Zaman kedamaian dimulai tepat setelah berakhirnya perang besar sepuluh ribu tahun yang lalu. Di zaman ini, pengetahuan manusia tentang arcana telah mencapai puncaknya dan dianggap sebagai hal utama dalam diri seseorang. Oleh karena itu, arcana menjadi sebuah kunci penting dalam kehidupan manusia pada zaman tersebut.
Tanpa arcana, manusia akan kehilangan kemampuan untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan yang ada di dunia. Arcana juga memberikan kekuatan dan kepercayaan diri kepada manusia untuk mengembangkan potensi dan mencapai tujuan hidup mereka.
Arcana adalah sumber energi atau kekuatan magis yang digunakan oleh seluruh makhluk hidup. Arcana merupakan energi mistis yang dapat ditemukan di alam semesta dan dimanfaatkan oleh individu yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan sihir. Meskipun dapat digunakan untuk berbagai tujuan, penggunaan arcana juga dapat menimbulkan efek samping dan risiko yang berbahaya. Jika digunakan secara berlebihan, energi ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang bahkan kematian dalam kasus yang ekstrem.
Dalam keputusasaan, Shin menyadari bahwa tidak mungkin lagi untuk menyelamatkan kedua orang itu dari cengkeraman gadis kecil yang berubah menjadi monster. Namun, pandangan mengerikan dan sadis dari tubuh terbelah menjadi dua dari atas kepala hingga ke bawah membuatnya terperangah. Monster tersebut merobek tubuh korban dengan kejam, dan darah segar yang kental menyembur dengan keras ke arah wajah dan bajunya, memenuhi tubuh Shin dengan warna merah yang sangat menakutkan. Sepertinya, ini adalah adegan terburuk yang pernah ia lihat, dan keadaannya membuatnya merasa seperti sedang terjerat dalam neraka yang sebenarnya.
"Aaaaargh!"
Seperti tidak mampu lagi menanggung beban dari pemandangan tersebut, Shin mengeluarkan teriakan histeris yang semakin memekakkan telinga. Shin jatuh terduduk di tanah dan memegangi bagian belakang kepalanya dengan kuat layaknya orang yang tidak waras. Kondisi mentalnya benar-benar terguncang dan membuatnya merasa seakan-akan berada di tengah neraka yang penuh dengan pemandangan mengerikan dan keji.
Pandangan Shin menjadi kabur, seolah-olah dunia sedang terputus darinya dan memberi sinyal bahwa ia akan pingsan. Rasa sakit di kepalanya membuatnya tidak bisa lagi mengatasi stres yang dialaminya. Akhirnya, Shin roboh dan terkapar tanpa daya di tanah yang dingin. Dia berusaha menoleh ke arah mayat orang tadi, tetapi pandangannya sudah tidak jelas lagi. Yang terlihat sekarang adalah monster yang sedang menikmati sisa-sisa mayat yang sudah tak berbentuk. Shin tak bisa menahan lagi, kesadarannya perlahan-lahan menghilang hingga membuatnya terlelap tak sadarkan diri.
Sementara itu, monster yang dulu adalah gadis kecil dan kini telah berubah menjadi pemakan manusia, sudah sampai pada santapan terakhirnya. Tindakan kejamnya membunuh dan memakan orang tuanya sendiri telah mencapai titik terkejam yang sulit untuk diungkapkan. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa sadisnya perbuatan monster ini, sulit bagi siapa pun untuk membayangkan keadaan yang sedemikian kejam dalam benak mereka.
Monster mengerikan itu akhirnya menyadari bahwa tidak ada lagi daging yang bisa dimakan dari mayat yang tergeletak di tanah, dan memalingkan pandangannya ke Shin yang terkapar tak berdaya. Dalam keadaan lapar yang tidak tertahankan, monster itu melangkah sempoyongan mendekati Shin dengan niat untuk memakannya. Suasananya sangat menegangkan dan seram, seolah-olah terdapat kekuatan ghaib yang menarik mereka berdua ke arah satu sama lain.
Sebagai ifrit menjelang sang surya, ketika Shin hampir-saja terhanyut dalam ketiadaan, tiba-tiba terlihat seorang gadis berambut perak melintas dalam pikirannya dan berteriak dengan kencang, "Kak Shin!" dan membuatnya sadar dengan kondisi yang kembali stabil.
Seketika itu juga, Shin terbangun dari pingsannya seolah-olah tersambar petir. Nafasnya terasa sangat berat dan ia merasa seperti sedang dikejar oleh malaikat maut. Ketika ia menoleh, ia melihat monster mengerikan tersebut sedang melangkah perlahan ke arahnya dengan nafsu makan yang sangat kuat, membuatnya panik dan berkata, "Aku harus pergi!"
Setelah bangkit dengan tergesa-gesa, Shin merasa ingin segera melarikan diri dari monster yang mengerikan itu. Pandangannya kembali terpaku pada sisa-sisa mayat yang tergeletak di sekitarnya, dan rasa sakit hatinya tak bisa dihindari meski ia berusaha untuk memaklumi situasi yang terjadi.
"Tak ada yang salah dengan mereka," batin Shin sambil menatap penuh simpati pada kedua orang yang telah terbunuh. "Mereka hanya menjadi korban ketidaktahuan dan ketakutan."
Tetapi Shin tak bisa berlama-lama memikirkan hal itu. Ia tahu bahwa ia harus melarikan diri dari monster itu secepat mungkin. Dengan langkah yang cepat dan hati yang berat, ia berlari menjauh dari tempat kejadian.
Namun, setelah berlari beberapa saat, Shin merasa takut dan khawatir saat ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan melihat ke belakang. Hati Shin berdebar kencang, dan ia melihat monster itu masih terdiam di tempatnya, seakan tidak bergerak sedikit pun.
"Apakah monster itu takut padaku?" pikir Shin dengan penuh keheranan. "Atau mungkin ia sedang berpura-pura untuk menipuku?"
Seketika itu juga, kepala kelabang dari monster itu tiba-tiba memanjang dengan lebih mengerikan, membuat bulu kuduk Shin merinding dan takjub. Namun, rasa takjub itu tak bertahan lama, karena apa yang dilakukan oleh monster itu semakin menjijikkan.
"Astaga! Apa-apaan itu!" teriak Shin dengan lantang saat melihat monster kelabang. Rasa takut dan ketidakpercayaan menyelimuti hatinya.
Monster kelabang itu tiba-tiba tersedak oleh sesuatu dan membuka mulutnya dengan lebar. Kemudian, dengan suatu cairan yang menjijikkan, sebuah kepala tengkorak muncul keluar dari dalam mulutnya yang besar. Shin merasa mual dan hampir muntah melihat pemandangan yang sangat menggangu itu. Rasa takut dan kengerian membuat Shin terdiam dan tidak bisa bergerak.
Namun, keadaan semakin parah ketika monster kelabang itu mulai mengejar Shin dengan kecepatan kilat setelah memuntahkan sisa makanannya. "Aku harus pergi dari sini secepat mungkin!" pikir Shin, yang kini merasakan rasa takut yang lebih besar dari sebelumnya.
Shin hanya terus berlari, menyadari bahwa monster kelabang itu masih mengejarnya. Namun, ia merasa sangat tidak berdaya karena tidak memiliki cukup arcana untuk mengeluarkan sihir dan melawan monster tersebut. Dalam keadaan panik, otaknya menjadi kosong dan tidak bisa memikirkan rencana selanjutnya.
Sementara itu, bangunan-bangunan yang dikelilingi oleh api menciptakan suasana yang sangat panas dan memperburuk keadaan. Bangunan-bangunan itu terus roboh dan hampir saja mengenai monster kelabang yang mengejar Shin. Setelah melihat kejadian itu, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Shin.
Tanpa berpikir dua kali, Shin mempercepat larinya menuju ke arah empat bangunan yang hampir roboh. Ia naik ke atas puing-puing dan dengan lantang berteriak, "Hey, monster jelek! Kemari lah!" Suaranya bergema di antara puing-puing dan menciptakan suara yang sangat menakutkan.
Monster kelabang itu terkejut dan menghentikan langkahnya sejenak. Shin melihat kesempatan itu dan segera memancing monster kelabang itu untuk mengikutinya. Mereka berlari dan melompat dari bangunan yang satu ke bangunan lainnya, menciptakan suasana yang sangat menggetarkan. Meskipun Shin merasa takut, ia terus memancing monster kelabang itu dengan teriakan dan gerakan yang dramatis.
Shin berlari dengan tak henti-hentinya, dikejar oleh monster kelabang yang semakin dekat dengan setiap detiknya. Saat akhirnya ia tiba di tempat yang ia perkirakan sebelumnya, Shin merasa jantungnya berdegup kencang.
Ketika empat bangunan besar runtuh, monster kelabang itu terperangkap di antara puing-puing. Shin menatap ke arah kepala monster yang berusaha masuk ke tubuh gadis kecil itu. Sebuah kepala gadis kecil yang sebelumnya terbelah menjadi empat bagian, terbentuk kembali.
Dalam detik-detik terakhir sebelum bangunan menimpa gadis kecil itu, ia menatap Shin dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dalam kondisi genting itu, Shin merasa hatinya seakan tersayat-sayat. Gadis kecil itu berbicara dengan bibirnya yang bergerak dan berkata, "Terima kasih!" Sebuah senyum terukir di wajahnya, sebelum akhirnya ia tertimpa oleh bangunan itu dan Shin tidak dapat menahan teriakan kepedihan yang keluar dari dadanya.
Shin tidak hanya merasa sedih, tetapi juga sangat bersalah terhadap Rena. Ia membawa Rena ke orangtuanya yang akhirnya menjadi korban tindakan Shin sendiri. Selain itu, Shin merasa menyesal telah menjebak gadis kecil itu hingga tertimpa bangunan. Ia bingung dengan senyum terakhir yang diberikan oleh gadis kecil itu, yang terasa begitu mistis dan mengguncang hatinya.
"Dengan segala tragedi yang terjadi, semoga kau bisa beristirahat dengan tenang di alam sana," ucap Shin dengan suara serak, sambil berusaha menahan air mata yang ingin keluar.
"Tapi sekarang bukan saatnya untuk meratapi kejadian ini lebih lama. Aku harus bergegas!" Dengan tekad yang sudah sangat mantap, Shin melanjutkan perjalanannya ke kediaman klan Ayano dengan langkah yang tegar, meskipun hatinya masih dilanda perasaan sedih dan bersalah.
Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam, tetapi keadaan kota seolah-olah sedang memasuki siang hari karena api yang menyala masih membara dengan ganasnya. Keheranan yang menggelikan, tidak ada pertolongan yang tiba di tempat tersebut. Apakah seluruh kota Aeras sudah menjadi lautan api dan kuburan?
Shin tiba di gerbang masuk kediaman klan Ayano dengan jiwanya hampir terguncang. Saat ia menatap ke sekeliling, pemandangan yang sangat mengerikan muncul di hadapannya. Darah mengalir deras dan membanjiri area tersebut, membuatnya hampir merasa gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Ayano
Baru napas udah ngeliat beginian lagi 😓
2023-05-02
0
Ayano
Kamu berhasil menyelamatkannya 😭😭
Meskipun sangat sedih akhirnya
2023-05-02
0
Ayano
Regenerasi nya cepet
2023-05-02
0