Bab 4 "Kebingungan."

"Jadi, bagaimana rasanya mengulangi perputaran waktu karena kematian?" tanya Nagita.

Sambil menuruni tangga. Nagita perlahan memperbaiki roknya dan berusaha menyeimbangi langkah kaki Rian.

Melihat Nagita yang kesusahan. Membuat Rian sedikit jengkel dan memintanya untuk membenarkan terlebih dahulu sebelum berjalan. Rian berkata kalau tindakan Nagita mampu membahayakan dirinya sendiri karena ketika menuruni tangga malah terfokus pada roknya.

Kedua langkah kaki Rian bergerak menuruni tangga dan langsung menunggu Nagita sambil bersandar pada dinding koridor. Rian

masih tidak percaya malah terseret dengan salah satu gadis paling populer di sekolah dan perputaran waktu yang menyebalkan ini.

"Aku sudah melakukannya," balas Nagita dengan cepat, "Bagaimana jika kita bersantai sejenak? Orang yang kumaksud tidak akan pergi, kok."

"Benarkah? Aku semakin penasaran. Pasti orang itu adalah orang yang mempunyai banyak waktu luang."

Nagita tertawa kecil dan menjelaskan kalau orangnya imut. Dia meminta Rian untuk tidak melakukan hal yang aneh kepadanya.

Mendengar perkataan Nagita membuat Rian termenung. Dia tidak mengerti apa yang dikatakannya. Jadi, Rian menanggapinya dengan memiringkan alis.

Nagita tersenyum lalu mengarahkan telunjuknya ke bagian dagu seolah-olah sedang berpikir.

"Orang itu dikenal sebagai Hantu Perpustakaan. Panggilan yang unik, 'kan?" tanya Nagita.

"Hantu perpustakaan?" tanggap Rian, "Tentu saja. Itu nama panggilan yang begitu aneh. Aku bahkan belum pernah mendengarnya. Apa orang yang kau maksud itu adik kelas?"

Nagita mengangguk kecil. Dia kembali melontarkan pertanyaan yang sebelumnya diarahkan ke Rian. Melihat kegigihannya, membuat Rian luluh dan pasrah dengan tindakan Nagita.

Dengan cepat, Rian menceritakan kematiannya. Yang sebenarnya, tidak memiliki rasa sakit layaknya bangun dari tidur. Jadi, Rian sesekali berpikir kalau perputaran waktu ini hanyalah mimpi.

Mendengar perkataan Rian, membuat Nagita terdiam untuk sesaat. Beberapa detik kemudian dia tertawa lepas.

Rian masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia mengerutkan dahinya dan menganggap kalau Nagita memiliki otak yang agak rada-rada.

Lalu Nagita bergumam kalau itu sama persis seperti yang terjadi padanya. Tepatnya tentang kematian dan perputaran waktu.

Rian terkejut mendengar apa yang dilontarkan oleh Nagita. "Kau, jangan bilang?"

"Ah, aku belum menceritakannya kepadamu ya?" balas Nagita sambil tertawa kecil.

Rian langsung memegang pundak Nagita dengan erat. Dia menyeret Nagita ke dinding dan meminta Nagita menceritakan semua yang dia tahu.

Melihat apa yang dilakukan oleh Rian. Nagita sedikit terkejut dan mengalihkan pandangannya. Entah bagaimana, kedua matanya mengembang. Menyaksikan itu, membuat Rian sadar kalau tindakannya begitu berlebihan. Jadi, Rian langsung melepaskan kedua tangannya.

"Ah, maaf," ucap Rian, "Terkadang aku begitu bersemangat ketika membahas sesuatu yang menarik."

Nagita menghela napas panjang dan tersenyum kecil. Dia berkata kalau dirinya juga terkejut dengan apa yang dilakukan Rian.

"Sebenarnya aku juga mati di perputaran waktu pertama," lanjut Nagita.

Rian mengerutkan dahinya. Dia tidak menyangka kalau Nagita akan semudah itu mengatakan hal tersebut. Seolah-olah, dia terlihat pasrah dengan keadaanya.

Kedua kaki Andra melangkah ke belakang dan bersandar pada dinding koridor. Dia bertanya-tanya tentang kematian yang dialami oleh Nagita.

Nagita menceritakan kalau dirinya tertabrak sebuah mobil truk yang melintas di depan gerbang sekolah.

Rian menarik napas dengan berat. "Oke, itu mengerikan. Maksudku, sudah pasti tubuhmu akan hancur terburai di atas jalan. Tapi, seingatku, tidak pernah ada kecelakaan di depan sekolah."

"Itu terjadi di malam hari," balas singkat Nagita.

Rian mengangguk cepat. Dia mengerti situasinya. Kemungkinan besar, Nagita tertabrak truk setelah keadaan sekolah kosong.

"Tapi, aku penasaran," ujar Rian, "Itu sudah pasti terjadi disaat seluruh anggota OSIS dan guru telah meninggalksn sekolah. Sebab kalau ada insiden seperti itu. Aku pasti akan melihat obrolan di grup tentang kematianmu."

Nagita bertepuk tangan. "Kau pintar juga. Aku benar-benar meremehkanmu. Walau begitu, kamu pasti tidak akan percaya dengan apa yang akan kukatakan selanjutnya."

"Apa itu?" Tanya Rian dengan penasaran.

Nagita dengan segera mengambil pulpen di saku roknya. Lalu menggambar sesuatu pada permukaan dinding yang putih. Awalnya, Rian berniat untuk menghalanginya.

Tapi, tiba-tiba dia teringat kalau mereka sama-sama terjebak dalam perputaran waktu. Rian tidak jadi melakukannya, karena sudah pasti semuanya akan kembali ke keadaan semula.

Nagita menggambar dua buah lingkaran. Pada lingkaran pertama, dia menambahkan panah yang bergerak memutari si lingkaran.

"Oke, biasanya ini penggambaran tentang time loop. Aku sebelumnya menanyakan ke beberapa orang yang menyukai cerita fiksi seperti ini," jelas Nagita, "Normalnya semua orang yang terlibat dalam perputaran waktu ini. Mempunyai waktu yang sama rata."

Rian mengangguk pelan sambil berusaha memahami apa yang ingin dikatakan oleh Nagita. Setelah mendapat respon dari Rian, Nagita menggambarkan panah di lingkaran kedua. Namun, kali ini berbeda. Dia menggambarkan beberapa lingkaran lainnya.

"Tunggu. Ini memusingkan," potong Rian, "Bisa kau jelaskan ke poin intinya?"

Nagita langsung merapihkan pulpennya. Kedua kakinya bergerak mengarah ke balkon dan menatap ke tanah.

Entah bagaimana, apa yang ditahan oleh Nagita membuat dahi Rian mengerut. Dia penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Nagita.

Nagita menarik napas panjang lalu tersenyum kecil. "Mungkin ini terdengar mengada-ngada seolah-olah, aku gila. Tapi, apa kau percaya? Jika aku sebenarnya sudah mati lebih dari yang kau bayangkan dan telah terjebak dalam time loop sialan ini?"

Rian melongo karena bingung harus mengatakan apa kepada Nagita. Suasana yang mendadak canggung, membuat Nagita menghembuskan napas berat. Tanpa berpikir panjang, Nagita langsung terjun dari balkon.

Kedua langkah kaki Rian langsung bergerak ke arah balkon dan memperhatikan apa yang terjadi kepada Nagita. Rian berteriak memanggil namanya dari koridor lantai atas sekolah. Noda merah perlahan mengalir dari kepala Nagita.

Sialnya suara panggung yang menutupi suasana seisi sekolah. Membuat Nagita yang terjun dari koridor lantai atas tidak disadari oleh semua orang.

Kedua langkah kaki Rian bergerak ke arah tangga dan menuruni tangga sekolah dengan tergesa-gesa. Sesampainya di lantai ketiga, mulai terdengar jeritan suara beberapa perempuan dari lantai bawah.

Belum saja, Rian menuruni tangga kedua. Tangan kanannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Kedua mata Rian langsung menoleh dan melihat ada sesosok gadis yang belum pernah dia lihat.

Dengan kacamata merah yang terpasang diwajahnya yang bulat dan rambut pendek model bob. Ditambah kecanggungan yang gadis itu ciptakan. Membuat Rian menyadari untuk sesaat. Kalau gadis itu sedikit pemalu.

"Bi-biarkan saja. Kak Rian," ucap dengan pelan si gadis berkacamata, "Kak Nagita memang suka melakukan hal gila macam itu."

"Eh?" tanggap Rian dengan cepat, "Ngomong-ngomong, kau siapa?"

"Namaku Amanda Geisya," jawab Amanda, "Kelas 10. Seperti yang awalnya ingin kusampaikan. Aku juga terjebak dalam perputaran waktu ini!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!