Planet Tartara, juga dikenal sebagai Benua Arcana, adalah dunia yang benar-benar luar biasa! Di sini, para penyihir, pahlawan, magical beast, petualang, pemburu, kultivator, bahkan dewa, hidup dan bernapas dengan arcana sebagai sumber kekuatan dan kehidupan mereka. Tak heran jika mereka terlihat begitu kuat dan perkasa!
Tapi jangan salah, dunia ini bukanlah surga yang damai. Sebaliknya, di sini terdapat banyak monster menakutkan dan iblis yang selalu siap untuk menyerang. Dan lokasi yang belum dijelajahi, seperti gua-gua gelap dan hutan lebat yang misterius, selalu menunggu untuk dijelajahi oleh para petualang yang berani.
Tapi itulah yang membuat dunia ini menjadi sangat menarik! Bukan hanya karena keunikan dan keanehannya, tetapi juga karena rasa takut yang menghantui setiap orang yang menjelajahinya. Siapa yang tidak akan terkesima oleh keberanian para kultivator yang berjuang melawan raksasa-raksasa mengerikan yang masih menghuni suatu tempat di benua ini?
Jadi, seseorang yang ingin mengalami petualangan tak terlupakan dan menghadapi rintangan luar biasa, Benua Arcana adalah tempat yang tepat! Dibandingkan dengan planet-planet yang lain. Tapi hati-hati, karena mungkin saja seseorang menemukan sesuatu yang lebih mengerikan daripada yang terbayangkan sebelumnya!
Saat Shin kembali melihat pemandangan yang mengerikan, bahkan lebih mengerikan dari sebelumnya. Sejenak ia hanya bisa terdiam, seolah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Dan kemudian, suara tangisan yang memilukan itu keluar dari mulutnya, mencerminkan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam.
Di sekelilingnya, ia hanya melihat kepala-kepala yang terpotong dari tubuh anggota klan Ayano, terpasang di ujung tombak-tombak yang tertancap di tanah. Darah mengalir seperti sungai, dan tubuh-tubuh tanpa kepala tergeletak di mana-mana. Suasana yang gelap dan menyeramkan menghampiri, seolah meresap ke dalam jiwa Shin dan membuatnya merasakan betapa sia-sia kejadian ini.
Bulan tersembunyi di balik awan, seakan tak mampu menahan kesedihan atas tragedi ini.
Namun, dengan segala rasa sakit dan kesedihan yang menghancurkannya, Shin masih tetap berusaha untuk tetap tegar. Ia berjalan di antara mayat kerabatnya dengan langkah yang gemetar, setiap langkahnya seakan seperti menjejak pada paku-paku tajam yang menusuknya dengan kekejaman. Namun, ia tetap melangkah dengan keberanian yang luar biasa.
Shin melangkah maju dengan langkah yang begitu perlahan, hampir mirip dengan gerakan zombie yang lambat, menuju sebuah kepala yang ditempelkan ke ujung tombak dengan sangat kejam. Kepala itu berasal dari seorang perempuan yang ekspresinya begitu menyedihkan, membuat perasaan Shin semakin hancur.
Air mata Shin mengalir begitu deras, seolah-olah dia menjadi air terjun hidup yang mengalir tanpa henti. Saat ia berada tepat di depan kepala itu, rasa sakit dalam hatinya semakin terasa, dan terdengar suara hisapan dan tangisannya yang begitu menyayat hati.
"Kenapa ... kenapa ini harus terjadi?" gumamnya dengan suara terputus-putus, seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Ketika Shin menangis, tangisannya semakin menjadi-jadi, dan dapat membuat hati orang lain ikut merasakan kesedihannya. Wajahnya begitu merah, serta matanya membengkak karena air mata yang keluar secara berlebihan. Bayangkan saja, remaja berusia lima belas tahun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan, dan dalam semalam itu hampir membuatnya kehilangan akal sehat.
Namun, berkat keberadaan seorang perempuan yang muncul dalam ingatannya saat ia pingsan, Shin masih bisa bertahan hidup dan berhasil lolos dari serangan monster yang ganas.
Saat Shin sedang meratapi peristiwa tragis tersebut, tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar dan berisik menghantam telinganya.
"Mati saja kau! Dasar bajingan yang tak berharga!"
Kata-kata tersebut disampaikan dengan lantang dan mengandung kebencian yang meluap-luap. Tak lama kemudian, suara desingan pedang yang ganas terdengar dan memecah keheningan di sekitarnya. Shin, yang awalnya terus menangis, akhirnya terdiam dan menyadari bahwa ada orang yang masih hidup di sana..
Dengan segera, Shin mengarahkan langkahnya ke arah rumah besar yang terlihat kokoh dan utuh. Ia berlari dengan penuh semangat dan mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya. Hatinya penuh harapan untuk menemukan sosok dari anggota klannya yang masih hidup.
Dengan sekejap, Shin tiba di depan pintu rumah besar dan tanpa ragu ia menendang pintu tersebut dengan sekuat tenaga. Dentuman keras yang tercipta dari tendangan Shin membuat pintu terbuka dengan cepat. Ketika ia melihat ke dalam, ia terkejut melihat dua orang yang sedang beradu pedang dengan begitu lincah dan cekatan.
"Tetua?" Shin berkata dengan suara pelan dan terdengar oleh dua orang yang beradu pedang itu.
Mendengar suara Shin, orang yang disebut tetua olehnya berbalik dan melihat ke arah Shin dengan tatapan yang penuh amarah. "Kau? Kenapa kau yang datang kemari?! Bukankah aku sudah menyuruh Rey untuk mencari bantuan dari orang-orang kuat?!" teriak tetua tersebut dengan nada yang begitu marah sehingga hampir membuat telinga Shin berdengung.
Ketika Shin mendengar ucapan spontan dari tetua tersebut, rasa sakit hati langsung menyelimuti hatinya. Namun, ia mampu mengendalikan emosinya dengan tangguh dan mengesampingkan perasaan negatif tersebut.
Tiba-tiba, lawan tetua itu muncul di belakangnya dan menusuk tepat ke jantung sang tetua. Shin, yang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya, langsung berlari ke arah orang itu dengan menyisakan retakan kecil di bekas tapakan kakinya. Ia mengeluarkan serangan tinju yang terbungkus oleh api membara dan menghantam leher orang misterius yang mengenakan pakaian seperti ninja, hingga membuatnya terlempar ke arah dinding dengan kekuatan dahsyat. Tepat pada saat itu, tombak yang tertancap di dinding menusuk tubuh orang tersebut dengan sangat brutal dan mengeluarkan isi perutnya.
Setelah itu, Shin menatap tetua yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang tak berdaya. Perlahan-lahan, ia merangkul tubuh tetua itu ke dalam pelukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Tak lama setelah itu, tetua tersebut berkata dengan suara yang lemah, "K-kau ... Aku tidak me-menyangka bahwa orang yang datang itu adalah kau."
Shin hanya menatap tetua itu dengan mata yang penuh kesedihan, meskipun sebelumnya ia telah dihina dan dicaci maki oleh tetua itu. Namun, dalam hatinya Shin merasa sangat prihatin melihat kondisi tetua itu yang tergeletak di lantai dan membutuhkan pertolongan segera.
"Uhuk ... Uhuk ...." Darah tersembur keluar saat tetua batuk dengan lemah.
"Tetua Mang, tolong jangan bicara terlalu banyak sekarang," ucap Shin sambil mengeluarkan sihir penyembuh. Di depan tangannya, tercipta lingkaran sihir berwarna hijau yang memancarkan cahaya terang.
Kemudian, dengan gemetar, tetua Mang membuka cincin penyimpanan di jari manisnya dan mengeluarkan sebuah kubus hijau giok transparan yang tampak begitu indah. Dengan suara yang hampir redup, ia menginstruksikan Shin untuk menjaga benda itu dengan hati-hati, seolah hidupnya bergantung padanya.
"Jaga ini ... jangan sampai jatuh ke tangan orang lain." Meskipun suaranya halus, kalimat tetua Mang terdengar begitu serius dan penuh peringatan, seakan-akan ada bahaya besar yang mengintai.
Shin menerima kubus tersebut dari tangan bergetar tetua Mang dengan hati-hati, merasakan bobot benda itu yang seakan berisi kekuatan besar. Tatapan serius Shin mengindikasikan betapa pentingnya benda tersebut. Ketika ia memandangi kubus hijau giok itu, sinarnya memantul dari permukaan transparan, menciptakan cahaya yang membuatnya terpesona dan perasaan misterius meliputi Shin. Kubus itu melayang-layang di atas telapak tangannya.
Tidak lama setelah itu, tetua Mang yang sudah menghadap kematian dengan sangat cepat menyerukan pesan terakhirnya dengan suara serak yang memilukan, "Shin ... Shin ... Segera temui Rhea dan meminta bantuannya." Ungkapan tersebut terdengar dengan nada penuh urgensi.
Sayangnya, belum sempat Shin memberikan balasan atas permintaan terakhir sang tetua, nyawa sang tetua telah terlepas dari tubuhnya. Shin menghela nafas dalam-dalam, sedih melihat kepergian sang tetua di depan matanya.
Akhirnya, dengan penuh keyakinan dan tekad, Shin merelakan sang tetua pergi dengan tenang dan berkata, "Aku akan menemukan dalang dibalik kekejaman ini dengan segala cara yang aku miliki!" Shin menegaskan kalimatnya dengan tegas, menunjukkan bahwa ia tak akan mundur sekalipun harus menghadapi rintangan besar.
Maka tanpa ragu, Shin meraih cincin penyimpanan yang masih ada di jari tetua Mang dan mengenakannya dengan cepat. Kubus giok hijau transparan yang berada di hadapannya pun segera dimasukkan ke dalam cincin penyimpanan oleh Shin dengan gerakan lincah. Seakan-akan ia menggenggam kekuatan yang sangat besar, membuatnya lebih bersemangat untuk menemukan kebenaran dan mengakhiri semua ketidakadilan.
Sebelum berangkat, Shin mengusap cincin itu dengan lembut dan dengan gemetar keluarlah sebuah botol kecil yang berisi ramuan berwarna biru yang menyala sebiru lautan.
"Ramuan pemulihan arcana?" Botol itu diambil dan di buka dengan hati-hati, lalu Shin meminum isinya. Pemulihan arcana yang cepat terasa di dalam tubuhnya, membantu mengembalikan kekuatan dan kejernihan yang sempurna.
Shin merasa dirinya kembali segar dan kuat, setiap serat dalam tubuhnya terasa seperti menggeliat dengan tenaga. Ketika ia berdiri di depan pintu, Shin memutar badannya dan melihat sekali lagi ke arah tetua Mang yang telah tiada. Sebuah kepedihan dan kehilangan yang mendalam menyelimuti dirinya, tetapi ia memaksakan diri untuk pergi, mengejar keadilan yang pantas untuk dibawa.
Kembali berjalan di antara mayat-mayat yang tertancap di tombak, Shin merasa dirinya lebih kuat dan lebih tegas. Dia tidak lagi merasa ketakutan seperti yang dirasakannya sebelumnya, tetapi kesedihan yang mendalam masih menyelimuti dirinya.
Sebelum meninggalkan gerbang kediaman klan Ayano, Shin berbalik dan menatap ke arah kepala gadis yang tertancap kaku dengan ekspresi sedih yang memilukan. Shin mengucapkan kata-kata yang penuh penyesalan, "Shela, maafkan aku karena tidak bisa melindungimu."
Shin akhirnya meninggalkan tempat itu dengan pemandangan yang mengerikan. Terlepas dari itu semua, mereka semua adalah anggota klan Ayano dengan marga yang sama dengan Shin, dan tidak ada yang bisa melindungi mereka dari kekejaman yang terjadi.
Kini dengan tubuh yang sudah terisi penuh dengan arcana, Shin melesat seperti cahaya ke tempat terakhir dia bersama Rey. Ia berlari dengan kecepatan yang luar biasa, terlepas dari rintangan dan bahaya yang menghadang di sepanjang jalan.
Malam itu terasa sangat panjang dan suram, terlebih lagi setelah bencana yang terjadi. Tidak ada yang tahu kapan sang surya akan kembali menampakkan dirinya, dan ketidakpastian itu menambah rasa ketegangan di udara..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Ayano
Kek main game padahal bukan 😓
Pengen cepet-cepet pagi tapi masih mencekam yak
2023-05-10
1
Ayano
Trigger balas dendam
2023-05-10
0
Ayano
Aduh.... renyah banget. Ngebayangin ada suara
Jleb pas nusuk jantung terus suara sreeet pas ngoyak isi perutnya
Aduh... berasa banget gore nya 🤤
2023-05-10
0