasi saat ini tidak akan mempengaruhi hatinya sedikit pun.
“Dokumen di tanganmu, seharusnya dokumen perceraian, kan?” Bahkan kedua sudut bibir Esme sedikit melengkung ke atas.
Suaranya terkumpul datar, membuat Jason sulit menebak emosi wanita ini. Itu membuat sikap acuh tak acuhnya tertegun sesaat. Hari ini, untuk pertama kalinya, reaksi Esme menjadi tak terduga.
Sebelumnya, saat dia membicarakan masalah perceraian, Esme akan mulai menangis dan membuat ulah. Dia juga akan menggunakan hidupnya sendiri untuk mengancamnya, bahwa sekalipun dia mati, dia tidak akan pernah setuju untuk bercerai dengannya.
Tapi sekarang, saat surat perceraian dia hadapkan di depannya, apakah mungkin dia bisa setenang ini?
“Esme Anderas, kau hanya bisa menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi saat ini.” Suara dingin Jason menggema, dipenuhi ejekan tanpa sebuah sindirian.
“Benar. Saya benar-benar telah mewujudkannya sendiri.” Lagi, dia tersenyum dingin.
Salah satu alis Jason naik ke dahinya. Dia bisa melihat dengan jelas sentuhan dingin pada senyum Esme.
Esme Andreas ini memberikannya firasat buruk. Ada yang salah, dan ini sedikit aneh.
“Ini adalah kesalahanmu sendiri yang telah membunuh anak dalam rahimmu. Dan karena ini, Kakek sangat kesal. Dia telah menyetujui perceraian ini.” Jason melempar surat percerain ke tubuh Esme setelah ucapan tajamnya.
Bahkan jika Jason benar-benar orang yang tidak berperasaan, melakukan tindakan tersebut sangat menjengkelkan baginya. Pria ini sepertinya sangat tidak sabar untuk menyingkirkannya.
Esme melirik kertas yang tersebar di atas tubuhnya.
Ekspresinya tidak memberikan banyak petunjuk, apakah dia berpikir mengenai pria tak berperasaan ini, atau cinta pemilik tubuh asli pada pria itu. Namun, surat cerai yang dilempar ke atas tubuhnya membuat rasa sakit tak terhan meremas hatinya.
Dia menarik sedikit lengan bajunya sebelum mengumpulkan semua kertas itu.
Saat dia menggenggam tangannya, lengan bajunya jatuh lebih jauh ke belakang dan tanpa sengaja menunjukkan bekas luka. Bekas itu memerah pekat, sangat buruk di kulit putih porselennya.
Bekas luka ini ditinggalkan oleh pemilik tubuh asli dan itu terjadi setahun yang lalu.
Ingatannya tertarik mundur.
Pemilik tubuh asli telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Jason Hall telah memeluk Kakak tertuanya, Bella Andreas.
Seorang seperti Esme Andreas di masa lalu, tidak bisa menerima satu noda dalam nama cinta. Dia telah bertindak seperti wanita vulgar dan ingin memukul Bella. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Dia didorong oleh Jason sampai jatuh ke tanah dan tubuhnya membentur batu.
Jatuhnya sangat menyakitkan, tapi Jason bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Pria itu dengan kejamnya pergi membawa Bella seolah tidak terjadi apa-apa.
Tidak mau menyerah sampai di sana, Esme mengejar mereka seperti wanita yang tidak memperdulikan harga dirinya lagi. Dan saat itu, untuk pertama kalinya Jason menyebut kata cerai. Dia akan menceraikannya cepat atau lambat.
Esme pulang ke vila, berteriak, menangis, dan menggunakan nama kematian untuk memeras Jason sampai tak terkendali. Dia mengambil sebilah pisau di dapur, lalu berteriak kencang, “Jika kau bersikeras untuk menceraikanku, aku akan memotong tanganku sendiri dan bunuh diri di depanmu!”
Namun, Jason menjawabnya dengan acuh tak acuh, “Silakan. Pastikan itu sudah cukup dalam agar kau cepat mati dan aku tidak perlu repot membawamu ke rumah sakit.”
Jason meninggalkannya tanpa mau tahu.
Semua ingatan ini terlintas begitu jelas di ingatan Esme saat ini. Pemilik tubuh yang asli telah menggunakan hidupnya sebagai alat tawar menawar, tapi hal itu bahkan tidak mempengaruhi Jason sedikit pun.
Setelah dia memotong nadinya sendiri, pelayan menemukan dia lebih dulu dan memanggil polisi. Usaha bunuh dirinya gagal, tapi meninggalkan bekas luka yang abadi.
Sangat bodoh!
Setelah menarik kembali ingatannya, Esme tersenyum mengejek. Karena seorang pria yang bahkan tidak mencintainya, pemilik tubuh yang asli melakukan hal bodoh membahayakan nyawanya sendiri.
Esme mengambil pergelangan tangannya sendiri, lalu jemari lentiknya menyusuri bekas luka itu dengan gerakan lembut. “Jika memang begitu, mari kita lakukan.”
Ketegasannya mengejutkan Jason.
Dia mengerutkan kening, tanpa sadar bertanya, “Apakah kau benar-benar akan menerimanya?”
Esme menghadapinya secara langsung dan tersenyum samar. “Tentu saja.”
Jason mengawasinya dengan teliti. Dia merasa ada yang salah. Wanita ini menatapnya dengan mata seperti bintang-bintang, lalu senyumnya sedikit memukau.
Penampilan Esme saat ini terlihat indah dengan penampilan kulitnya yang putih lembut. Sosoknya seperti seorang wanita hebat, fiturnya halus.
Jika saja dia tidak terlalu sombong, arogan, manja dan bersikap seperti wanita vulgar, mungkin dia akan menjadi pusat perhatian. Mungkin juga Jason tidak membencinya terlalu banyak.
Jason mengembalikan perhatiannya lagi.
“Sebaiknya kau mengingat ucapanmu.” Dia berkata dengan suara muram.
Esme memberikan senyuman menawan dan berkata, “Aku khawatir, kau yang membalas ucapan itu sendiri.”
Jason mendengus. Matanya menunjukkan jejak cemoohan. “Wanita sepertimu tidak memiliki kualisifikasi untuk membuatku menarik kata-kataku lagi. Esme Andreas, pastikan aku melihat tanda tanganmu.”
Jejak senyum di wajah Esme berubah menjadi lebih dingin. “Oh, ya, tentu saja. Kau bahkan tidak bisa menunggu untuk melakukan itu sampai mengorbankan darah dagingmu sendiri. Jason Hall, kau pasti tidak menyesal.”
Mendengar hal ini, Jason mengerutkan keningnya. “Kau mau menuduhku atas kecelakaanmu?”
“Bisakah aku tidak melakukannya?”
Sebuah tangan besar mencekram dagunya. Jason melakukan itu dengan keras tanpa keraguan. Seketika aroma maskulin menyerang hidungnya. Esme merasakan sakit di rahang.
“Esme Andreas, kau sedang menggali kuburmu sendiri.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Jasreena
tapi kaulah yg akan terkubur..
2023-09-03
1
Via Octavia
esme dan jason
2023-06-03
1