Jam baru menunjukan pukul 10 pagi ketika Eddy menerobos ke dalam apartemen milik Kerelyn dan menarik perempuan itu dari tempat tidur, dengan mata masih setengah terpejam ia mengikuti Managernya ke tempat pemotretan untuk sampul majalah bersama Matt.
Jadi di sini-lah ia sekarang berada, duduk di depan meja rias dengan seseorang tengah menarik-narik rambutnya menggunakan sisir dan juga hair dryer, dan seorang lagi tengah melukis di wajahnya menggunakan berbagai macam alat make up yang membuat ia terlihat semakin cantik dengan gaun putih motif bunga-bunga kecil berwarna merah tanpa lengan, potongan leher berbentuk v yang memerlihatkan sedikit belahan dadanya, dan walaupun panjang gaun itu sampai tumit dan lebar tapi di sisi kirinya memiliki belahan sampai setengah paha, sehingga memerlihatkan kaki jenjangnya yang berbalut stelito tali 9cm yang berhiaskan batu-batu kristal.
Kerelyn berdiri di depan kaca dan merasa puas melihat pantulan dirinya yang terlihat cantik, sexy dan sedikit menggoda, dengan langkah percaya diri ia keluar dari ruang make up, semua mata tertuju padanya, bibirnya menyunggingkan senyum bahagia, ia terus berjalan menuju seting pemotretan dimana Matt telah menunggunya dengan kemeja putih polos yang beberapa kancingnya dibiarkan terbuka memerlihatkan dadanya yang bidang.
Kerelyn tersenyum menggoda ketika mendengar Matt bersiul sambil menatapnya, tapi senyumnya langsung hilang setelah melihat siapa yang berdiri di belakang pria itu dengan membawa kamera di tangannya, mata hitamnya menatap Kerelyn tajam, tidak ada senyum ramah di bibir pria itu yang biasa ia perlihatkan, setelah menatap perempuan yang kini terlihat merasa gugup dan dengan telapak tangannya berusaha menutupi bagian dadanya yang terlihat, pria itu mengalihkan pandangannya kembali ke layar laptop yang ada di atas meja.
"Honey, kau terlihat 'hot'," ucap Matt sambil menatap Kerelyn tak berkedip.
Tapi perempuan itu tak menggubris pujian dari rekan kerjanya itu, ia mengharapkan pujian dari pria lain, pria yang lebih tertarik menatap layar laptop daripada dirinya, dan setelah menunggu beberapa detik yang terasa panjang tapi pria yang hari ini terlihat sexi walaupun hanya memakai kaos putih oblong dan celana denim hitam, tidak mengalihkan pandangan dari laptop ke arahnya, maka akhirnya Kerelyn-pun merubah rencannya.
"Kau juga terlihat sangat sexi," ujar Kerelyn sambil tersenyum menatap Matt, ok dia telah memutuskan akan membuat pria tidak peka itu cemburu dalam pemotretan kali ini.
Tapi setelah hampir tiga jam pemotretan tidak ada reaksi sama sekali dari Daniel, dia tetap fokus menatap lensa kamera dan mengarahkannya ke arah Kerelyn dan Matt yang sedang berpose sangat mesra. Entah gaya seperti apalagi yang harus perempuan berambut merah itu lakukan, semua gaya telah ia coba semesra mungkin dengan Matt yang terlihat sangat menikmati pemotretan kali ini.
Dan akhirnya pemotretan itu selesai dengan pujian dari Daniel.
"Bagus! Ya Tuhan, aku sedang mencoba membuatnya cemburu dan dia bilang, bagus!"
Kerelyn membuka gaun seksinya dengan sedikit emosi kemudian melemparkan benda tak berdosa itu ke atas sofa yang ada di ruang ganti. Saat ini ia sedang mengganti pakaiannya dan bersiap-siap pulang, seharusnya hari ini merupakan hari menyenangkan baginya karena hanya memiliki jadwal pemotretan saja dan setelahnya dia bisa kembali beristirahat, tapi komentar Daniel yang memujinya setelah pemotratan tadi telah membuat moodnya berantakan.
"Aarrgghh.. aku ingin sekali menjambak rambut hitamnya yang tebal itu, lalu berteriak di depan wajahnya yang... tampan, kalau aku ingin dia cemburu bukan memujiku karena bermesraan dengan pria lain!" Kerelyn menggeram sambil memakai sepatu high heelnya. Kemarahan Kerelyn terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu.
"Masuk!"
Eddy melongkokkan kepalanya di ambang pintu, ia menatap sekeliling sebelum akhirnya berjalan memasuki ruangan itu, "Kau berbicara dengan siapa?"
"Tidak ada."
"Tadi sepertinya aku mendengar kau berbicara dengan seseorang," ucap Eddy bingung karena tak melihat siapapun di dalam ruangan itu.
"Aku sedang menghafal dialog," jawab Kerelyn santai.
"Oh ya, tentu saja... dialog," Eddy berkata sambil berdiri di depan Kerelyn yang masih duduk di sofa, "Barusan polisi meneleponku, mereka mengatakan telah menemukan orang yang berusaha menabrakmu waktu itu."
"Benarkah? Apa dia telah di tangkap?" Tanya Kerelyn dengan antusias.
"Aku belum tahu, mereka hanya memintaku untuk datang ke sana sekarang."
"Apa aku harus ikut denganmu?"
"Tidak, mereka hanya memintaku datang seorang diri sebagai wakil darimu."
Kerelyn mengangkat alisnya terlihat bingung, "Baiklah, jadi kapan kau akan pergi?"
"Sekarang."
"Sekarang?"
"Iya sekarang," ucap Eddy dengan wajah meringis merasa bersalah.
"Apa aku harus pulang sendiri lagi?" Tanya Kerelyn setelah memahami maksud dari Managernya.
Dengan menyesal Eddy mengangguk, "Kecuali kau mau ikut denganku dulu ke kantor polisi dan setelah itu aku akan mengantarmu pulang, bagaimana?"
Kerelyn mengambil napas panjang, dia benci ketika harus berurusan dengan kantor polisi dimana semua berbagai macam kejahatan ada di sana.
"Apa memurutmu, Matt tidak akan keberatan kalau mengantarmu pulang lagi?" Eddy bertanya sambil menatap Kerelyn yang masih terdiam.
"Tidak, aku tidak keberatan," suara berat milik Matt membuat keduanya mengalihkan pandangan ke arah pintu dimana pria itu tengah berdiri sambil bersadar di ambang pintu, "Tidak usah khawatir, Ed, aku akan mengantar Tuan Putri pulang dengan selamat."
"Matt, kau memang yang terbaik," puji Eddy sambil tersenyum lebar, Kerelyn hampir memberi pujian yang sama ketika matanya menangkap seseorang berjalan melintasi ruang gantinya, dan langsung saja ia tersenyum lebar ketika sebuah ide muncul begitu.
"Tidak!" Seru Kerelyn yang membuat kedua pria di hadapannya terlihat bingung, "Maksudku, aku akan pulang sendiri... kalian boleh pergi sekarang," lanjutnya sambil menatap Eddy dan juga Matt dengan wajah meyakinkan.
"Tidak, terlalu beresiko kalau kau pulang sendiri," ujar Eddy yang didukung oleh Matt.
"Tidak usah khawatir, akan ada seseorang yang menjagaku... Eddy sebaiknya kau pergi sekarang, para polisi sedang menunggumu," Kerelyn berkata sambil mendorong pria itu keluar dari ruangannya, "Dan, Matt, terima kasih atas tawarannya, tapi bukankah kau harus sampai ke tempat shooting iklan? Sebaiknya kau cepat pergi sekarang, jalanan akan segera padat pada sabtu sore seperti sekarang," lanjutnya sambil mendorong pria tinggi itu keluar dari ruang ganti seperti halnya Eddy tadi.
Mereka berdua baru akan membuka mulut protes ketika Karelyn berkata sambil tersenyum, "Eddy, sebaiknya kau cepat-cepat pergi, jangan biarkan para polisi itu menunggumu," Kerelyn kini mengalihkan pandangannya ke arah Matt, "Dan kau juga, Matt, kau harus cepat kalau tidak mau terlambat," kini matanya yang berbinar menatap kedua pria yang terlihat bingung, "Baiklah, kalian berdua hati-hati ok... sampai jumpa besok," lanjutnya sambil tersenyum manis sebelum akhirnya masuk ke dalam dan menutup pintu ruang ganti itu meninggalkan Eddy dan juga Matt yang masih berdiri dengan bingung melihat reaksi perempuan cantik itu.
Dengan riang ia merapikan rambut merahnya, ia memakai bedak dan lipstik yang membuat bibirnya terlihat merah menggoda, setelah merasa puas dengan make up-nya kini ia merapikan pakaianya yang berupa dress berwarna merah muda.
"Baiklah, Kerelyn, sekarang dia tidak mungkin bisa menolakmu," ucapnya di depan kaca sambil melihat pantulan dirinya, dan dengan percaya diri ia-pun keluar dari ruangan itu.
Seperti yang telah diperkirakannya, Daniel Winchester tidak mungkin menolak untuk membantu orang yang sedang 'kesusahan' apalagi orang itu adalah artis cantik dan tetangganya sendiri. Dan disinilah Kerelyn saat ini, duduk di dalam mobil Mustang berwarna biru dengan dua garis vertikal putih di depannya, tepat di sebelah Daniel yang sedang menyetir.
"Maafkan aku karena merepotkanmu, aku tadinya mau ikut Eddy ke kantor polisi dulu tapi dia melarangku, dia bilang itu bahaya untukku takut ada wartawan dan akhirnya menjadi gosip. Sedangkan Matt, dia ada shooting iklan jadi katanya tidak bisa mengantarku karena takut terlambat," ucap Kerelyn dengan wajah memelas.
"Tidak apa-apa, lagi pula kita memang satu arah."
"Tapi bukannya kau ada janji dengan teman-teman dan adikmu?"
Seperti biasa setiap jumat dan sabtu malam Daniel akan berkumpul dengan teman dan adiknya di apartemen Emily.
"Gerard menelepon, dia memintaku membawa film apapun selain fash and furious atau twilight saga," ucap Daniel sambil tersenyum.
"Apa mereka tidak menyukai film-film itu?" Tanya Kerelyn bingung.
"Tidak, justru si kembar sangat menyukai film-film itu bahkan kami sudah hafal di luar kepala dialog mereka semua. Emily selalu menangis setiap melihat Paul Walker sampai menghabiskan stok tisu, dan Alexa bahkan rela untuk digigit vampire asal itu Edward Culan."
Ucapan Daniel itu sukses membuat Kerelyn tertawa, dia memang sangat menyukai kedua adik Daniel, mereka berdua memiliki kepribadian seperti magnet yang membuat semua orang ingin dekat dan melindungi mereka.
"Mereka sangat menyenangkan. Aku harap bisa bertemu dengan mereka kembali suatu hari nanti," ucap Kerelyn sambil tersenyum, saat ini mereka tengah berada di dalam lift apartemen.
"Hei, kenapa kau tidak ikut denganku sekarang?" Tanya Daniel yang sukses membuat Kerelyn terbelalak tak percaya dengan apa yang didengarnya, suara bel yang memberi tanda kalau mereka sudah sampai di lantai tujuan tak membuat perempuan itu bergeming.
"Maafkan aku, seharusnya aku tahu kau pasti sangat lelah dan akan beristirahat."
"Tidak! Aku tidak lelah sama sekali, aku akan ikut denganmu!" Seru Kerelyn memotong ucapan Daniel yang salah mengartikan sikap diamnya itu sebagai penolakan.
"Baiklah kalau begitu... aku akan menjemputmu sepuluh menit lagi?"
"Ok, lima menit," jawab Kerelyn dengan semangat yang membuat Daniel tersenyum.
"Ok... sampai jumpa lima menit lagi," ucap Daniel sambil mengangguk sebelum pergi meninggalkan Kerelyn yang masih tersenyum lebar tak percaya kalau akhirnya Daniel mengajaknya bertemu kembali dengan adik dan juga teman pria itu. Dengan perasaan membuncah ia membuka pintu apartemennya tapi langkahnya terhenti ketika petugas keamanan memanggil namanya.
"Seperti biasa hadiah dari fans untuk anda, Miss. Howard," ucap pria berkulit hitam dengan tubuh tegap itu dengan ramah.
"Terima kasih, Charlie," Kerelyn berkata sambil mengambil tumpukan hadiah yang disodorkan pria itu.
"Kami sudah memeriksanya dan semua aman," lapor pria itu sebelum pamit meninggalkan Kerelyn yang tengah menatap sesuatu yang menarik perhatiannya yang berada ditumpukan teratas hadiah-hadiahnya yaitu satu tangkai bunga tulip putih dengan bercak merah di setiap kelopaknya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
apa ini berhubungan dengan masa lalunya?kenapa selalu dapat bunga tulip putih...
aku malah ingetnya ke sprei dia waktu kecil
2024-02-19
0
Al Fatih
apa aq saja ya yg terlambat ketemu cerita sebagus ini
2023-03-19
2
ohana
kereeen
2022-06-17
0