Rangga dengan cepat turun dari motornya. Pria itu berlari kemudian menendang tubuh lelaki yang mencekik Cinta.
"Brengsek!" teriak lelaki bertubuh besar itu.
Rangga mendekati Cinta. "Lu nggak apa-apa?" tanyanya khawatir. Baru kali Rangga merasa begitu khawatir terhadap seseorang selain ketiga sahabatnya. Apalagi, yang membuat Rangga khawatir itu adalah seorang perempuan.
Cinta memegangi lehernya. Gadis itu terbatuk, mencoba mengatur napasnya, setelah beberapa saat lalu napasnya hampir saja berhenti akibat cengkraman tangan besar pria itu.
Rangga bernapas lega saat melihat kedua mata Cinta kembali terbuka. Rasanya, Rangga ingin sekali menyentuh gadis itu. Namun, Rangga mengurungkan niat karena menghargai Cinta.
"Lu nggak apa-apa?" tanya Rangga kembali.
"Aku nggak apa-apa. Rangga, awas!" Kedua bola mata Cinta melotot. Gadis itu berteriak kaget. Detik berikutnya, tubuh Rangga sudah jatuh terkapar dengan darah yang mengalir di kepalanya.
"Rangga!"
Pria bertubuh kekar dengan tato yang memenuhi tubuhnya itu tersenyum sinis sambil melempar balok kayu yang baru saja dia pakai untuk memukul Rangga.
"Berani-beraninya lu datang ke sini, hah?!" Pria bernama Wiro itu menendang perut Rangga. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali.
Cinta berulang kali mendorong tubuh besar Wiro agar berhenti memukuli Rangga. Namun, pria itu justru berbalik menendang Cinta hingga tubuh gadis itu ikut terkapar di samping Rangga.
"Ayah, aku mohon hentikan!" Cinta berteriak. Namun teriakannya tidak terdengar sama sekali. Air mata Cinta berderai.
Tak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya akibat tendangan Wiro, Cinta kembali menghalangi perbuatan sang ayah yang masih memukuli Rangga.
"Ayah, aku mohon, hentikan! Dia bisa mati di tangan Ayah. Hentikan, aku mohon ...." Cinta menangis. Gadis itu terus menahan kaki Wiro agar tidak lagi melayang pada tubuh Rangga yang kini tergeletak tak berdaya.
Cinta kemudian dengan gerakan cepat memeluk tubuh Rangga saat sang ayah tiba-tiba kembali meraih balok kayu untuk memukul Rangga.
Kedua mata Rangga yang masih sedikit terbuka dan sedikit buram karena darah yang mengalir dari kepalanya melotot saat melihat tubuh Cinta yang ambruk di atas tubuhnya saat pria bertubuh kekar itu memukul gadis itu dengan sekuat tenaga.
"Ci–Cinta." Rangga sungguh tidak mengira kalau gadis itu mengorbankan diri untuk menolongnya.
"Brengsek! Wanita ******! Berani-beraninya kau menghalangiku!" Wiro kembali menendang tubuh Cinta yang sudah tidak sadarkan diri.
Wanita di samping pria itu tersenyum puas melihat gadis bercadar itu tergeletak tidak berdaya.
"Dasar wanita tidak berguna! Kau sama saja seperti ibumu! ****** tidak tahu diri! Percuma saja kau memakai pakaian tertutup jika kelakuanmu seperti pelacur!" Lelaki bernama Wiro itu berteriak seperti orang kesetanan sambil sesekali kembali menendang tubuh Rangga dan Cinta yang sudah tidak sadarkan diri.
"Anjing! Bangsat!"
"Brengsek!"
"Bajingan!"
Wiro tersentak mendengar suara makian dari ketiga remaja yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh amarah.
Bryan, Adam dan David menggeram marah saat melihat Rangga yang terkapar bersimbah darah.
"Bajingan! Berani-beraninya lu mukulin temen gue!" David berteriak marah.
Ketiga remaja berusia delapan belas tahun itu kemudian mengamuk dan memukuli Wiro. Beberapa orang yang berada di dalam rumah yang awalnya hanya diam saat melihat aksi Wiro memukuli Rangga dan Cinta satu persatu keluar.
Namun, saat mereka keluar, ketiga remaja yang sedang dikuasai oleh amarah itu langsung menghajar mereka. Adam bahkan beberapa kali memukuli mereka satu persatu menggunakan tongkat bisbol yang dia bawa.
Sementara itu, Bryan dan David melawan Wiro yang akhirnya terdesak dan tersungkur. Tidak mau membuang waktu keduanya kemudian memukul dan menendang tubuh Wiro dengan membabi buta.
"Bangsat! Berani-beraninya lu mukulin temen gue, Anjing!" David menendang perut Wiro hingga membuat pria bertubuh besar itu berteriak kesakitan.
Sementara itu, Adam menatap wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan itu dengan tatapan membunuh.
Tangan Adam terulur mencekik leher wanita itu.
"Bilang sama gue, kenapa temen-temen lu mukulin Rangga?"
"Am–ampun ... le–pas–kan!" Wanita bernama Meliana yang merupakan ibu tiri Cinta menatap Adam dengan kedua mata memerah. Wajahnya yang sedari tadi tersenyum puas melihat Rangga dan Cinta terkapar itu kini terlihat pucat dengan air mata yang membasahi pipinya.
Napasnya terhenti di tenggorokan.
"Cepat katakan! Apa alasan lu mukulin Rangga?!" Adam kembali berteriak.
"Adam! Kita harus membawa Rangga dan gadis itu ke rumah sakit!" Teriakan David menyadarkan Adam. Lelaki itu melepaskan cengkeramannya kemudian mendorong tubuh Meliana hingga wanita itu terjatuh.
Meliana meringis kesakitan saat merasakan kepalanya terbentur tembok. Wanita itu terbatuk sambil memegangi lehernya.
Adam membantu mengangkat tubuh Cinta dan Rangga. Beberapa warga yang tadi sempat melihat kejadian berusaha menolong ketiga remaja itu.
Salah satu di antara mereka bahkan meminjamkan mobilnya untuk membawa kedua remaja yang terluka parah itu ke rumah sakit.
"Maafkan kami karena kamu tidak berani bertindak untuk membela teman kamu." Seorang wanita paruh baya berkata pada Adam sambil menangis.
"Kasihan, Cinta. Hampir setiap hari mereka memukuli gadis itu sampai pingsan."
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
tertebak sudah
2024-01-25
1
🌷💚SITI.R💚🌷
ya Allah...ada bpk kaya gitu..ini pasti hasutan dr ibu tiriy cinta..itulh laki2 yg ga tegas bisa mudah di pengaruhi wanita yg ga ada belas kasihan..
2023-05-17
0
Ade Suharto
masih teka teki
2023-05-05
0