Pindah

“Mbok ini semuanya sudah? Lion ada yang ketinggalan lagi gak?” tanya Wilman.

“Gak,” sahut Lion ketus.

Semua barang Lion dimasukkan ke dalam bagasi.

“Ayo berangkat,” ucap Wilman.

“Loh papa yang antar?” tanya Lion.

“Iya, memang siapa lagi? Pak Dodi? Yang akan sopan lah papa kan mau menitipkan kamu bukan mau memberikanmu pada tante mu,” ucap Wilman.

Senyum kecil pun tercipta di bibir Lion, karena tidak biasanya papanya itu mau mengantarkannya.

“Mbok Tun, kami berangkat dulu ya, asaya titip Juan sebentar” ucap Wilman.

“Iya Tuan dan Non Liona hati-hati,” sahut mbok Tun. 

Wilman pun memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah kota kecil. Lokasinya cukup jauh mereka harus memakan waktu kurang lebih 10 jam perjalanan.

“Apa kamu marah sama papa?” tanya Wilman.

“Marah sih enggak, cuma Lion kesel aja,” sahut Lion.

“Papa memindahkan kamu bukan karena kamu membuat masalah, itu karena papa tahu kalau kamu tetap berada di sekolah itu maka madah lain akan mereka timbulkan untukmu.”

“Papa tidak ingin kamu mendapat masalah atau bahkan di sakiti oleh mereka. Papa bisa saja membuat mereka menyesali perbuatannya dengan mudah. Tapi kedepannya mereka pasti akan semakin dendam,” sambung Wilman.

“Iya Pa, Lion mengerti lagi pula disekolah itu banyak anak toxic,” sahut Lion sembari tersenyum.

“Papa yakin kamu akan suka berada di sekolah barumu.”

“Kenapa Papa bisa yakin?”

“Entah hanya perasaan orang tua saja,” sahutnya.

“Dih ... udah kaya emak-emak aja,” ucap Lion sembari tertawa.

Mobil terus melaju, langit biru cerah dengan gumpalan kapas itu pun perlahan menghilang dan berganti dengan biasan jingga keunguan.

Matahari perlahan bergulir di gantikan oleh sinar bulan. Jalanan yang ramai kini sedikit sepi karena mereka sudah masuk daerah perkampungan.

Setelah beberapa perkampungan mereka lewati akhirnya mereka memasuki area kota kecil.

“Masih jauh gak sih Pa?” tanya Lion.

“Sabar, sebentar lagi sampai,” sahut Wilman.

‘Duh capek juga duduk di mobil lama begini, sampai-sampai bokongku panas,’ batin Lion.

Beberapa kali Lion merubah posisi duduknya karena sudah tidak betah berlama-lama duduk di mobil.

“Tahan! Sebentar lagi sampai,” ucap Wilman yang seakan mengerti jika putrinya itu sudah tidak betah.

Mobil pun memasuki sebuah kota kecil dengan dihiasi banyak lampu di jalanan. Jalanan itu masih cukup ramai.

“Loh jam segini di sini masih rame Pa,” ucap Lion.

“Iya kota ini termasuk sibuk karena sama pemerintah kota di jadikan sektor perdagangan.”

“Bahkan ada mall besar di sini, walau pun kotanya kecil tapi di sini semuanya lengkap bahkan barang-batang import dar luar negeri pun banyak di sini,” sambung Wilman.

Mobil pun masuk ke sebuah perkomplekan, dari luar komplek itu terlihat sangat biasa namun saat masuk ke dalamnya banyak rumah besar berdiri dengan megah. 

Bahkan mata akan di suguhkan dengan bangunan-bangunan berdesain unik.

“Pa ini perkomplekan elit?” tanya Lion.

“Ya mungkin,” sahut Wilman.

Mobil pun berhenti di sebuah rumah bertahan tiga dengan gerbang tinggi dan besar menutupi rumah tersebut.

Desain rumahnya pun sangat modern, mereka pun masuk ke dalam rumah itu.

“Halo sayang apa kabar ya ampun kamu makin cantik aja sih,” ucap Anggi sembari memeluk Lion.

“Halo tante,” ucap Lion.

‘Wah tante Anggi sekarang gayanya kaya orang sosialita banget,’ batin Lion.

“Anggi aku sudah jelaskan ini kemarin kan.”

“Iya aku mengerti Wil. Tenang aja Liona ku yang cantik ini pasti betah di sini.”

“Tante gak bosan tinggal sendirian di rumah segede ini?” tanya Lion.

“Gak dong, tante kan banyak duit. Kamu nanti harus kaya raya kaya tante. Nih dengerin tante. Wanita itu kalau punya duit gak akan butuh laki-laki,” ucapnya.

“Anggi kamu jangan mempengaruhi Liona dengan pemahaman kamu yang seperti itu,” protes Wilman.

“Ah kamu gak asik Wil,” ucapnya.

“Oh iya ayo bawa masuk semua barang kamu biar tante Anggi yang cantik ini menunjukkan kamarmu,” ucapnya.

Lion pun masuk ke dalam kamar sembari membawa koper besarnya itu.

Sedangkan Anggi dan Wilman membicarakan masalah sekolah yang akan di masuki oleh Lion nantinya.

“Udah kamu tenang aja, aku sudah daftarkan dia dan besok dia bisa langsung masuk,” ucap Anggi.

“Terima kasih Anggi, kalau bukan kamu aku tidak tahu harus bagaimana. Aku terlalu sibuk mengurus bisnisku sampai-sampai aku mengabaikan Liona,” ucap Wilman.

“Makanya kawin lagi sana,” sahut Anggi.

“Apa kamu mau aku ucapkan hal yang sama kepadamu?” ucap Wilman sembari menyipitkan matanya.

“Hahaha ... Yah aku belum mau menikah lagi aku trauma, tapi dengan adanya Lion disini aku jadi tidak kesepian.”

Perbincangan mereka berdua terdengar sangat seru karena mereka jarang sekali bertemu.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

kayak nya seru nih

2023-12-07

0

Enny Sulasmi

Enny Sulasmi

kayanya jln ceritanya bagus nih

2023-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!