Ketika hari sudah gelap, sorot lampu mobil memancar ke arah rumah megah yang baru tertutup kembali pagarnya. Mobil putih milik Arisha pemilik rumah megah itu keluar dari mobil dengan membawa tas kerjanya. Jas putih tersampir di lengan kirinya.
"Nyonya, akhirnya Nyonya pulang juga." Suara Bibi berlari cepat ke arah Arisha sontak membuat wanita cantik itu mengerutkan kening heran.
"Ada apa sih, Bi? Bikin saya kaget saja." tanyanya dengan suara lembut khas milik istri dari Reifan.
Bibi tampak tergagap saat ingin memberi tahu yang sebenarnya. Hal itu jelas semakin membuat Arisha bingung. Keadaan rumah nampak sunyi seperti biasa bagi Arisha. Sang suami memang tak pernah keluar rumah semenjak pulang dari rumah sakit. Tubuhnya pun belum pulih sepenuhnya.
"Tuan Reifan, Nyonya. Tadi Nyonya besar bersama Non Gina datang..."
"Apa?" Arisha terlontak kaget mendengar nama wanita yang pernah menjadi masa lalu sang suami. Belum selesai Bibi berucap, Arisha sudah berlari masuk. Sayang ketika tiba di dalam rumah sampai di kamar tak satu pun Arisha lihat dari mereka.
Tentu saja perasaan Arisha mendadak tak enak. Ia bergegas keluar menemui Bibi yang sudah berlari juga ke arahnya.
"Bi, dimana Rei? Mamah dan wanita itu juga dimana? Kenapa semua kosong?" tanya Arisha mulai panik sekali.
Bibi tertunduk merasa bersalah. Andai saja ia bisa bertindak tentu tak akan seperti ini. Sudah jelas selama ini Bibi melihat apa yang Arisha derita dari tingkah kasar sang Tuan.
"Nyonya besar sudah pulang, Nyonya. Tuan Reifan pergi bersama wanita itu. Bibi ingin mengabari anda tapi Nyonya besar mengancam itu sebabnya saya baru bisa memberi tahu anda ketika pulang, Nyonya."" jelas Bibi panjang lebar.
Arisha terduduk lemas mendengar pengakuan dari Bibi. Sudah bisa di pastikan jika saat ini sang suami pasti dalam pengaruh buruk sang mertua dan wanita itu. Kini Arisha merasa semakin besar cobaan untuknya menghadapi sang suami.
"Yasudah, Bi. Sudah terjadi mau di apa lagi. Aku akan coba hubungi Rei." sahut Arisha yang memilih meraih ponsel.
Sang Bibi berinisiatif membawakan minuman ke meja di depan Arisha. Lelah sudah pasti terlihat di wajah Arisha. Sayang, wanita itu terlalu sempurna untuk tidak mengeluh dengan lelah di tubuhnya.
"Kamu dimana, Rei?" tanya Arisha mencemaskan sang suami ketika panggilan tak kunjung di angkat.
Ketakutan jika akhirnya kelalaian Arisha justru membuat hubungan Reifan dan Gina justru kembali dengan jalan tidak benar seperti ini. Bukan tidak tahu, bagaimana eratnya keduanya dulu sebelum mereka putus. Dan Arisha memiliki firasat jika Gina datang untuk memanfaatkan ingatan sang suami yang tengah kosong saat ini.
Perlahan air mata Arisha jatuh. Ketakutan jika sang suami berpaling darinya dengan keadaan saat ini membuat Arisha lemah. Ia hanya orang baru yang berhasil menaklukkan hati sang suami sampai pada akhirnya mereka menikah.
"Nalendra..." sahut Arisha mendapatkan ide. Segera tangannya meraih ponsel kembali dan menghubungi sang adik ipar.
"Halo," sapaan dari seberang sana.
"Ndra, tolong aku." Arisha langsung menceritakan apa yang terjadi pada sang adik ipar.
"Oke. Sekarang juga aku akan cari. Kakak di rumah saja yah? Tunggu Kak Rei pulang." Arisha patuh dan mengakhiri panggilannya.
Berharap bantuan sang adik ipar bisa membuahkan hasil kali ini. Arisha membersihkan diri dan menunggu kabar sang suami. Makan malam pun sudah ia lewatkan. Tanpa Arisha ketahui, justru di restauran malam ini Reifan tengah makan berdua dengan sang mantan kekasihnya.
Satu harian ia berdua dengan Gina, Reifan merasa sangat senang. Ia bisa terus tersenyum melihat tingkah lucu Gina.
"Aku tidak mengingatmu siapa, El. Tapi, aku begitu terhibur dengan semua tingkahmu." ujar Reifan menatap Gina.
"Memang itu yang kau suka dariku. Kau suka dengan bibir cerewetku." sahut Gina bergelut manja di lengan Reifan ketika mereka duduk bersampingan menikmati makanan.
"Boleh menyuapi aku?" tanya Gina lagi menengadah menatap wajah Reifan.
Meski sebenarnya Reifan sedikit merasa risih. Sebab ia sadar dengan statusnya sebagai suami tak benar jika berdekatan sampai seperti ini dengan wanita lain sekali pun itu adalah sang mantan.
"Em, tolong jangan seperti ini. Kita di tempat umum." ujar Reifan melepaskan lengannya yang di peluk oleh Gina.
"Maaf," Gina menunjukkan wajah kecewa.
"Ayo kita makan. Aku harus segera kembali untuk meminum obatku." sahut Reifan.
"Tapi, ini belum jam sepuluh kan?" sahut Gina yang sontak membuat Reifan mengerutkan kening tak mengerti.
"Apa biasanya harus jam seperti itu baru kita pulang?" Gina mengangguk senang.
"Aku tidak akan mau bertemu denganmu Rei biasanya jika kita tidak berpisah ketika waktu malam sudah hampir berakhir." Gina begitu manja bertutur kata pada Reifan.
"Tapi kali ini tidak, El. Aku bisa lemas jika terlalu lama di luar rumah." Kekeuh Reifan meminta segera pulang dan pada akhirnya Gina pun mengiyakan untuk mereka pulang setelah makan malam.
Belum usai mereka beranjak dari meja makan, tiba-tiba suara dari depan membuat keduanya terkejut.
"Kak Rei, sudah ku duga pasti wanita ini dalangnya." Suara Nalendra seketika membuat tawa Gina lenyap.
Keduanya menoleh dengan ekspresi yang berbeda-beda. Reifan tentu saja tidak tahu dengan pria di depannya yang kerap kali muncul dan memanggilnya kakak. Sementara Gina tentu sangat kesal melihat pria yang sedari dulu selalu menjadi penghalang semua usahanya mendekati Reifan kembali.
"Kak Gina, aku masih menghormatimu sebagai yang lebih tua. Tapi, tolong hormati status Kak Reifan juga. Dia sudah memiliki istri. Apa pantas kalian berjalan berdua seperti orang pacaran tanpa meminta persetujuan Kak Arisha lebih dulu?" Gina sama sekali tak mau memandang Nalendra.
Ia justru membuang wajah ke arah lain dan memutar kedua bola matanya malas. Nalendra sudah tahu watak wanita di depannya saat ini.
"Kak Reifan, ayo kita pulang. Kakak sedang dalam masa pemulihan. Tidak baik terlalu lama di luar." Nalendra dengan cepatnya menarik tangan sang kakak.
Reifan menatap Gina dengan pandangan kasihan. Hari sudah malam tentu ia tak akan tega membiarkan Gina pulang sendirian.
"El, ayo pulang. Aku akan mengantarmu lebih dulu." Reifan menepis kasar tangan Nalendra dan justru menarik Gina untuk berdiri.
"Aku tak masalah, Rei. Kau tentu tidak tahu arah jalanan kan? Biarkan aku pulang sendiri." sahut Gina tersenyum lembut pada Reifan.
"Itu bukan masalah. Aku bisa bersamanya mengantarmu. Malam sudah sangat larut bahaya untuk wanita di luar sendirian." Nalendra hanya bisa mengikuti permintaan Reifan untuk mereka pergi mengantar Gina dengan dua mobil yang beriringan.
Tak tahu saja jika di rumah Arisha sudah sangat mencemaskan sang suami. Justru di luar sini Reifan mencemaskan sang mantan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments