RUMAH SAKIT

Mobil yang membawa Rangga dan Cinta melaju menuju rumah sakit. Ketiga temannya mengikuti mobil itu dari belakang.

Adam menitipkan motor Rangga di rumah salah seorang warga yang meminjamkan mobilnya untuk mereka.

Beberapa saat sebelum kejadian, Bryan, David dan Adam merasa ada yang aneh dengan Rangga. Biasanya, saat Rangga mengatakan kalau dia ada urusan sebentar, lelaki itu memang benar-benar sebentar pergi dan kemudian kembali lagi ke markas jika memang mereka sedang berkumpul.

Mereka bertiga menunggu Rangga untuk merayakan kemenangan pria itu karena telah berhasil mengalahkan Darion dan dan berhasil membawa motor baru milik rivalnya itu sebagai hadiah balapan.

Namun, setelah beberapa jam menunggu, sahabatnya itu tidak muncul juga. Mereka akhirnya berinisiatif untuk menyusul Rangga dengan bermodal GPS pada ponsel mereka.

Mereka bertiga merasa heran saat melihat motor Rangga yang terparkir di depan sebuah rumah sementara yang punya motor tidak terlihat. Ketiganya memekik kaget saat melihat apa yang terjadi. Di sana, mereka melihat sahabat mereka sedang dipukuli dengan membabi-buta.

"Jika terjadi sesuatu pada Rangga, gue bersumpah! Gue bakal bikin orang-orang itu menyesal!" batin Adam sambil melajukan motornya dengan kencang mengejar mobil yang membawa Rangga ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, beberapa perawat mendorong brankar dan meletakkan tubuh Rangga dan gadis bercadar itu di atas brankar yang berbeda kemudian kembali mendorong brankar dengan tergesa menuju ruang IGD.

Ketiga sahabat Rangga duduk dengan gelisah di ruang tunggu. Sementara itu, tetangga yang ikut menolong membawa Rangga dan Cinta sudah terlebih dahulu pulang.

Adam terlihat gelisah, begitupun dengan David dan Bryan. Mereka tidak menyangka kalau Rangga bisa berurusan dengan orang-orang itu.

"Kalau kita tidak datang tepat waktu, entah apa yang terjadi padanya." Adam menghela napas panjang.

"Lu bener, Dam. Untung kita nurut apa kata David, kalau nggak, kita bakal nyesel seumur hidup. Gue nggak yakin kalau Rangga bakal selamat. Bajingan itu mukulin Rangga dengan membabi buta. Brengsek!" Bryan mengepalkan tinjunya.

"Kira-kira, siapa cewek bercadar itu? Kenapa Rangga tiba-tiba bersamanya? Perasaan, Rangga nggak pernah ada cerita sama kita-kita tentang cewek bercadar itu 'kan?" David menatap kedua sahabatnya yang menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Apa ada sesuatu yang Rangga sembunyikan dari kita? Kenapa kita tidak pernah tahu kalau dia punya teman lain selain kita? Lagipula, bukannya Rangga itu alergi cewek? Kenapa tiba-tiba dia bisa dekat sama tuh cewek? Mana bercadar lagi!" Adam menatap kedua sahabatnya yang sama-sama merasa bingung sekaligus heran dengan apa yang terjadi pada Rangga.

Rangga itu orangnya selalu terbuka pada ketiga temannya. Meskipun wajahnya datar tanpa senyum, tetapi, Rangga adalah orang yang sangat peduli pada sahabat-sahabatnya.

Lelaki itu akan melawan siapapun seandainya ada yang mengusik salah satu sahabatnya. Selama ini dia selalu menceritakan apapun masalahnya pada ketiga sahabatnya. Namun, entah kenapa Rangga tidak menceritakan tentang gadis bercadar itu pada mereka.

"Mungkin dia belom sempet cerita sama kita." Adam menatap David dan Bryan.

"Lu tahu 'kan, Rangga tidak pernah merahasiakan apapun dari kita?" lanjut Adam yang diangguki oleh kedua sahabatnya.

"Semoga mereka berdua baik-baik saja."

"Tapi lukanya cukup parah, Dam, Rangga tidak akan pulih dalam waktu dekat. Padahal jadwal balapan minggu depan. Nggak mungkin kita mundur dari balapan. Nama Tiger taruhannya." Bryan menatap kedua temannya dengan tatapan putus asa.