Dua Saudara

Suara ocehan lagi-lagi terdengar saat Seka melihat Alin memasukkan barang yang dipegang ke troli, sedangkan pelaku yang membuatnya mengoceh sama sekali tidak memperdulikannya, membuat Seka merasa kesal berkali-kali lipat.

"Sudah aku bilang, kita tidak membutuhkan ini. Alin kamu dengar tidak sih?"

"Kenapa sih? Aku hanya ingin memasukkannya, kalau kamu keberatan kan kita bayar masing-masing, apa sebenarnya masalahmu." Jawab Alin.

"Masalahku adalah jika bunda tau, aku yang akan dimarahi, sedangkan kamu hanya diam tidak membantuku meredam amarah bunda. Jika kamu masih asal memasukkan barang, aku adukan ke Rayyan-mu itu biar dia tau seberapa tidak bertanggung jawabmu terhadap uang."

Seka mengancam dengan serius, memperlihatkan ruang obrolannya bersama Rayyan, matanya menatap Alin dengan keji.

"Dasar pengadu!"

Dengan berat hati, Alin memilah barang-barang yang ia masukkan dan menaruhnya lagi ke rak, sedangkan Seka menatapnya dengan penuh kemenangan.

"Kak Alin! Kakak bolos sekolah kan tadi!"

Tanpa di duga, Alin dan Seka bertemu dengan Rayyan yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Rayyan! Ngapain kesini? Eh tadi aku beli ini, liat deh lucu. Aku beli 2, buat kamu satu, buat aku satu."

Alin mendorong tubuh Seka sengaja, membuat pemuda yang tadinya berdiri dibelakangnya itu hampir jatuh mengenai rak, untung saja pemuda yang bersama Rayyan membantunya.

"Iya lucu tapi kakak tetep bolos sekolah. Aku tadi mencarimu tapi tidak ada. Oh iya, aku hampir lupa kakak tau ga sih tadi tuh...."

Ocehan Rayyan terdengar semakin jauh karena Alin menyeret Rayyan keluar untuk mencari bangku, meninggalkan Seka yang mengomel dan Ala yang masih diam mematung.

"Loh ini jadinya aku yang mengurus barang-barangnya? Sialan."

Dumalan Seka membuat Ala tersadar dari lamunannya. Pemuda itu mulai membatu Seka menaruh kembali barang-barang yang tidak diperlukan dengan dikte dari Seka tentu saja.

"Yah sayang sekali aku tidak melihat hal heboh itu, andai saja kalau tadi aku tidak membolos, pasti akan lebih seru."

"Salah kakak sendiri karena membolos. Oh iya, aku hampir lupa. Kak Ala tadi bilang jika dia ingin berbicara dengan kakak, uh aku lupa dia ingin bicara tentang apa. Nanti aku ingin bermain bersama Kak Seka ya? Jadi kakak bisa pulang bersama Kak Ala sekalian berbicara. Oh iya, kalian pernah bertemu sebelumnya? Kok aku tidak tahu kalau Kak Alin mengenal Kak Ala?"

"Huh? Eh iya, aku hanya kenal Kak Ala sebagai ketua OSIS, aku juga tidak tahu au dia kenal aku darimana, perasaan aku tidak melanggar peraturan sekolah."

Mendengar kalimat itu, Rayyan memicingkan matanya, menatap Alin penuh ragu.

"Apaan! Itu buktinya kakak bolos, aku tau ya kakak juga bolos berkali-kali, terus menjahili guru, oh aku juga ingat jika kakak selalu ditegur karena memakai sepatu yang tidak sesuai, memakai hoodie di jam pelajaran terus-"

"Oke, stop. Aku mengaku kalah! Kamu iseng sekali, kenapa hanya mengingat perilaku burukku tapi tidak ingat hal-hal baik yang aku lakukan."

"Habisnya lebih banyak hal- ahahaha ampun hahaha geli, Kak Alin udah hahahaha."

Ucapan Rayyan terpaksa berhenti saat Alin mulai menggelitik tubuhnya dan membuatnya tertawa lepas.

"Wah asik sekali, padahal aku sudah menghabiskan isi dompetku karena membayar belajaanmu."

Interupsi Seka seakan tidak membuat Alin terganggu, hal itu membuat Seka semakin merasa jengkel. Tanpa berperasaan, Seka memukul punggung Alin menggunakan roti yang ia beli. Hal itu berhasil membuat Alin dan Rayyan berhenti.

"Aku terselamatkan, terimakasih Kak Seka."

"Kemari kamu pengganggu! Kenapa sih kamu selalu mengacaukan agenda kencanku bersama Rayyan, pergi!"

"Udah dulu ah, Kak Seka ajari aku bermain game player vs player, aku tadi kalah terus, aku ingin membuktikan jika aku ini jenius game."

"Dasar anak kecil, main di rumahku pakai wifi, paket dataku habis. Alin sama Kak Ala mau ikut ga?"

Sambil menunggu jawaban, Seka membereskan barang belanjaannya yang tadi sudah acak-acakan karena dilempari oleh Alin saat mengejarnya.

"Jangan ajak mereka, kita berdua aja Kak Seka, nanti kalau kalah aku diketawain Kak Alin."

Alin yang mendengar itu hanya mendengus sebal.

"Aku tidak sejahat itu, Rayyan kamu jangan terbawa pengaruh buruk Seka. Aku ini hanya melindungimu dari segala keburukan Seka."

"Iyain aja, ayo Ray. Ini barangnya sama aku, besok aku kasih ke kamu. Jangan lupa packing baju-bajumu itu malam ini, biar besok tinggal berangkat."

Rayyan dan Seka berjalan tanpa menengok ke belakang, meninggalkan Alin dan Ala yang masih diam sampai siluet Rayyan dan Seka hilang dibalik tikungan.

"Jadi, ada apa? Kenapa mencariku lagi setelah mengusirku satu tahun yang lalu?"

Alin berbicara tanpa melihat Ala, matanya masih terpaku pada tempat menghilangnya Seka dan Rayyan lima belas menit yang lalu.

"Aku- Aku minta maaf, aku minta maaf jika kehadiranku membuatmu menderita. Aku minta maaf jika kehadiranku benar-benar menggantikan kehadiranmu selama ini. Aku minta maaf, Adik."

"Jika aku memaafkanmu, apa yang berubah? Jika aku tidak memaafkanmu, apa keuntungannya?"

"Aku-"

"Selama kau masih ada, mereka tidak akan memandangku. Bahkan jika kau tidak ada pun mereka tidak akan sudi melihatku, atau malah mereka akan membuatku menyusulmu. Jangan ganggu aku dan aku tidak akan pernah muncul di hadapan kalian, sesuai yang kalian mau."

"Setelah ini, aku bersumpah tidak akan mengganggumu lagi, biarkan aku membantumu kembali ke keluargamu. Aku mohon, Alin."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Ala menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh tepat di sisi Alin, berhasil mendapatkan perhatian penuh dari Alin.

"Apa-apaan! Bangun. Berhenti membuatku menjadi satu-satunya antagonis disini."

Dengan amarah yang meluap, Alin mencengkram pundak Ala dengan kencang, membuat pemuda itu mengikuti tarikan tangannya sambil meringis. 

"Bahkan jika aku dikirim ke dunia lain yang penuh dengan kesedihan dan kepedihan karena tidak memenuhi permintaanmu, aku tetap tidak akan mendengarkan perkataanmu, melihat kalian bahagia dengan menginjak harga diriku. Aku harap kita tidak bertemu lagi, aku sudak muak."

Alin melangkahkan kakinya, meninggalkan Ala yang berusaha mengejarnya dengan diiringi air mata yang kini berjatuhan membasahi pipi.

Cuaca yang cerah itu kini berubah mendung, angin berhembus lebih kencang menerbangkan dedaunan kering. Tetesan air menjadi semakin banyak berjatuhan, membasahi dua insan yang hatinya kacau.

Alin terus berlari menerjang hujan, membuang kertas foto yang selama ini ia simpan di dalam dompetnya, meninggalkan Ala yang masih berusaha mengejar, meninggalkan pemuda yang tidak ia ketahui isi hatinya. Alin meninggalkan semua hal yang ia anggap sebagai sumber kesakitannya selama ini.

Suara kerumunan para siswa tingkat dua memenuhi telinga Alin yang masih asik menutup kedua matanya sambil bersandar pada Seka yang duduk disampingnya.

"Alin, berat. Bangun." 

Tiga kata itu sudah sering terdengar namun Alin masih memejamkan matanya, membuat Seka kehabisan stok kesabarannya. Dengan tega, Seka langsung berdiri membuat Alin hampir jatuh jika saja gadis itu tidak memiliki spontanitas yang bagus. 

"Brengsek." Umpat Alin pada Seka.

"Kak Alin ngomongnya kasar." 

Interupsi itu membuat Alin dan Seka yang sudah siap-siap bertengkar jadi berhenti, melihat Rayyan yang baru saja datang. 

"Oh iya, Kak Alin tau ga Kak Ala kemana? Pembimbing OSIS tadi nyariin, ternyata dia belum dateng." lanjut Rayyan.

"Kak Ala mulu yang dicariin, padahal aku dikit lagi mau pergi, kamu ga mau ngucapin perpisahan gitu atau hati-hati, aku cemburu."

Alin menjawab dengan sedikit kesal, membahas Ala selalu berhasil membuat moodnya turun ke inti bumi, wajahnya yang ceria itu tidak berhasil menutupi tatapan matanya yang menajam.

"Halah cemburu, kalian kan tidak punya hubungan apapun selain adik kelas dan kakak kelas."

Tanpa bisa dicegah, Alin berhasil melayangkan tinjunya pada perut Seka dengan kencang, melihat pemuda itu meringkuk kesakitan sebelum kembali memperhatikan Rayyan yang salah tingkah di depannya.

"Soalnya lagi ada urusan, aku juga mau sekalian kasih kakak ini. Hati-hati pas camping, awas banyak nyamuk, ular, kodok, biawak, jangan sembrono loh kak ngomongnya. Harus kembali dengan sehat dan selamat. Ekhem, aku mau lanjut cari Kak Ala dulu, dadah Kak Alin, Kak Seka."

Bingkisan itu diterima oleh Alin yang baru saja ingin berbicara. Terlambat, Rayyan sudah berlari dan menghilang dengan cepat dari pandanganya. Hal itu membuat Alin merasa senang kembali, Seka yang melihatnya hanya memandang Alin kesal.

"Bisa tidak sih kau tidak mengacau Abhiseka."

Rasanya aura yang bergambar bunga-bunga disamping Alin kini berubah menjadi mendung, membuat Seka merinding sekujur tubuh.

Cepat sekali moodnya berubah.

Episodes
1 Terra, dunia modern
2 Dua Saudara
3 Dunia Lain
4 Rumah Baru
5 Hadiah dan perpisahan
6 Pangeran kedua, Xian
7 Si Manis di Tengah Teratai
8 Xian vs Cymera I
9 Serangan Ghoul di Desa Padi
10 Menaklukkan Dungeon
11 Xian vs Cymera II
12 Dunia Iblis I
13 Dunia Iblis II
14 Dunia Iblis III
15 Helen
16 Misi Bersama Helen I
17 Misi Bersama Helen II
18 Misi Bersama Helen III
19 Sepasang Kekasih
20 Misi Bersama Helen IV
21 Misi Bersama Helen V
22 Misi Bersama Helen VI
23 Bertemu Penguasa Alam Bawah
24 Kembali Dari Misi
25 Xian Mengecil
26 Dia Kembali
27 Dunia modern, Bumi
28 Mimpi yang Nyata
29 Chyou
30 Rumah Baru
31 Perpisahan Sementara
32 Kota Altissimo, Kerajaan Euchzer
33 Putra Mahkota
34 Hutan Bunga
35 Si Manis di Tengah Teratai
36 Cymera
37 Kota Redum
38 Kota Redum (2)
39 Kota Redum (3)
40 Serangan Ghoul di Desa Padi
41 Dungeon
42 Cymera (2)
43 Cymera (2)
44 Dunia Iblis
45 Dunia Iblis (2)
46 Dunia Iblis (3)
47 Helen
48 Mimpi
49 Rencana Xian
50 Rindu Dendam
51 Misi Bersama Helen
52 Misi Bersama Helen (2)
53 Dia yang Bermarga Je
54 Deja Vu
55 Akhir Misi
56 Racun
57 Kembalinya Tokoh Utama
58 Dewa dan Iblis
59 Alan
60 Cerita
61 Nyonya Bai
62 Perjalanan ke Desa Faktitius
63 Desa Faktitius
64 Benda Itu
65 Si Kembar
66 Kekosongan
67 Devilis, Si Lumut Bau
68 Orang-orang Dungu Itu....
69 Kenangan Siapa?
70 Perjalanan
71 Alan
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Terra, dunia modern
2
Dua Saudara
3
Dunia Lain
4
Rumah Baru
5
Hadiah dan perpisahan
6
Pangeran kedua, Xian
7
Si Manis di Tengah Teratai
8
Xian vs Cymera I
9
Serangan Ghoul di Desa Padi
10
Menaklukkan Dungeon
11
Xian vs Cymera II
12
Dunia Iblis I
13
Dunia Iblis II
14
Dunia Iblis III
15
Helen
16
Misi Bersama Helen I
17
Misi Bersama Helen II
18
Misi Bersama Helen III
19
Sepasang Kekasih
20
Misi Bersama Helen IV
21
Misi Bersama Helen V
22
Misi Bersama Helen VI
23
Bertemu Penguasa Alam Bawah
24
Kembali Dari Misi
25
Xian Mengecil
26
Dia Kembali
27
Dunia modern, Bumi
28
Mimpi yang Nyata
29
Chyou
30
Rumah Baru
31
Perpisahan Sementara
32
Kota Altissimo, Kerajaan Euchzer
33
Putra Mahkota
34
Hutan Bunga
35
Si Manis di Tengah Teratai
36
Cymera
37
Kota Redum
38
Kota Redum (2)
39
Kota Redum (3)
40
Serangan Ghoul di Desa Padi
41
Dungeon
42
Cymera (2)
43
Cymera (2)
44
Dunia Iblis
45
Dunia Iblis (2)
46
Dunia Iblis (3)
47
Helen
48
Mimpi
49
Rencana Xian
50
Rindu Dendam
51
Misi Bersama Helen
52
Misi Bersama Helen (2)
53
Dia yang Bermarga Je
54
Deja Vu
55
Akhir Misi
56
Racun
57
Kembalinya Tokoh Utama
58
Dewa dan Iblis
59
Alan
60
Cerita
61
Nyonya Bai
62
Perjalanan ke Desa Faktitius
63
Desa Faktitius
64
Benda Itu
65
Si Kembar
66
Kekosongan
67
Devilis, Si Lumut Bau
68
Orang-orang Dungu Itu....
69
Kenangan Siapa?
70
Perjalanan
71
Alan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!