Tiba di malam hari. Gerimis mengundang, suara gemericik hujan yang jatuh ke genting rumah, pohon, dan tanah, menciptakan suasana khas yang sangat indah.
Bau tanah dan aspal yang basah, daun yang tercium saat hujan turun, dapat memberikan aroma khas segar di udara.
Malam itu, Christ dengan mobil Porschenya menembus gerimis melewati jalan yang cukup sepi. Bagi Christ, suasana malam hari saat gerimis adalah suasana yang menenangkan, romantis, dan penuh keindahan alam.
Christ mengendarai mobilnya dengan santai. Kecepatan 60-70 km per jam. Dari balik kaca jendela mobil, dia menikmati suasana gerimis di malam hari.
Malam itu juga dia ingin pergi ke rumah Bagas untuk membicarakan sesuatu dengannya.
Tak selang lama, mobil Christ telah sampai di kediaman Bagas, dan kerajaan pusat yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.
Mobil Christ tepat berhenti di depan pintu gerbang. Terlihat dua orang penjaga gerbang yang bersenjata mendekat.
Saat melihat Christ di dalamnya, kedua penjaga gerbang membungkuk dan membukakan pintu gerbang untuk Christ.
Setelah mobil Christ masuk, kedua penjaga gerbang segera menutup kembali pintu gerbang.
Istana kerajaan Bagas sangatlah luas dan megah. Memiliki luas tanah sekitar 5000 meter persegi, atau setidaknya 5 hektar, lima kali lebih luas daripada rumah yang dimiliki Christ.
Perjalanan dari gerbang menuju ke rumah Bagas juga cukup jauh. Membutuhkan beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke halaman rumahnya.
Sepanjang perjalanan dari gerbang menuju rumah bagas dipenuhi dengan beberapa pekarangan dan gazebo, tempat para tukang pukul dan karyawan Bagas bersantai.
Sekeliling rumah Bagas dikelilingi oleh pagar setinggi 3 meter dan terdapat beberapa tukang pukul yang menjaga di setiap sudut.
Rumah Bagas juga memiliki akses terbatas. Hanya beberapa orang yang boleh memasuki kawasan dan mengaksesnya, itu karena sifat rahasia dari aktivitas kriminal yang terjadi di dalamnya.
Meski begitu, Bagas tak pernah sekalipun berurusan dengan polisi atau aparat hukum lainnya. Dia mempunyai karyawan yang bekerja sebagai wali hukum, yang bersiap untuk melindunginya dengan hukum yang berlaku.
Beberapa akuntan yang bekerja dengannya pun sering kali membelanya dan memenangkan pengadilan, saat Ditjen Pajak mulai curiga dengan bisnis milik Bagas.
Tepat di halaman rumah Bagas, Christ memarkirkan mobilnya di depan taman untuk melihat-lihat sekitar.
Rumah Bagas memiliki 4 lantai, 5 dengan atap rumahnya. Di setiap lantai balkon terlihat lagi beberapa penjaga yang sedang was-was berjaga-jaga.
Sekeliling rumah Bagas terdapat pusat kebugaran dan kolam renang yang cukup luas, serta kolam ikan koi dengan air mancur yang ada di teras rumahnya.
Di sisi pojok taman, terlihat beberapa tukang pukul yang sedang melakukan sparing dan menguji kekuatan dan ketahanan tukang pukul baru yang akan bergabung dengan Bagas.
Api-api menyala di atas obor, melingkari segerombolan tukang pukul itu. Mereka bersorak, berteriak, dan berseru untuk memberi dukungan satu sama lain.
Konon katanya, orang yang mampu menahan seratus pukulan dari tukang pukul terkuat, maka dia akan menjadi Kepala Tukang Pukul yang baru, yang akan memimpin semua tukang pukul yang dimiliki bagas.
Itu adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sejak lama. Bagas sendiri yang membuat tradisi itu. Saat Christ masih remaja, Christ sendiri pernah menjalani tradisi gila-gilaan itu.
“Selamat malam, mafioso Christianto!” Seorang pria datang menyambut Christ.
Dia adalah Bram. Salah satu orang yang telah menjadi tangan kanannya Bagas. Di dalam dunia mafia, orang memanggil Bram dengan Consigliere. Umur Bram hanya lebih tua 4 tahun dari umur Christ.
“Halo, Bang!” sapa balik Christ.
Mereka saling tersenyum, bersalaman dan memeluk dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments