Diam-diam Kendrick menyebar beberapa orang untuk mencari keberadaan wanita yang sudah satu bulan ini selalu menghantui setiap malamnya. Seluruh pusat perhatian Ken hanya tertuju pada wanita itu, tapi sayang sekali sampai saat ini tidak ada yang berhasil menemukan wanita itu.
"Bodoh, mengapa mencari satu wanita kecil saja tidak bisa?" Kendrick berteriak memarahi semua orang yang berdiri di hadapannya.
"Maaf, Tuan. Kita tidak punya informasi apa pun tentang gadis itu jadi sedikit sulit mencarinya," jawab salah satu dari mereka.
Mata Kendric menyalang marah. "Sedikit katamu? Bilang saja kalian tidak becus bekerja! Aku tidak mau tau, kalian harus cari dan bawa wanita itu ke hadapanku! Kalau tidak, nyawa kalian yang menjadi taruhannya!" Teriakkan Kendric menggema di ruang kerjanya.
"Baik, Tuan." Para pria berbaju hitam itu langsung keluar dari ruangan Kendric yang tidak mau sedikitpun mendengarkan mereka. Jangankan foto, Kendrick bahkan tidak tau siapa nama wanita itu. Dasar payah, ingin sekali mereka mengutuk Kendrick.
"Di mana dan siapa wanita itu?" Tatapan Kendrick menajam melihat anting yang selalu ia bawa ke manapun. Ya, kendrick berharap ia bisa menemukan wanita yang telah membawa lari benihnya.
Satu bulan sudah Elga berada di rumah bibi Jesica dan selama itu ia tidak pernah menceritakan malam kelam yang pernah menimpa dirinya. Elga selalu menghindari pertanyaan Jesica dan ia juga ketakutan setiap kali suara berat pria itu terngiang di telinga. Elga ingin mengubur semua kejadian itu selamanya agar ia tidak terlalu larut dalam ketakutan. Tapi, nyatanya sampai sekarang tidak bisa melupakan peristiwa itu. Elga butuh waktu menerima dan berdamai dengan keadaan.
Tubuh Elga yang tadinya cukup berisi kini sudah semakin kurus, bukan karena Bibi Jesica tidak memberinya makanan tapi karena akhir-akhir ini Elga memang tidak berselera makan. Bahkan perut Elga selalu menolak makanan yang masuk ke dalam sana.
"Kau melamun lagi, Elga?" Bibi Jesica datang membawa nampan berisi makanan untuk Elga.
Elga mengalihkan pandangannya dari jendela kamar untuk melihat Bibi Jesica. Seperti biasa Elga tidak banyak bicara.
"Makanlah sedikit supaya kau punya tenaga," tawar Jesica sambil menyodorkan sup pada Elga. "Lihat wajahmu pucat sekali. Tubuhmu pun seperti tidak diurus. Sebenarnya kau sangat cantik Elga, tapi ntah mengapa kau menyiakan dan menutupinya. Elga Bibi tidak mau kau sakit jadi sekarang makanlah atau aku akan marah padamu."
Elga menolaknya dan bicara lirih, "Aku sudah baik-baik saja, Bibi. Aku memang tidak berselera makan."
"Sudah satu bulan kau tinggal di rumah ini dan selama itu juga aku sudah menganggap mu seperti anak kandung sendiri, apa kau tidak menganggap aku seperti ibu mu sendiri?" Jesica menaikkan intonasi suara karena marah.
Elga menghela napas panjang. "Aku tidak bermaksud begitu, Bibi adalah orang yang paling baik yang pernah aku kenal. Bibi orang asing tapi mau mengizinkan aku tinggal di rumah ini. Memberi pakaian, makanan dan selalu memperhatikan aku. Jadi, aku pun sudah menganggap Bibi seperti ibu ku sendiri." Elga meraih tangan Jesica. "Terima kasih, Bi. Mungkin aku tidak akan bisa membalas kebaikan Bibi padaku, tapi aku janji suatu saat nanti aku pasti akan menebusnya."
Ntah apa jadinya Elga andai Jesica tidak menolong dirinya malam itu. Kemungkinan besar pria itu berhasil menangkapnya dan membuat hidup Elga lebih menderita lagi.
Jesica tersenyum penuh arti, ia memang sengaja membuat Elga bergantung hidup dengannya dan perlahan membuat gadis itu membalas jasanya.
"Kalau begitu makanlah sedikit, Bibi tidak mau melihatmu kurus seperti ini." Jesica menyendok makanan untuk ia berikan pada Elga, tapi bibir Elga terkatup rapat sepersekian detik berikutnya Elga mual dan langsung lari ke kamar mandi. "Lihatlah, kau pasti sakit karena sering terlambat makan." Jesica meletakkan makanan di atas nakas lalu menyusul Elga di kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, perut Elga terasa seperti diaduk-aduk hingga ia mual dan memuntahkan isi perutnya, mulutnya terasa pahit dan tubuhnya terasa sangat lemas. Kepalanya terasa pusing dan pandangannya pun memburam. Berulang kali Elga membasuh wajahnya dengan air bersih tapi hal itu tidak bisa membuat dirinya merasa lebih baik.
"Kau pucat sekal, lebih baik kita ke rumah sakit sekarang," ajak Jesica begitu mendapati Elga bersandar di dinding.
"Tidak perlu, Bi. Jangan buang uang Bibi untuk membayar dokter. Aku sungguh tidak apa-apa," tolak Elga, ia sudah merasa berhutang budi dan tidak tau bagaimana cara membayarnya nanti.
"Jangan pikirkan itu, uangku masih banyak untuk memenuhi kebutuhan mu. Sekarang, kesehatanmu menjadi yang utama." Jesica menggandenga Elga kembali ke kamar.
"Terima kasih, Bibi. Nanti kalau aku sudah metasa lebih baik aku akan bekerja keras supaya bisa mengembalikan uang Bibi," jawab Elga lirih.
"Berhenti berterima kasih, Elga. Ini bukan apa-apa." Jesica menghubungi dokter pribadinya ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 10 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Ya ampun, apa Elga hamil
2023-06-22
0
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Elga hamidun😔
2023-05-25
0