Unblessed Story

Unblessed Story

Dunia modern, Bumi

Alunan musik yang tercipta dari tiupan seruling mengalun indah memenuhi ruangan, musik itu berasal dari sebuah ponsel berwarna hitam yang tergeletak tak berdaya di atas karpet, tak dihiraukan oleh pemiliknya yang terduduk di depan jendela.

Gadis itu memejamkan matanya, menikmati musik yang sengaja ia putar setelah melihat bulan purnama tepat berada di depan jendelanya. Gadis itu meluruskan kedua kakinya di atas meja, menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi yang lebih pendek dari tubuhnya. Ia bersedekap dada, menatap bulan dibalik kacamata bulat yang entah sudah berapa lama bertahan di ujung hidungnya yang mancung.

Disebelah kakinya ada laptop yang menyala, menampilkan kurva yang bergerak naik turun beserta nominalnya. Sebuah foto kecil ia atur tepat di bawah kanan layar laptopnya, potret tiga orang siswa yang berteduh di bawah halte. Dua orang duduk di bangku sedangkan satu lagi berdiri dibelakang sambil merangkul mereka, berusaha melindungi tubuh mereka dari hujan menggunakan payung hitam miliknya. Meski begitu, mereka tetap tersenyum dengan bahagia.

Tiba-tiba saja terdengar suara 'brak' yang sangat kencang dan pintu kamar yang tertutup rapat itu terjatuh hingga membuat gadis itu tersentak bangun dari lamunannya dan jatuh dari kursi.

"Yak! ada ap- TIDAK PINTU KUU!"

Gadis itu berteriak tidak terima karena pintu kamarnya sudah terbaring tak berdaya, di injak oleh seorang pemuda. Ia meraih ponselnya dan melempar ponsel itu ke arah sang pemuda.

"Kecelakaan kecil, aku tidak sengaja."

Pemuda itu menangkap ponsel tanpa melihat, lalu berjalan masuk ke dalam kamar seperti tidak terjadi apa-apa.

"Omong-omong, Alin apa kau tidak membersihkan kamarmu lagi?"

Mata pemuda itu memindai kamar Alin, baju berhamburan memenuhi lantai kamar, bungkus makanan dan barang lainnya tersebar di penjuru kamar, hanya menyisakan meja belajar dan kasur yang sedikit layak dilihat.

Ia menatap miris, hasil kerja kerasnya dan niatnya untuk membantu temannya hanya bertahan selama sehari. Ia menghela napas, bahkan tirai jendela bisa lepas separuh. Entah apa yang telah dilakukan oleh gadis itu hingga kamarnya tidak pernah rapi.

"Ayolah. Tidak perlu merepotkan diri untuk bersih-bersih."

Alin bangun dari posisinya lalu mengambil ponselnya yang berada di tangan pemuda itu dengan kasar, ia mematikan lagu yang terputar sambil mengutuk pemuda itu lalu duduk di kursinya tadi.

"Untuk apa kau kemari?"

"Berdisko, sudah pasti untuk mengingatkanmu untuk makan malam. Bunda tadi pulang dan memasak banyak makanan lalu menyuruhku untuk mengantarnya padamu. Aku sudah menyiapkannya di meja makan dan sekarang aku mengantuk, bangunkan aku jam 1."

Setelah mengatakan itu, pemuda itu sedikit medumal karena sang bunda membangunkannya dengan tega hanya untuk mengantarkan makanan ke apartemen Alin yang jaraknya hampir dua kilometer dari rumahnya.

"Apartku bukan tempat penginapan Seka."

Alin memutarkan bola mata dengan kesal, keluhannya itu sudah pasti dianggap sebagai angin lalu oleh Seka yang kini sudah memejamkan matanya sambil memeluk bantal.

Suasana menjadi hening, Alin mengibaskan tangannya ke wajah Seka. Alin melenggang keluar ketika temannya itu tidak meresponnya. Setelah itu Alin keluar kamar dan menuruni tangga dengan ringan, terkadang bersenandung pelan seakan tidak ada rasa kesal yang tersisa.

"Aku mencintai hidupku, aku mencintai diriku, aku menyayangi semua yang aku kenal namun jika Xie Lian ge datang untuk memintaku menjadi pengantin untuk menangkap general Xuan Ji aku akan pergi! jika Xie Lian ge datang dan memintaku untuk merenovasi kuil-nya aku akan ikut dengannya! ji-"

"Jika Wei Wuxian memintamu untuk menjadi jendral hantu keduanya, kau akan pergi.. Hei sadar diri, mereka tidak akan mendatangimu mereka hanya tokoh fiksi. berhenti bicara dan makan saja, aku ingin tidur dengan tenang."

Alin mengalihkan pandangannya ke lantai dua, temannya yang tidur itu berdiri di sana setelah melempar sendok ke keningnya. Alin berdecak kesal sambil mengusap keningnya, ia menendang sendok entah ke mana dan berjalan kembali menuju ruang makan, begitu juga Seka yang sudah masuk ke kamar.

"Lihat dia, ini rumah ku, kediamanku. Namun dia yang berkuasa ini tidak adil, kan. Aries."

"Tunggu, aku menyebut Aries? Siapa itu Aries? Jelas-jelas aku ini Libra."

Sesampainya di ruang makan, Alin mendudukkan dirinya di salah satu bangku. Kedua tangannya terangkat dan menopang wajahnya, menatap makanan dengan malas. Ia kembali melamun, menatap sekitar yang gelap tanpa berniat untuk menyalakan lampu.

Ia menghela napas kasar, terlihat frustasi dan sangat putus asa. Matanya yang membinar kini menumpahkan air mata yang sudah tidak bisa di bendung. Tetesan demi tetes air mata jatuh membasahi meja, hingga gadis itu sadar dan menghapus air matanya dengan kasar, mengomeli dirinya sendiri.

Kala mendengar perutnya mulai berbunyi, ia memakan makanan di hadapannya dengan malas. Setelah selesai, ia membuat popcorn dan mengambil beberapa kopi kaleng yang sengaja ia sediakan di kulkas, kedua tangannya dengan lihai menaruh semua itu di atas meja.

Setelah berkeliling mencari remote yang entah kenapa menyelip di belakang TV, ia kini duduk di lantai lalu menyenderkan tubuhnya ke sofa. Film berganti-ganti, menuruti sinyal yang dipancarkan remote, tangannya yang lain tak berhenti, ia menyuapkan popcorn ke dalam mulutnya dan menggerutu.

"Sebenarnya apa motivasi mereka menayangkan film-film seperti ini? Bukankah lebih baik menyiarkan kartun daripada tentang perceraian dan orang ketiga yang entah apa maksudnya, membosankan."

"Argh bagaimana aku akan melanjutkan hidupku jika seperti ini."

Alin berguling di sofa, kini ia merasa bosan karena tidak ada tontonan yang berhasil membuatnya terhibur. Anime kesukaannya sudah selesai ia tonton, drama yang ia tunggu tak kunjung tayang. Ia merasa hidupnya sudah lama terhenti, dan sekarang hanya dipenuhi oleh aneka film berbagai genre.

Alin terus berguling-guling hingga tidak menyadari jika dirinya sudah berada di ujung sofa, tidak lama setelahnya terdengar suara 'bruk' yang sangat kencang.

Ya, dirinya terjatuh dari sofa dan pinggangnya terantuk meja. Itu sakit atau mungkin sangat sakit bahkan setelah di lihat terdapat lebam di pinggangnya.

"Sial sekali."

Ia mencengkeram pinggangnya yang terasa sakit lalu menyalakan ponselnya. Ia memilih untuk menggulir laman sosial media, membiarkan TV tersebut menyala tanpa ada yang menonton.

"Hei Alin, kau sudah memiliki teman regu untuk camping? Jika belum, maukah kau bergabung bersamaku?"

Sebuah pesan masuk dari aplikasi berlogo burung biru, ia mengernyitkan dahi saat melihat profil akun tersebut. Akun centang biru dengan ratusan ribu pengikut mengenalnya? Ia mengedipkan mata beberapa kali karena tidak percaya.

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu."

Pesan itu ia kirim, saat melihat kembali akun itu ia baru menyadari jika Seka berteman dengan pemilik akun. Pemilik akun itu kembali mengirimnya pesan dan memperkenalkan diri. Grace ternyata teman sekelasnya dan juga seorang beauty vlogger yang terkenal secara internasional. Ia yakin sekali jika gadis itu akan menekan kontrak dengan salah satu perusahaan kosmetik yang terkenal.

"Baiklah aku ikut kelompokmu."

Mau tidak mau, Alin menerima ajakan Grace agar gadis itu berhenti mengiriminya pesan. Sedetik kemudian ia menyesal, gadis itu kini mengiriminya pesan dua kali lebih banyak. Ia hanya bisa berdecak kesal, menyesal pun percuma lalu beralih untuk menggulir berandanya lagi.

Ia menghentikan jarinya ketika sebuah postingan terpampang di layar ponselnya, ia mengunjungi profil akun tersebut dan bersemu merah. Akun itu milik sosok yang selama ini mengambil hatinya dalam diam.

Pemuda itu tidak memiliki banyak pengikut, hanya sepuluh dan Alin salah satunya. Ia kembali melihat postingan terbaru pemuda itu lalu tertawa, merasa gemas karena caption pemuda itu seperti kuis.

'Selamat dunia tidur!'

Alin mengetikkan sesuatu di layar ponselnya, pipinya bertambah merah saat ia melihat foto pemuda itu. Mata pemuda itu memerah, sepertinya pemuda itu sudah sangat lelah dan tidak sadar jika ia mengetik secara acak. Dengan senyum yang tidak terhapus dari wajahnya, ia memperhatikan foto pemuda itu, hingga sebuah liontin dengan bandul bulan cembung membuat Alin mimisan, kalung itu adalah pasangan kalung miliknya!

'Selamat juga tidur, dunia.'

'Alin, aku salah mengetik.'

Ia berdiri secara tiba-tiba ketika komentarnya dibalas oleh pemuda itu, ia melompat dan berlari mengitari ruang tamu dengan senang sambil berteriak, ia menendang angin karena tak bisa menahan gemas lebih lama.

"Besok aku harus menghabiskan waktu bersamanya, tidak mau tahu."

Ya, besok adalah hari pertama mereka masuk setelah libur kenaikan kelas. Ia kini resmi menjadi siswa Angkatan tahun kedua dan harus mengikuti peninjauan kembali pengetahuan dan keahlian di alam bebas.

Sekolahnya memiliki tradisi khusus, mereka akan mengadakan sebuah Camping selama tujuh hari untuk siswa tahun kedua, yang artinya besok adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu pemuda manis itu sebelum berpisah selama tujuh hari.

Kini Alin berada di aula sekolah, kebetulan sekali hari ini ia tidak telat masuk karena tidak tidur semalam, merasa terlalu bahagia karena komentarnya dibalas sang pujaan hati.

Alin menunda tangannya untuk memakai earphone ketika Grace menyapanya, mereka berbincang sebentar sebelum Grace berkumpul dengan teman-temannya. Alin kembali memasang earphone dan mendengarkan lagu, menghiraukan kebisingan yang ada di sekitarnya

"Entah mengapa aku merasa jika perempuan itu tidak sebaik tampilannya."

Alin berbisik pada Seka, pemuda itu baru saja sampai di sisinya karena sibuk mengatur siswa yang masih bermalas-malasan di ruang kelas, maklum saja dia osis.

"Kau sedang membicarakan diri sendiri?"

Seka meringis kesakitan, tulang keringnya menerima tendangan Alin yang tidak pelan. Ia menatap Alin dengan tajam melayangkan protes, namun gadis itu malah asik mencari seseorang di barisan siswa tahun ketiga.

"Ingat umur, fokuslah belajar. Jangan bermain-main disini."

"Itu tidak pernah terjadi sialan, aku tahu apa yang aku tahu."

Alin menyingkirkan tangan Seka di bahunya, ia menepuk bahunya dengan ekspresi jijik. Seka hanya tertawa melihat hal itu, merasa bangga karena ia berhasil mengerjai Alin lagi.

"Oh ya, Kau jadi ikut tidak?"

Seka berbisik sambil memainkan hiasan rambut Alin, Alin mengernyitkan dahi mencoba ngulik ingatannya yang mendadak menjadi pendek. Pemuda itu menghela nafas kasar, ia tahu apa yang dipikirkan gadis itu sekarang.

Seka memukul kepala gadis itu dan membalikkan tubuhnya menghadap kepala sekolah yang sedang memberi sambutan di atas podium.

"Ikut kemana?"

"Meminta dewi Sinta untuk membalas cinta Rahwana! Tentu saja daftar ke klub yang ingin aku masuki."

"Sedang aku pikirkan."

"Hari ini hari terakhir pendaftaran, cepat putuskan."

"Oke, aku ikut. Kau puas?"

Setelah lama berdiri, akhirnya kepala sekolah menghentikan penyambutan karena ada dua siswa yang pingsan, sedangkan yang lainnya berbincang dengan teman disampingnya, mengeluh lelah berdiri selama dua jam lamanya.

"Apakah kita pernah bertemu dengannya? wajahnya terlihat sangat familiar"

Pertanyaan Alin hanya di balas dengan angkatan kedua bahu Seka, tanda ia juga tidak mengenal pemuda berhoodie hitam, rambut pemuda itu hampir menutupi matanya, hanya menyisakan sedikit ruang untuk kulit wajahnya karena pemuda itu juga memakai masker hitam.

Penampilan pemuda itu seharusnya sudah menjadi pusat perhatian karena semua orang menggunakan pakaian akademiknya masing-masing, guru yang berada di dekat pemuda itu bahkan tidak menegurnya.

Pemuda itu sudah berkali-kali tertangkap basah mengawasinya, Alin mengerutkan kening merasa curiga. Saat ia membulatkan keputusan untuk menghampiri pemuda itu, Seka secara tiba-tiba menarik tas Alin dan berjalan dengan cepat meninggalkan aula.

Sumpah serapah yang Alin keluarkan karena seorang pemuda menabrak tubuhnya kini berhenti tiba-tiba, ia membungkam bibirnya ketika pemuda yang ia sukai berada di pelukannya. Untung saja ia memiliki refleks yang bagus hingga pemuda itu tidak jatuh di lapangan. Ia menarik senyum setelah membantu pemuda itu berdiri dengan sempurna.

"Hai Rayyan!"

Alin melambaikan tangannya dengan semangat, wajahnya menjadi cerah ceria. Rayyan membalas lambaian tangan Alin, ia mengalihkan wajahnya yang memerah ketika Alin dengan tiba-tiba mengusak rambutnya.

Melihat itu, Alin membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah payung. Ia memberikannya pada Rayyan dengan senyum yang tidak luntur sedikitpun. Dengan ragu, Rayyan mengambil payung dari Alin yang tak lain adalah payungnya.

Akhir pekan kemarin mereka tidak sengaja bertemu, saat itu hujan turun tiba-tiba. Alin berlari ke supermarket terdekat untuk membeli payung, namun dua payung yang tersisa sudah dibeli oleh Rayyan. Karena kasihan, Rayyan memberikan salah satu payungnya kepada Alin.

"Terimakasih payungnya, aku akan mentraktirmu nanti."

Alin berteriak cukup kencang karena Seka sudah menarik kerahnya, Alin kini sibuk melepaskan tangan Seka dari kerahnya, mencoba mengambil napas. Temannya itu memang tidak kira-kira.

Setelah bebas dari maut, Alin kembali mengutuk Seka karena membuat dirinya berpisah dengan sang pujaan hati dengan sangat cepat. Ia bahkan belum memberikan sebuah susu putih yang sengaja ia beli untuk pemuda itu.

Setelah sampai di tempat klub, terdapat sebuah kertas yang tertempel di pintu.

'... Dikarenakan banyaknya pendaftar dan para senior terlalu malas untuk mendata, maka pendaftaran akan dilakukan menggunakan aplikasi xxx, terimakasih...'

"Jangan mengomel, kan kau sendiri yang ingin masuk, ikuti saja perintahnya"

Keduanya dengan malas-malasan akhirnya mendaftarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing–Lebih tepatnya mereka berdua membolos. Tidak ada sekolah yang bubar jam 8 pagi, kalian tahu itu.

Terpopuler

Comments

CatForD

CatForD

untung ditangkapp ... sayang ponselnya soalnya wkwkwk

2023-08-01

0

Husna15🐅

Husna15🐅

paham sih

2023-07-18

0

Husna15🐅

Husna15🐅

saltingnya sampai di sini

2023-07-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!