Zelea langsung datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar Radit kecelakaan. Setelah keluar dari dalam mobil, Zelea langsung berlari cepat masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang IGD, tempat saat ini Radit ditangani.
sampai di sana, Zelea meneteskan air mata.
Semoga Tuan Radit selamat, doa Zelea dalam hati. Perasaan khawatir tentang Radit yang tidak bisa diselamatkan dan malah mati tentu itu ada, karena mengingat mobil Radit yang membuat pria itu kecelakaan sampai meledak.
Diantara sedang banyak pikiran, Zelea mendengar pintu terbuka, Zelea menoleh ternyata dokter dari ruang IGD yang menangani Radit itu keluar. Zelea bangkit dan mendekati dokter tersebut.
"Saya keluarganya," ucap Zelea supaya dokter tersebut mau menjelaskan segala informasi tentang Radit di dalam sana.
Radit memang seorang duda, istrinya sudah meninggal, dan Nofal saat ini berada di negara z. Tentu Zelea mengambil alih sebagai perwakilan keluarga Radit.
"Pasien di dalam saat ini sedang kritis."
Jantung Zelea langsung berdetak cepat, sampai menutup mulutnya karena terkejut dan air mata tidak bisa Zelea bendung, wanita itu seketika menangis mendengar ucapan dokter. Perasaan takut seketika menyerang.
"Pasien terluka cukup parah, untung saja tidak ada tulang yang patah, hanya saja pasien membutuhkan donor darah golongan darah ab. Sementara stok golongan darah ab di rumah sakit ini kurang. Pasien butuh dua kantong darah lagi."
"Ambil darah saya, kebetulan golongan darah saya ab. Ambil semua darah saya!" Zelea menjawab cepat ucapan dokter tersebut. Dengan nada suara tinggi karena saat ini pikirannya tentang bagaimana caranya Radit bisa selamat.
Setelah mendengar ucapan dokter yang mengatakan golongan darah Radit ab, Zelea seperti mendapatkan cara untuk bisa masuk ke dalam keluarga Nofal.
Tidak lama kemudian ada perawat yang menghampiri Zelea dan mengajak Zelea ke suatu ruangan, di sana Zelea diminta untuk berbaring, kemudian perawat itu mengecek kesehatan Zelea juga mengecek golongan darah Zelea yang ternyata sama dengan pasien yang membutuhkan.
Perawat itu segera mengambil darah Zelea sebanyak dua kantong, setelah selesai pengambilan darah itu, seketika Zelea merasa lemas tubuhnya.
"Nona Anda harus istirahat setelah ini." Tidak lama perawat berkata, Zelea sudah terlelap. Dua kantong darah bukan sedikit tentu tubuh Zelea butuh istirahat cukup saat ini.
Setelah mendapatkan golongan darah yang sama, para tim medis segera melakukan operasi untuk Radit, operasi berjalan cukup lama, lima jam baru Opera itu selesai.
Radit segera dipindahkan ke ruang rawat, setelah operasi selesai keadaan Radit mulai membaik.
Sementara asisten Mip kini sudah sadar, ia juga begitu parah lukanya, namun tidak sampai harus operasi, dan saat ini sedang berada di ruang rawat.
Keesokan harinya.
Keadaan Zelea sudah kembali pulih tidak merasa lemas lagi, Zelea segera mendatangi ruang rawat Radit.
Sampai di sana, ternyata ada dokter yang saat ini sedang memeriksa keadaan Radit. Zelea mendekat ingin melihat keadaan Radit.
Zelea bisa bernafas lega setelah tahu keadaan Radit saat ini cukup membaik.
Setelah dokter pergi, Zelea duduk di kursi tepat samping ranjang pasien, Zelea menunggu Radit seorang diri, tanpa rasa lelah sedikitpun, yang dilakukannya ini sebagian rasa tanggung jawabnya.
Hingga seharian ini Zelea terus menjaga Radit, dan tiba sore hari pria itu baru siuman. Zelea memanggil dokter lagi untuk memeriksa Radit, setelah dokter memeriksanya dan mengatakan keadaan Radit saat ini jauh lebih baik.
Setelah dokter pergi, di ruangan ini kembali hanya Zelea dan Radit saja.
"Aku masih selamat, Ze." Radit bicara lirih, ia teringat kecelakaan itu tidak percaya apa bila saat ini mendapati dirinya masih hidup.
"Benar, Tuan. Dan kemarin saya mendonorkan darah untuk Tuan. Karena Tuan kehabisan banyak darah." Zelea menjelaskan, karena ini saatnya Zelea akan bersandiwara.
"Kamu mendonorkan darah untuk aku," ulang Radit begitu terkejut.
Zelea mengangguk.
"Terimakasih Ze, aku akan menaikan gajih kamu karena kamu sudah menolong nyawa saya," ucap Radit tulus sekaligus serius, baginya Zelea adalah malaikat penyelamatnya.
Tapi sayangnya mendengar kalimat yang baru saja Radit ucapkan, Zelea menggelengkan kepala, dan kini wajahnya menunduk tidak menatap mata Radit.
Radit yang bingung melihat reaksi Zelea, milih kembali bertanya.
"Kenapa Ze? Apa kamu mau meminta yang lain, katakan lah. Hartaku banyak kau bisa menyebutkan apa yang kau mau," ucap Radit lagi, dan kali ini Zelea menjawab dengan bicara bukan gelengan kepala.
"Saya mau Tuan menikah dengan saya." Saat bicara Zelea menunduk tidak berani menatap wajah Radit.
Sementara itu Radit langsung terkejut mendengar kalimat permintaan Zelea.
"Ze, aku tidak bisa menikah dengan kamu, kau masih muda. Dan aku sudah tua. Kita tidak pantas."
Namun lagi-lagi Radit terkejut melihat reaksi Zelea yang kini langsung berlutut di samping ranjang memohon sembari menangis.
"Tuan, hanya Anda yang bisa menolong saya dari keluarga tiri saya yang mau menjual saya pada pria hidung belang untuk melunasi hutang mereka. Apa bila bukan dengan Anda kepada siapa lagi saya minta perlindungan." Disetiap bicara Zelea menangis, menjual kesedihannya padahal ini hanya sandiwara belaka.
Radit hatinya langsung teriris mendengar ucapan Zelea barusan. Tapi mau bagaimana ia benar-benar tidak bisa menikahi Zelea.
"Ze-."
"Mohon Tuan ... Tiga bulan saja, tolong ijinkan saya menjadi istri Anda Tuan. Dalam tiga bulan saja," jawab cepat Zelea memotong ucapan Radit.
Setelah pembicaraan ini, Zelea membiarkan Radit sendirian di dalam ruangan, untuk membuat pria itu berpikir. Sedangkan Zelea menunggu di kursi tunggu.
Di sana Zelea kembali menangis, nyatanya ingin berbalas dendam itu tidak mudah, banyak hal yang harus Zelea lakukan dan korbankan termasuk harga dirinya dipertaruhkan. Dan bahkan sudah melakukan itu semua belum pasti rencana akan terwujud sesuai keinginan.
Hari berlalu, keadaan Radit semakin membaik, asisten Mip juga sudah sembuh bahkan sudah bisa menjenguk Radit yang sama-sama sedang sakit.
Asisten Mip sehat lebih dulu, diijinkan pulang lebih dulu oleh dokter, sementara Radit baru mendapat ijin besok untuk pulang.
Saat ini Zelea duduk di kursi sebelah ranjang pasien, Radit yang meminta Zelea duduk di sana. Setelah tiga hari tidak berbicara dengan wanita itu.
Radit menghela nafas panjang, menatap lekat wajah Zelea. "Baiklah aku akan menikahi kamu."
"Sungguh Tuan," ucap Zelea dengan bola mata membulat begitu bahagia.
Radit mengangguk.
Tidak lama kemudian Asisten Mip datang, memberikan kotak cincin pada sang Tuan.
Radit menerima kotak cincin itu, matanya beralih menatap Zelea. "Kemarikan tanganmu," titahnya lembut.
Zelea menurut membiarkan tangannya dipegang Radit, pria itu memasukkan cincin di jari manis Zelea. Begitu juga Zelea memasukkan cincin di jari manis Radit.
"Sekarang kita sudah menikah," ucap Radit tersenyum kecil melihat Zelea.
...****************...
Note: di Nofel ini author tidak menyebutkan nama agama. Cukup pertukaran cincin dianggap sudah menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rohiyah
ko cuma dipasangkan cicin bilang sudah nikah aneh
2023-09-19
1
Nana aruna
semoga zelea jatuh cinta dengan Radit dan melupakan dendam nya
2023-06-04
1
Bzaa
duhhhh zel... kok kesannya jdi maksa.com
2023-05-18
1