Bab 3 "Penghuni Atap Sekolah."

Setelah kejadian yang menimpa Rian dan Naura terulang kembali. Mereka berdua memutuskan untuk melakukan penyelidikan secara terpisah. Naura ingin bertemu dengan seseorang yang dia yakini, mampu menjelaskan peristiwa ini.

Rian memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah. Dengan alasan ingin memantau seluruh kegiatan. Terkadang beberapa anggota OSIS mengangguk dan mengerti atas alasan yang dijelaskan oleh Rian.

Dengan kedua langkah kaki yang pelan sambil menyaksikan seluruh koridor lantai satu. Rian masih terbawa suasana riang dan cerita yang dibawakan oleh orang-orang di sekolah.

Mau dilihat bagaimanapun juga, acara pentas seni sekolah berakhir sukses. Rian tahu faktanya karena dia sudah melihat akhir dari pentas seni.

Rian menatap tajam ke arah majalah dinding sekolah yang memuat poster berisi seluruh kegiatan tiap kelas. Dia melihat poster kelas 2-C yang memutar film buatan sendiri dengan tema fiksi ilmiah. Rian tidak tahu ceritanya seperti apa. Namun, dengan poster yang menampilkan beberapa anak SMA, Rian tahu itu kisah masa muda.

Mengingat kisah tentang fiksi ilmiah. Rian tiba-tiba teringat dengan novel yang pernah dia baca di masa lalu. Ceritanya tentang Time Loop atau dikenal sebagai Perputaran Waktu.

Rian jadi bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang menimpa dirinya dan Naura merupakan peristiwa Time Loop?

Tiba-tiba terdengar suara ricuh dari kejauhan. Rian yang penasaran, mulai bergerak untuk memeriksa keadaan. Tepat di depan tangga, Rian menemukan seorang gadis berambut hitam panjang dengan tatapan dingin. Dia juga mengenakan jaket berwarna hitam.

"Bukankah rok mu terlalu pendek?"

"Ini murid baru benar-benar jual badan, ya?"

"Padahal tampangnya imut dan pendiam. Tapi, dia gaul juga."

Rian baru mengingatkannya. Gadis itu cukup populer karena sulit diajak berbicara. Seorang gadis pindahan yang terkenal dingin dan fokus pada buku. Namanya Nagita Viara.

Tiba-tiba seseorang dari belakang Rian menepuk pundaknya. Rian dengan cepat berbalik dan menemukan satu perkumpulan para gadis yang suka bikin onar di sekolah.

"Oi, Rian! Lu itu OSIS. Masa ngeliat ada murid baru make rok sependek itu. Lu malah diam aja?!"

"Tau nih, pengecut!"

"Masa giliran kita. Malah dilarang dan jadi korban razia para guru."

"Tegur dong!"

Rian menghembuskan napas berat. Dia pusing mendengar ocehan kakak kelasnya. Sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepala. Rian memejamkan mata beberapa kali.

"Baiklah-baiklah. Nanti gue tegur. Udah sana pada balik!" Balas Rian dengan kesal.

"Awas aja lu. Kalau misalnya gak negur tuh anak baru. Nanti kerjaan lu, gue lapor ke pembimbing OSIS."

Rian mengangguk kecil. Setelah kepergian kelompok gadis yang mempunyai banyak nama, salah satunya, kelompok pembuat onar. Kedua langkah kaki Rian bergerak mengikuti si Nagita.

Nagita yang merasa diikuti oleh seseorang langsung tertawa kecil dan berlari menaiki tangga dengan semangat. Rian yang menyadari pergerakan Nagita mendadak cepat. Malah terbawa suasana, dia tidak ingin tertinggal olehnya.

Sesampainya di atap sekolah yang langsung terpapar sinar matahari. Nagita berdiri tepat dibawah pohon yang berada di tengah-tengah atap sekolah.

Singkatnya ada taman kecil di atap sekolah yang sering ditempati oleh beberapa murid. Tapi, hari ini tidak ada orang di atap. Sebab semuanya sedang bersenang-senang di bawah.

Rian yang terengah-engah langsung berjalan kecil menghampiri Nagita. Dia bertanya mengapa rok Nagita hari ini begitu terbuka.

"Padahal, kudengar kau adalah anak yang baik. Tapi, mengapa rok yang kamu kenakan hari ini malah di atas lutut?" tanya Rian.

"Aku hanya penasaran. Bagaimana rasanya menjadi seorang gadis nakal yang suka melanggar peraturan sekolah," jawab Nagita sambil duduk di kursi taman, "Apa ada masalah?"

Rian menghembus napas berat. "Jelas itu masalah. Kenyataannya kamu melanggar peraturan sekolah. Lagipula memangnya kamu tidak malu bagian yang ada di dalam rok itu diintip oleh orang lain?"

"Eh ... tidak kusangka. Rian yang terlihat penyendiri di OSIS mampu berpikir seperti itu."

"Bukankah kau sama saja?" lanjut Rian, "Kau juga seorang penyendiri, 'kan?"

"Benar juga sih...."

Rian dengan segera menyeret topik utamanya. Dia tidak ingin berbasa-basi dengan Nagita lebih lama. Rian takut dirinya malah menghambat pekerjaan OSIS.

"Kalau begitu. Sekarang turunin roknya," ucap Rian dengan tegas, "Aku harus turun ke bawah buat membantu yang lainnya."

"Santai Saja. Aku mengenakan celana hitam pendek, kok. Aku minta izin hanya untuk hari ini, oke?"

Rian mengerutkan dahinya. Dia langsung mengangguk pelan dan meminta Nagita untuk tidak berkeliaran di keramaian. Sebab kehadiran Nagita mampu membuat nama OSIS jelek. Karena kepala sekolah sangat membenci murid yang melanggar peraturan.

"Santai saja," balas singkat Nagita.

Dengan segera, Rian melangkahkan kakinya dan berniat untuk meninggalkan Nagita. Namun, belum saja Rian membuka pintu atap. Nagita tertawa lepas.

"Cara mati dengan dipukul dibagian belakang itu. Sangatlah lucu," ejek Nagita.

Mendengar ejekan Nagita. Rian sontak berbalik dan meminta konfirmasi apa yang sebenarnya Nagita lihat.

"Selamat datang di perputaran waktu tanpa akhir ini," sapa Nagita.

Rian langsung menghembuskan napas berat. Dia kembali ke tempat Nagita dan duduk di sebelahnya. Nagita yang melihat Rian bergerak secara terpaksa hanya bisa tersenyum kecil.

"Bukankah kau ingin melanjuti tugasmu sebagai OSIS?" tanya Nagita.

Rian memejamkan matanya sambil bersandar pada kursi taman. "Bagaimana aku bisa melanjutkan tugasku sebagai OSIS. Kalau semuanya akan kembali lagi di pagi ini."

Nagita terkekeh. "Sia-sia, bukan?"

Rian mengangguk kecil. Lalu dia menanyakan Nagita tentang bagaimana perputaran waktu itu terjadi kepadanya. Rian ingin memastikan orang-orang yang terseret dalam perputaran waktu.

"Apa kau pernah menonton film Fiksi Ilmiah? Tentang Time Loop. Layaknya sang Protagonis dalam film tersebut. Aku juga tidak tahu. Bagaimana semua ini terjadi," jelas Nagita, "Kalau dari sudut pandangmu? Bagaimana semua ini terjadi?"

Rian mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Setelah kegiatan hari ini selesai. Aku pulang dan tidur. Lalu terbangun kembali di ruangan yang sama. Ruang OSIS."

"Ah, OSIS menginap di sekolah, ya?" tanya Nagita, "Itu membuatku iri."

Rian menggelengkan kepala karena tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Nagita. "Apa yang membuatmu iri? Sejujurnya, kegiatan OSIS sangatlah melelahkan."

"Ya, aku iri. Sebab kau punya rumah kedua."

Tiba-tiba embusan angin menerjang atap. Melihat ekspresi Nagita, membuat Rian sadar. Nagita menyimpan sesuatu yang begitu berat.

"Ah, maaf. Aku malah membicarakan hal yang aneh-aneh," potong Nagita untuk memperbaiki suasana.

Rian menggelengkan kepala. "Tak apa. Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"Benar juga," jawab Nagita sambil berpikir sejenak, "Bagaimana jika bertemu dengan seseorang yang nasibnya sama dengan kita?"

Rian terkejut. Dia tidak menyangka kalau masih ada orang lain yang terjebak dalam perputaran waktu ini.

Terpopuler

Comments

Tee

Tee

Akhirnya ada FMCnya

2023-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!