...~•Happy Reading•~...
Darel melihat Kandara dengan serius, sambil alisnya bertaut. "Kau tahu tentang itu, tapi tidak menanggapi pesanku? Kau tidak pernah berpikir aku sedang mencarimu?" Tanya Darel heran mengetahui Kandara mendengar pesannya, tapi tidak berusaha membalas pesannya lewat akun sosial medianya. Padahal saat itu dia membuka akun sosial medianya untuk menerima pesan dari Kandara, tetapi yang masuk dari yang tidak diharapkan.
"Aku sekilas berpikir kau sebut namaku. Tapi aku mengabaikan itu, karena aku berpikir yang lain, mungkin itu improfisasimu saja. Jadi tidak mau 'GR' dengan yang aku dengar." Kandara mengingat apa yang dipikirkannya saat itu, lalu duduk lagi menghadap Darel. Dia terkejut, sekaligus senang, mengetahui hal itu benar. Darel menyebut namanya.
"Apa itu GR...?" Tanya Darel yang tidak mengerti yang dikatakan Kandara. Mendengar itu, Kandara jadi tersenyum dan meminta maaf, lalu menjelaskan maksudnya. Darel menggelengkan kepala, tapi ikut tersenyum mendengar penjelasan Kandara.
"Darel, saat konferensi pers kau katakan, ada orang yang berniat jahat padamu. Apakah kau sudah tau, siapa orangnya?" Tanya Kandara yang sudah lama ingin tahu siapa yang berlaku jahat kepada Darel, tapi belum ada kesempatan untuk bertanya. Dia berpikir, ini adalah kesempatannya, selagi mereka sedang mengenang apa yang pernah terjadi di antara mereka.
"Kau ingin mengetahuinya?" Tanya Darel sambil melihat mata Kandara untuk mengetahui keseriusannya. Kandara mengangguk sambil mengangkat selimut untuk menyelimuti pundaknya. "Naikan kakimu." Kata Darel lalu membetulkan letak selimut Kandara di pundaknya.
"Kau mungkin mengenalnya. Dia lumayan terkenal di sini. Mungkin dia dikenal di Indonesia juga. Namanya Lanna." Darel menyebutkan nama sambil melihat reaksi Kandara.
"Lanna Liaj...?" Tanya Kandara sambil menatap Darel dengan serius.
"Iyaa... Kau mengenalnya?" Darel menjawab dan balik bertanya, karena Kandara langsung menyebut nama Lana dengan lengkap.
"Iyaa... Kami di Indonesia cukup mengenalnya. Tetapi mengapa dia melakukannya? Bukankah kalian berpacaran?" Tanya Kandara serius, karena para Melons di Indonesia sangat mengenalnya. Bukan karena dia penyanyi terkenal di Korea Selatan, tapi karena digosipkan berpacaran dengan Darel dan banyak Melons yang tidak terima hal itu.
Darel sontak melihat Kandara dengan serius dan lama. "Mengapa kau berpikir aku berpacaran dengannya?" Tanya Darel tanpa mengalihkan tatapannya dari mata Kandara. Dia tidak menyangka Kandara akan bertanya langsung seperti itu.
"Karena kalian sering tertangkap kamera sedang berdua, jadi para Melons membicarakan hubungan kalian. Di Korea juga sering digosipkan." Kandara menjawab sebagaimana yang diketahui dari pembicaraan para Melons, terutama Manche yang sering kesal, saat melihat foto Darel dan Lanna jadi tranding.
"Kami belum sampai pada tahap itu. Aku pernah bantu buatkan lagu untuknya, saat dia masih aktif berkarier dan mau comeback. Jadi kami sering bertemu untuk bicarakan seputar itu, atau traktir-traktiran setelah projecknya selesai." Darel menjelaskan dengan serius, agar bisa dimengerti Kandara dan tidak terjadi salah paham di antara mereka.
"Mari berbaring lagi dan tidak usah pikirkan itu." Darel menggapai pundak Kandara dan meletakan kepalanya di pahanya, lalu menyelimutinya.
"Jika aku benar berpacaran dengannya, untuk apa dia harus memasukan obat itu ke minumanku agar bisa tidur dengannya?" Darel berkata pelan, sambil mengusap kepala Kandara di pangkuannya. Dia mengingat kembali peristiwa yang terjadi dengan Lanna.
"Kalau kata Mikha, jika dia sedikit bersabar, mungkin bisa berpacaran denganku. Hal itu membuat Mikha sangat khawatir, karena dia tidak setuju jika aku bersama Lanna." Darel mengingat apa yang dikatakan Mikha, saat mengetahui dia dikerjai oleh Lanna.
"Jadi hal ini jangan kau tanyakan atau bicarakan di dapan Mikha. Dia akan dapat angin segar untuk mengumbar amarahnya." Darel berkata sambil tersenyum dalam hati, mengingat ketidak setujuan Mikha.
Apa yang dikatakan Darel bisa diterima oleh Kandara dengan baik. Jika benar mereka berpacaran, Lanna tidak perlu lakukan itu. "Mengapa diam? Malam itu dia minta bertemu denganku di cafe hotel untuk bicarakan rencana comebacknya dan minta aku buat lagu untuknya." Darel menjelaskan lagi, karena salah mengartikan diamnya Kandara.
"Ternyata dia ada rencana lain padaku. Itu kami ketahui, saat Mikha mencari namamu di daftar tamu hotel dan menemukan dia ada dalam daftar tamu hotel. Kau mengerti maksudku, bukan?" Tanya Darel sambil melihat Kandara yang sedang memandangnya dan mendengar dengar serius.
Kandara mengangguk lalu mengambil tangan Darel yang sedang mengusap kepalanya lalu menciumnya lama sebagai rasa terima kasih, Darel mau membicarakannya secara terbuka dan terus terang.
"Apakah aku harus mengucapkan terima kasih padanya?" Tanya Kandara tiba-tiba, membuat Darel menarik tangannya dan melihatnya dengan serius, karena tidak mengerti maksud ucapan Kandara.
"Ucapkan terima kasih pada Lanna? Untuk apa?" Tanya Darel beruntun, mengingat pertemuan terakhirnya dengan Lanna yang tidak menyenangkan.
"Kalau Lanna tidak lakukan itu, mungkin aku tidak akan pernah melihatmu atau menyentumu secara langsung. Apalagi menjadi istrimu." Kandara berkata sambil meletakan telapak tangan Darel ke pipinya.
"Astagaaa... Aku kira karena apa. Itulah yang aku katakan, cara Tuhan tidak pernah bisa diselami." Darel berkata sambil mengelus pipi Kandara dengan jempolnya.
"Mungkin suatu saat kita akan bertemu dengan Lanna, tetapi kau tidak bisa mendekatinya. Atau tepatnya, dia tidak bisa mendekati kita. Sebab mulai kejadian itu, aku telah melarangnya untuk mendekatiku." Darel berkata serius dan tegas. Kandara sontak melingkarkan tangannya dan memeluk pinggang Darel yang sedang mengelus rambutnya.
"Dara.. Selain untuk meyakinkan kondisimu di tempat ini, aku juga mau mengingatkanmu selagi kita masih belum sibuk dengan pekerjaan dan rencana yang akan dilakukan. Mulai sekarang, kau harus membedakan cintamu padaku sebagai seorang istri dan sebagai seorang Melons. Aku telah melihatmu dan Manche saat di mansion. Kalian Melons dan aku 'bias'mu." Darel masih mengelus kepala Kandara yang sedang memeluknya.
Mendengar itu, Kandara melepaskan pelukannya lalu melihat Darel dengan serius dan alis bertaut. "Apa maksudmu? Kau ragu aku tidak mencintaimu?" Tanya Kandara serius.
"Dengar baik-baik. Aku tidak meragukan cintamu. Kau sudah membuktikan dengan melahirkan anak kita. Yang aku ingatkan, kau harus bedakan cintamu. Kau bukan Melons lagi, tapi istriku. Jadi tidak perlu menahan diri untuk mengatakan sesuatu yang tidak berkenan di hati." Darel serius mengatakan itu, agar Kandara bisa membedakan antara cintanya kepada idol dan kepada suaminya.
"Mungkin aku ada lakukan atau rencanakan sesuatu yang tidak berkenan di hatimu, kau bisa katakan pendapatmu dan kita bisa bicarakan itu." Darel berkata pelan dan menanti reaksi Kandara.
"Iyaa... Terima kasih." Kandara berkata pelan, lalu kembali memeluk Darel dengan hati membuncah.
"Sekarang kalau tidak setuju dengan tindakanku, katakan. Karena kau tidak mau menerima hadiah bulan madu, kita akan bulan madu di sini." Darel berkata lalu menyingkap selimut dari tubuh Kandara lalu mengangkat dan menggendongnya ala bridel. Sontak Kandara memeluk leher Darel dengan erat.
"Aku ingin melakukan ini setelah kita selesai menikah. Tetapi aku tidak kuat menggendongmu untuk naik tangga menuju kamarku di mansion. Sekarang aman terkendali, jadi jangan lepaskan pelukanmu, kalau tidak mau kita jatuh bergulingan di lantai." Kandara jadi tertawa mendengar ucapan Darel, sambil terus memeluknya. Darel tersenyum lega melihat Kandara tidak melakukan perlawanan, pertanda Kandara telah melupakan semua hal buruk yang pernah terjadi di antara mereka.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Hehe ini nih pertanyaan yang akan terlontar kalau gak paham sama singkatannya
2023-10-27
4
⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔ᵇᵃˢᵉ𝕸y💞🍀⃝⃟💙
salah sasaran ya?
tp menguntungkan 🤭🤭
intinya kl udah jodoh ga akan kmn
2023-10-09
3
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 Butter ᝯׁ֒ꫀᥣᥣіᥒᥱ༅
keknya salah pham aja ini
2023-09-18
3