Keesokan harinya Radit sudah diijinkan pulang ke rumah. Zelea membantu Radit untuk duduk di kursi roda. Kemudian Zelea mengajak Radit keluar.
Sementara itu Asisten Mip saat ini sedang menyelesaikan administrasi, setelah Zelea sudah sampai di parkiran mobil dan berjalan mendekati mobil Radit, dari arah belakang mereka berdua ada Asisten Mip yang berjalan menyusul mereka.
"Maaf Tuan lama menunggu," ucapnya setelah berdiri di samping kursi roda Radit, membukakan pintu mobil, membantu Radit untuk masuk ke dalam mobil.
Tidak lama kemudian mobil melaju meninggalkan pelataran rumah sakit.
Di kursi belakang Radit menatap Zelea yang saat ini duduk di sampingnya dengan pandangan mengarah keluar.
"Apa keluargamu masih mengancam kamu?" tanya Radit ingin tahu seperti apa keluarga Zelea saat ini.
Zelea menoleh membalas tatapan mata Radit. "Masih, dan aku sangat takut."
Radit tersenyum, melihat bibir Zelea bergetar saat bicara membuat Radit kasihan pada wanita itu, tangan Radit mengusap rambut Zelea. "Jangan takut, sebagai balas budiku untuk kamu, kau bisa menggunakan nama aku untuk perisaimu."
Zelea tersenyum.
Bagus jika Tuan Radit percaya atas sandiwara ku, itu artinya rencana aku akan mulus kedepannya. Maafkan aku Tuan, sungguh aku terpaksa, batin Zelea.
Tidak ada perbincangan lagi diantara keduanya, semua orang di dalam mobil menikmati perjalanan menuju pulang.
Setelah mobil sampai di tempat tujuan, Zelea keluar dari dalam mobil seraya menatap kagum bangunan mewah di depan matanya itu, sebuah mansion besar.
Pantas saja pria ular itu sangat sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri, karena dia memang putra konglomerat. Tapi lihat saja setelah kehadiranku di rumah ini, akan aku buat kau kehilangan kemewahan ini, dan menyesal selama-lamanya, batin Zelea memaki Nofal.
"Ze, ayo masuk."
Suara Radit menyadarkan Zelea dari lamunan, Zelea menoleh dan tersenyum, menemani Radit masuk ke dalam mansion.
Zelea masuk ke dalam mansion tanpa membawa barang-barang Radit, karena tadi sudah ada pelayan yang membawanya.
Saat melihat sang Tuan membawa wanita muda dan cantik, para pelayan tidak ada yang bertanya karena bukan urusannya mau sang Tuan membawa wanita, meski ini baru pertama kali melihat Radit membawa wanita ke mansion setelah istrinya meninggal sepuluh tahun yang lalu.
Sementara itu Asisten Mip kembali menyalakan mobil untuk menuju ke perusahaan.
Sedangkan Radit mengajak Zelea masuk ke dalam kamarnya. kamar yang sangat begitu luas. Bibir Zelea tersenyum melihat kamar yang tertata rapih dan juga di desain indah.
Di dinding kamar banyak terpajang foto pernikahan Radit dan istrinya, ada foto ukuran sepuluh R juga ada ukuran foto paling besar, terlihat sekali istrinya Radit sangat cantik.
"Ze?"
Zelea menoleh saat Radit memanggil namanya, pria itu melambaikan tangan meminta Zelea untuk mendekat.
Zelea duduk di pinggiran ranjang sebelah Radit duduk.
"Pulanglah dan ambil semua barang-barang kamu dan bawa kemari, mumpung saat ini belum terlalu siang, dan kamu bisa kembali ke sini sebelum sore hari," ucap Radit yang langsung mendapat anggukan kepala Zelea.
Setelah berpamitan Zelea keluar dari dalam kamar Radit, berjalan menapaki tangga dengan hati senang, namun saat mau menginjak lantai satu mata Zelea melihat foto keluarga yang begitu besar.
Mata Zelea langsung menyala tajam saat melihat salah satu orang yang berada di dalam foto tersebut.
Nofal aku membencimu sangat membencimu! Batin Zelea dengan tangan terkepal.
Beberapa saat Zelea menatap tajam foto Nofal, kemudian Zelea mengedarkan pandangannya di ruang keluarga tersebut. Zelea baru sadar bahwa di ruangan ini banyak sekali foto keluarga.
Zelea tersenyum miring.
Ternyata kau begitu dicintai oleh keluargamu Nofal, lihat saja sebentar lagi aku akan membuat kau di benci oleh keluargamu, terutama ayahmu, batin Zelea.
Tidak perlu mengulur waktu Zelea segera keluar untuk mengambil barang-barangnya di tempat tinggalnya yang dulu.
Setelah setengah jam, Zelea sampai di kostan kecil, meski pun begitu tapi tetap rapi.
Zelea menjatuhkan tubuhnya di kasur tempat tidur, meski tidak terasa empuk tapi tempat ini lah yang menjadi tempat Zelea beristirahat.
Zelea miringkan tubuhnya, tangannya mengusap kasur sebelahnya, bibirnya tersenyum seolah mengucap kata perpisahan.
Terimakasih selama ini sudah mau menjadi tempat tinggalku, batin Zelea.
Wanita itu kemudian bangkit, berjalan ke arah lemari, di sana Zelea mengeluarkan koper miliknya, dan kemudian memasukkan bajunya yang masih bagus ke dalam koper.
Zelea tidak lupa dengan foto keluarganya. Zelea mencium foto ayah dan ibunya yang sudah tenang di surga, Zelea menangis.
Mengusap sebentar foto ayah dan ibunya kemudian Zelea masukkan ke dalam koper. tidak ada lagi barang yang mau Zelea bawa.
Selama ini Zelea hidup pas-pasan membuat dirinya tidak memiliki barang-barang berharga, seperti tas. Zelea hanya punya dua dan itu sudah tidak bagus lagi, dan milih di tinggal saja.
Zelea tidak perlu lama di kostnya itu, saat ini Zelea menarik kopernya untuk dibawanya keluar.
Zelea berpamitan dengan ibu kostnya, mereka berpelukan bahkan ibu kostnya sampai menangis, selama ini Zelea sudah dianggap putrinya sendiri.
"Main kemari temui Ibu jika kamu hari libu," ucap Ibu kost sembari menepuk pundak Zelea.
"Pasti Bu, Ze pamit." Zelea tersenyum, Ibu kost kembali memeluk Zelea.
Ahirnya Ibu kost hanya bisa menatap punggung Zelea yang berjalan menjauh dari tempat kostnya.
*
*
Malam hari, Zelea baru saja keluar dari dalam kamar mandi, saat ini mau istirahat karena mengingat besok pagi akan bekerja kembali seperti biasanya.
Zelea sudah mengambil selimut dan siapa mau tidur di kursi sofa yang ada di kamar Radit.
"Ze ... Pindah lah kemari, jangan tidur di situ. Aku seperti orang jahat jika harus membiarkan kamu tidur di sofa," ucap Radit sebelum Zelea membaringkan tubuhnya di sofa, mata Radit menatap lurus ke arah Zelea tanpa kedip.
Apa Tuan Radit marah? Mengapa dia menatap aku serius begitu? batin Zelea.
Tidak mau membuat Radit marah, ahirnya Zelea menurut dan lebih milih tidur di samping Radit.
Rasanya aneh harus tidur di bawah selimut dengan seorang pria, Zelea merasa gugup.
"Tidurlah dengan tenang, jangan khawatir aku tidak akan menyentuhmu. Aku meminta kamu tidur di sebelah aku karena aku tidak tega melihat kamu harus tidur di sofa."
Zelea menoleh, melihat Radit ternyata pria itu bicara dengan mata terpejam, tapi Zelea tahu bahwa saat ini Radit belum tidur.
Zelea memiringkan tubuhnya menghadap Radit. "Tuan, sekali pun Anda mau menyentuh saya, itu tidak masalah. Karena saya memang istri Anda."
Radit membuka matanya, menoleh ke arah Zelea yang saat ini tersenyum ke arahnya. "Tidak Ze, setelah nanti kita berpisah supaya kamu tidak merasa rugi, karena kita tidak akan selamnya bersama."
Radit bicara seperti itu bukan tanpa alasan, karena sejak awal pernikahannya dengan Zelea hanya untuk melindungi wanita itu, tentu Radit tidak mau memanfaatkan Zelea, karena Zelea berhak bahagia setelah terlepas darinya.
Zelea tersenyum mendengar penuturan Radit, apa bila tujuannya bukan untuk balas dendam pada Nofal, pasti hatinya sudah meleleh mendapat kebaikan hati Radit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
my name
zelea senekat itukah, sampai harus balas dendam
2023-06-13
1
Lusiana_Oct13
Aku takut balas dendam km jadi bumerang buat km sendiri nanti zelea
2023-05-16
1