05. Mengenang 4.

...~•Happy Reading•~...

Di sisi yang lain ; Mikha sedang berada di kamar Bu Selvine untuk menemani dan berbicara sejenak. Mikha menyadari, Bu Selvine sedang bingung, tapi berusaha menerima semua yang terjadi dalam diam. Apalagi berpisah dengan Kandara tanpa mengerti harus melakukan apa dalam kondisi yang tiba-tiba di lokasi yang baru baginya.

"Mari Bu Selvine, Mikha tunjukan apa yang ada di kamar ini, agar bisa istirahat dengan baik." Mikha mengajak Bu Selvine memeriksa kamar dan menjelaskan apa saja yang ada di kamar itu dan fungsinya. Agar Bu Selvine mudah menggunakan semua peralatan yang diperlukan, termasuk cara penggunaan peralatan di kamar mandi.

"Terima kasih Nak Mikha... Apakah kita akan tinggal lama di sini?" Tanya Bu Selvine setelah Mikha selesai menjelaskan semua fungsi perabot di dalam kamar.

"Belum tau, Bu... Kita tunggu informasi dari Darel. Tapi sepertinya tidak terlalu lama, karena Darel harus bekerja." Mikha menjelaskan, agar bisa menenangkan Bu Selvine.

Setelah merasa sudah cukup dimengerti oleh Bu Selvine dan sudah lebih tenang, Mikha mengajak Efraim untuk meninggalkan kamar. "Ayoo, Efra... Mari ikut ke kamar uncle." Ajak Mikha sambil meletakan tangannya di pundak Efraim. Mikha berkata demikian, karena Efraim tidur bersamanya di mansion. Jadi Mikha berpikir, Efraim akan ikut ke kamarnya.

"Uncle, biar Efra di sini saja temani Efri dan Oma. Efri akan cari Mommy, jika sudah bangun nanti. Dia belum pernah ditinggal Mommy sendiri di luar rumah. Jadi agak takut kalau bangun dan baru sadar ada di luar rumah tanpa Mommy." Efraim berkata pelan, cendrung berbisik pada Mikha.

Mikha jadi melihat Efraim dengan serius. Dia baru menyadari, Efraim jadi pribadi yang berbeda. Rasa kantuk Efraim telah hilang setelah tiba di kamar. Padahal tadi dari restoran, matanya dan Efrima sudah mulai redup. Efrima langsung naik ke tempat tidur dan tidur, tanpa membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Efraim jadi terjaga dan tanggap dengan tempat yang baru. Dia cekatan dan terus mengikuti Mikha saat menjelaskan semua yang ada dalam kamar kepada Bu Selvine. 'Apa karena dia pernah bepergian sendiri dengan kelompok musiknya, jadi sudah berpengalaman dan bisa mandiri?' Tanya Mikha dalam hati mengingat pertemuan mereka pertama kali di Relkha Mall.

Mikha mengajak Efraim ke arah balkon lalu mengajaknya duduk di sana untuk berbicara dengannya. "Benar... Efra tidak mau ikut ke kamar uncle?" Tanya Mikha untuk meyakinkannya. Efraim mengangguk kuat untuk meyakinkan Mikha atas permintaannya.

"Kalau begitu, uncle akan pindahkan kalian ke kamar yang memiliki dua bad." Mikha berkata cepat, lalu mengeluarkan ponsel dari kantong jas nya.

"Tidak usah pindah kamar, uncle. Kami di kamar ini saja. Efra akan tidur bersama Oma dan Efri. Tempat tidurnya besar, jadi cukup untuk kami bertiga." Efraim berkata sambil mengangkat kedua tangannya ke arah Mikha untuk mencegahnya menghubungi seseorang.

"Kalau begitu, Efra segera hubungi uncle jika terjadi sesuatu atau perlukan sesuatu. Tidak boleh buka pintu untuk siapa pun, kecuali uncle, Daddy, Mommy, Grandpa dan Grandma. Jika ada room servise, tidak boleh dibukakan pintu, jika uncle tidak menghubungimu terlebih dahulu." Mikha mengalah dan tidak berusaha memaksa Efraim untuk ikut bersamanya, tapi mengingatkan Efraim untuk berhati-hati. Efraim mengangguk kuat untuk meyakinkan Mikha, bahwa dia mengerti maksud unclenya.

Mikha jadi teringat pada pertemuan pertama mereka. Efraim anak yang cerdas dan mandiri, sangat berbeda dengan dengan Efrima. Dia akan mencari Kandara, jika setelah menyadari ketidak hadiran Kandara.

Apa yang dikatakan guru pendampingnya saat menjelaskan kepadanya dan Darel tentang keikut sertaan Efraim dengan rombongan ke Seoul. Kandara tidak mengijinkan Efraim ikut, karena tidak mau melepaskan anaknya pergi sendiri. Tapi setelah dapat jaminan dari guru dan penjelasan dari Bu Selvine, Kandara mengijinkan Efraim berangkat ke Seoul untuk mengikuti pentas seni, karena dia pianis yang sangat dibutuhkan dalam grup musiknya. Sedangkan Efrima tidak diijinkan Kandara untuk ikut bersama rombongan, sebagai salah satu penyanyi dalam grup.

Mikha mengangguk lalu mengusap kepala Efraim dengan sayang, lalu mengajaknya masuk kamar dan memeluknya. Kemudian dia berpamitan dengan Bu Selvine lalu keluar dari kamar dengan perasaan yang sangat terharu. Darel tidak saja mewariskan wajahnya kepada Efraim. Tetapi juga rasa dan sikap melindungi orang terdekat dengannya diwariskan juga pada putranya.

Mikha langsung ke kamar dan duduk di balkon kamarnya. Dia tidak kembali ke ruang kerjanya untuk bekerja. Semua pekerjaan dan pertemuan yang ada di schedule diserahkan kepada asistennya. Sikap dan ucapan Efraim sangat menyentuh hatinya. Semua kenangan yang terjadi di masa lalu kembali terngiang di benaknya.

Bagaimana Darel melindunginya dari semua orang yang mengganggu dan menghinanya. Terutama teman-teman yang membullynya, karena mengetahui orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Menurut mereka, orang tuanya bunuh diri karena usaha mereka bangkrut. Tetapi Darel selalu bersamanya, tetap menjadi temannya.

Darel membuat dia tidak menyerah dan tidak terpuruk atau membiarkan teman-teman sekolah membullynya. Walaupun harus beradu dan berujung di kantor polisi atau rumah sakit, Darel tidak pernah meninggalkannya, selalu melindunginya.

Mikha mengingat berkali-kali asisten Pak Darpha, Daddy Darel, harus ke kantor polisi untuk mengeluarkan mereka berdua dari sana, karena ditahan setelah beradu jotos dengan teman-temannya. Atau harus membayar biaya rumah sakit teman-temannya yang dipukuli oleh mereka berdua. Mengingat itu semua, hatinya menghangat dan matanya berembun.

Setiap kali teman-temannya mengucapkan kata-kata yang menyinggung atau menghinanya, bahwa numpang hidup pada Darel. Darel sangat marah dan melawan dengan berbagai cara. Terakhir, Darel melayani hinaan teman-temannya dengan tidak beradu otot lagi. Dia langsung mengajak Mikha pulang ke rumah orang tuanya dan tinggal di sana.

Darel yang biasanya tidak mau ke sekolah diantar mobil, dia minta sopir mereka dan berhenti di dekat teman-temannya. Setiap kali temannya mengatakan hal buruk tentang Mikha, Darel akan membalas mereka dengan tindakan yang berbeda. Apalagi setelah dia bisa kuliah bersama Darel di Universitas ternama, semua yang membullynya langsung terdiam.

Walaupun Darel tidak memamerkan kekayaan atau mengatakan siapa orang tuanya, teman-temannya mengetahui bahwa Darel dari keluarga berduit. Karena bisa menyekolahkan mereka berdua di sekolah/Universitas bagus dan ternama di Korea Selatan.

Setelah Darel menjadi leader boyband terkenal, banyak teman yang pernah membully, mencarinya untuk minta maaf dan mau perbaiki hubungan pertemanan mereka. Tetapi Darel melarangnya untuk berhubungan dengan orang-orang yang pernah membully dan berlaku kurang a*jar kepadanya. Darel berbicara dengan kedua orang tuanya agar mengirimnya ke Amerika untuk melanjutkan kuliah di sana.

Setelah selesai kuliah, dia kembali ke Seoul dan mendirikan bisnis mereka. Darel mempercayakan semua dalam pengelolahannya. Apalagi sekarang dia telah membantu orang tua Darel dengan memegang beberapa anak perusahaannya di Korea Selatan. Teman-teman yang pernah menghinanya tidak mengenalinya lagi. Dia sekarang dikenal sebagai putra Darpha Hirosi, pemilik Jion Company.

Darel menolongnya tidak setengah-setengah. Dia bukan saja memberikan keluarga untuknya, tetapi juga kehidupan yang sangat baik. Sehingga setiap kali mengingat kebaikan hati Darel dan keluarganya, dia berusaha jadi pribadi yang baik dan hidup lebih baik.

Itu sebabnya, Mikha selalu duduk di balkon ketika mengingat semua yang dialami dan dimilikinya sampai sekarang. Dia akan memandang langit dengan hati penuh syukur. Tuhan telah tempatkan dia di lingkungan yang baik dan orang-orang baik, penuh kasih sayang yang tulus. Termasuk kedua anak Darel dan istrinya, juga mertuanya yang sangat menghormatinya. Mereka tidak mengangapnya orang luar, tapi bagian dari keluarga Darel.