Anak Bebal

Walau sudah memenangkan balap melawan Thunderbolt yang diwakili oleh Max, pimpinan mereka. Nyatanya, Max masih belum mau menerima kekalahannya. Dia justru hendak membalas kepada Razka di kemudian hari.

"Sialan loe, beraninya mengalahkan Max. Di lain waktu, gue yang bakal bikin loe layaknya seorang pecundang!"

Kembali ke markas Thunderbolt yang kalau itu mendengungkan musik beraliran rock, Max meraih sebotol v*dka dan menegaknya langsung. Pria itu benar-benar frustasi usai dikalahkan Razka. Terlebih sejauh ini, Max adalah penguasa jalanan. Pebalap yang tidak hanya memiliki kecepatan, tapi juga skill.

"Gue gak akan terima. Suatu hari nanti, gue bakalan cari loe. Gue akan buat pembalasan lebih dari ini kepada loe!"

Kekalahan dari anak bau kencur yang seolah merusak reputasi Max. Thunderbolt selalu di depan dan tak mengenal arti kata kalah.

***

Sementara itu di markas ARC, seluruh member merayakan kemenangan Razka. Bahkan kali ini, anak-anak menyiapkan anggur merah (Amer) untuk merayakan kemenangan itu.

"Razka!"

"Razka!"

"Razka!"

Sementara Razka yang sejak tadi dielu-elukan namanya memilih cuek. Seakan tidak terjadi apa-apa. Kemenangan atas Max Thunderbolt juga bukan merupakan hal yang fantastis untuknya. Bahkan sekarang Razka memilih untuk diam.

"Kita rayakan pake Amer yuk, untuk kemenangan Razka ini," teriak Hanz teman baik Razka di ARC.

"Gue gak minum. Gak dibolehin Bokap," balas Razka.

Memang begitulah Razka. Senakal apa pun dia dan bagaimana dia menyukai balapan motor, tapi dia enggak minum seperti itu. Selain itu, Bokapnya memang pernah melarangnya untuk minum minuman keras beralkohol.

"Dikit aja, Raz. Loe udah jadi Hero hari ini untuk ARC," ucap Raga dengan menyodorkan segelas Amer untuk Razka.

"Gak usah, Bro. Gue bersih dari alkohol," balasnya.

"Dikit aja. Buat ARC," sahut Raga.

Pandangan Razka jatuh ke segelas minuman beralkohol berwarna merah itu, lalu meraihnya. Tanpa banyak kata, Razka meneguknya. Hanya satu gelas kecil, usai itu Razka menaruh gelasnya di atas meja, kemudian Razka menatap Raga dan Hanz di sana.

"Gue balik, Bro. Thanks,"pamit Razka.

Razka kembali menunggangi kuda besinya, kemudian dia mengenai helm full face miliknya. Sudah lebih dari tengah malam, sekarang dia melajukan motor racingnya untuk pulang ke rumah. Jalanan ibu kota yang lengang dengan angin malam yang menusuk tulang, membuat Razka melajukan motornya dengan cepat.

Hanya setengah jam, Razka sudah tiba di rumahnya. Namun, cerdiknya Razka sebelum memasuki gerbang rumahnya, Razka mematikan mesin sepeda motor terlebih dahulu supaya tidak membangunkan Papanya yang ada di dalam. Dengan hati-hati, Razka memarkirkan motornya. Kemudian dia memasuki rumahnya dengan sangat hati-hati. Berusaha tidak menimbulkan suara apa pun. Lampu di rumahnya pun sudah gelap, semua lampu sudah dipadamkan. Hingga, tiba-tiba terdengar deheman yang menghentikan langkah kaki Razka.

"Ehem, baru pulang?" suara pria yang sangat familiar bisa didengar oleh telinga Razka.

Perlahan, satu lampu di ruang tamu menyala dan seorang pria berusaha 45an tahun berdiri dari kursi di sana. Menatap Razka dan mengamati penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lantas pria itu berjalan mendekat ke arah Razka. Tercium aroma anggur merah di sana dan wajah Razka yang tentunya juga memerah lantaran dia tidak pernah minum sebelumnya.

"Kamu hari kelakuanmu makin bagus, Raz! Anak gak bisa diatur! Bebal kamu, Raz!"

"Pa, ini bukan seperti yang Papa lihat," elak Razka mencoba untuk membela diri.

Tangan Papanya terulur menonyor kepala Razka. "Kamu bau alkohol, Raz. Papa pernah bilang apa ke kamu? Sekali pun kamu suka balap dan racing, jangan hancurin hidupmu dengan alkohol, narkoba, dan rokok. Papa beri kelonggaran kamu dengan dunia balap, tapi kamu udah keterlaluan!"

Ya, Papa Allister, benar-benar marah kepada Razka. Dia merasa gagal untuk mendidik Razka menjadi pemuda yang dan memiliki masa depan yang cerah. Dengan semua yang Razka lakukan sekarang rasanya Razka tidak akan sukses di masa depan.

"Pa, Razka tidak minum," elaknya lagi.

Papa Allister menggelang dan tersenyum miring menatap putranya itu. "Papa mengenalmu, Raz. Walau kamu gak mengenal Papamu dengan baik, Papa sangat tahu anaknya. Dari napas kamu, wajah kamu, atau aroma anggur yang tercium ketika kamu memasuki rumah, semua itu tidak bisa dibohongi, Raz. Lalu, sekarang jam berapa? Besok waktunya sekolah dan kamu justru seperti ini. Besok hari pertamamu di Kelas 12. Satu semester ini, kalau nilaimu turun dan tidak ada universitas yang menerima nilai rendahmu itu, Papa akan mengirim kamu ke London untuk tinggal dengan Mamamu."

"Papa mengancam Razka?" tanyanya.

"Tanyakan pada dirimu sendiri, Raz. Jakarta atau London. Kalau ingin berada di Jakarta, turuti Papa. Raih nilai terbaik dan jauhi dunia motormu itu," balas Papa Allister lagi.

Hingga akhirnya, Papa Allister meninggalkan putra bebalnya itu seorang diri. Membiarkan Razka masih berdiri di tempatnya. Menurut Papa Allister jika memang Razka memiliki niat untuk tinggal di Jakarta, bersamanya pastilah Razka akan berusaha keras untuk memenuhi syarat yang dia lakukan.

"Duniamu itu tidak benar, Razka. Apa yang nanti kamu hadapi di depan tidak selesai dengan memacu kuda besi. Papa harap kamu tahu niat baik Papa di balik semuanya ini," gumam Papa Allister dengan menapaki anak tangga menuju ke dalam kamarnya.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Good Papa....
Ayo Razka... Dengarkan&lakukan nasihat Papamu....😊💪

2023-05-03

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-04-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!