5

Daniel memasuki ruang kantornya. Sepanjang perjalanan dari mulai pintu masuk kantor, sampai ke ruangannya dia keheranan atas sikap karyawannya yang tidak seperti biasa. Mereka berkerumun, sambil berbisik-bisik seperti membicarakan seseorang. Daniel sampai harus berdehem beberapa kali agar karyawannya menyadari kedatangannya.

Sampai di depan ruangannya, Sari, sekretarisnya pun tengah asik mengobrol dengan sekretaris HRD, Fitri.

"Masa sih umurnya 29tahun?" Daniel menangkap percakapan sekretarisnya itu.

"Iya.. kan aku udah liat CV nya.." jawab Fitri.

"Gila.. aku aja yang masih 25 tahun, keliatan lebih tua dari dia... huhu" timpal Sari merengek.

Sari gelagapan melihat bosnya sudah dekat dengan mejanya. Dia langsung berdiri dan menyapa bosnya, begitu juga dengan Fitri. Fitripun segera pamit kembali ke ruangannya setelah menyerahkan amplop coklat besar pada Sari.

Sari membuntuti Daniel masuk ke ruangannya, dengan sabar menunggu Daniel melepas jasnya kemudian meletakkannya di sandaran kursi.

"Ada apaan sih ribut-ribut? Dari pintu masuk, sampe ke meja kamu juga pada asik gosip.." Ucap Daniel sambil menyalakan laptopnya.

"Staf keuangan yang baru pak.. cantiiiiikk banget.. kayak artis." Ujar Sari lebay. Sesekali dia mengusap perutnya yang memang sedang hamil 4bulan. Dalam hati dia berharap kalau anaknya perempuan juga bisa secantik staf baru itu.

Daniel hanya menyunggingkan sebelah bibirnya. Tak ingin tahu lebih jauh tentang karyawan baru itu.

Dia segera memerintahkan Sari menyebutkan apa saja agendanya hari ini. Setelah selesai semua, Sari menyerahkan amplop coklat dari Fitri tadi, kemudian pamit kembali bekerja.

Daniel membuka amplop tersebut. Tertegun memandangnya. Betapa hatinya menciut, jantungnya berdebar kencang, kaki dan tangannya seperti lemas tak bertenaga. Ternyata amplop tersebut berisi CV staf keuangan yang baru.

CV Marsyanya..

CV Maca Bidadari Surganya...

Daniel sampai tidak menyadari Udin yang sudah ada di ruangannya. Membawakannya sarapan dan secangkir kopi seperti biasa.

"Sarapannya, Pak.." Udin sengaja menaikkan volume suaranya melihat bosnya itu yang tidak bereaksi saat dia masuk ruangan, bahkan saat Udin mengucapkan 'selamat pagi'.

Daniel hanya mengangguk. Matanya tidak lepas sedetikpun dari berkas CV di depannya.

Udin yang penasaran, iseng melirik berkas yang dilihat bosnya sembari meletakkan piring yang berisi nasi bungkus di meja Daniel.

"Cantik banget ya, Pak.." kata Udin setelah tahu apa yang dilihat Daniel. Selembar pas photo ukuran 4x6 di atas berkas CV Marsya.

"Iya.." gumam Daniel, mengundang tawa Udin yang dengan cepat ditahan.

"Saya udah kenalan langsung.. Aslinya lebih cantik daripada fotonya pak.."

Daniel yang mendengar itu langsung menyadari kebodohannya di depan OBnya itu. Dia segera menutupi berkas CV Marsya dengan amplop dan berkas lain sekenanya.

"Siapa yang nanya. Udah sana cepet keluar.." Kata Daniel yang semakin membuat Udin terkekeh lucu, kemudian pamit keluar ruangan.

Daniel bukanlah boss yang otoriter dan kejam. Dia bisa serius untuk urusan pekerjaan, tapi Kalau tak ada hubungannya dengan pekerjaan, dia sesekali melemparkan gurauan pada karyawannya. Daniel juga sebisa mungkin mengerti dan mengenal kehidupan pribadi karyawannya, meski tidak bermaksud mencampuri. Karena itulah, Daniel sangat disegani oleh semua karyawannya.

Telepon di meja kerja Daniel berdering.

"Sudah terima CV karyawan baru kita?" Rupanya Dio yang menelepon, HRDnya.

"Hmm.." Daniel hanya menjawab singkat.

"Oke kan?"

"Apanya yang oke? Dia ga punya pengalaman kerja gini.." Daniel tiba-tiba bisa membaca pikiran kotor HRDnya yang playboy itu.

'Pasti nih kunyuk nerima Marsya karena Macaku yang cantik' batin Daniel dalam hati.

"Dia lulusan terbaik UGM, bos.. Walopun dia ga ada pengalaman kerja di perusahaan lain, dia punya usaha cafe dan bakery yang cukup sukses di Jogja. berarti manajemennya oke banget kan.."

Daniel tersenyum. Entahlah apa dia pantas merasa bangga, tapi mendengar kesuksesan Marsya ada rasa bahagia terbesit di hatinya.

Daniel kembali membuka CV Marsya.

Marsya Anzalina Firdaus. Cinta pertamanya semasa kuliah dulu. 7 tahun Daniel mencari keberadaan Marsya sampai hampir gila. Tapi hari ini ini, takdir justru mengantarkannya sendiri kesini, ke perusahaannya.

Ternyata gadisnya itu selama ini ada di Jogja. Kota yang tak pernah terpikirkan oleh Daniel. Setau Daniel, Marsya tidak punya keluarga ataupun sanak saudara di Jogja. Marsya bahkan melanjutkan kuliahnya yang terputus di tengah jalan di kampus ternama di daerah istimewa itu, dan merintis usaha toko kue seperti yang dicita-citakannya sejak dulu.

"Nanti Marsya akan memperkenalkan diri ke ruangan bos.." suara Dio dari seberang sambungan telepon mengejutkan Daniel.

"Jangan hari ini, aku sibuk." kilah Daniel cepat. Dia sungguh belum siap bertemu dengan Marsya. Bagaimana kalau hatinya tak bisa diajak kompromi? Bagaimana kalau kakinya tak bisa dikendalikan untuk tidak langsung menghampiri Marsya dan memeluknya di depan karyawan yang lain? Bagaimana kalau...

Belum selesai Daniel menata hatinya, mengendalikan debaran jantungnya, Sari, sekretarisnya sudah berada di ruangannya, meminta ijin untuk Bu Ana yang ingin bertemu dengannya.

Dan ya, sudah ada Marsya pula di balik badan bu Ana.

Daniel terkesiap. Tangan kirinya masih memegang gagang telepon.

"Wah sepertinya aku terlambat. Bu Ana sudah bawa Marsya ke ruangan kamu. Padahal pengenku aku yang ngenalin Marsya ke Pak bos.. biar ada alasan ketemu Marsya.. eh malah..." Dio nyerocos di ujung telepon, Daniel bahkan tidak bisa mendengar perkataan Dio, dia langsung menutup teleponnya.

"Pagi, Pak Daniel.." sapa Bu Ana, kepala divisi Keuangan.

Daniel mengangguk singkat. Dia memandang Marsya sekilas. Takut kalau-kalau imannya tak kuat menahan gejolak rindunya.

Meskipun hanya sekilas, Daniel sudah bisa menangkap kecantikan Marsya yang semakin dewasa dan menarik. Bahkan lebih cantik dari Macanya 10tahun yang lalu, yang membuat Daniel menjatuhkan hatinya. Sekarang di paham alasan kenapa seisi kantornya mengagumi kecantikan Marsya.

Pesona Marsya memang tak terbantahkan. Marsya merias wajahnya dengan warna-warna soft yang sangat cocok dengan dirinya, bibirnya yang tebal sexy semakin memukau dengan lipstik yang dipoles ombre. Marsya memakai setelan kemeja putih bergaris hitam dengan 2 kancing teratas dibiarkan tidak terpasang, rok sepan mini warna peach, dan dipadu padankan dengan sepatu high heels warna senada.

"Ini Marsya pak, Staf keuangan yang baru." lanjut bu Ana, memperkenalkan Marsya.

Daniel kembali mengangguk. Dia berpura-pura sibuk, membolak balik tumpukan berkas di mejanya. Kemudian mengangkat kepalanya melihat ke arah bu Ana dan Marsya.

"Selamat bergabung, Mbak Marsya. Semoga kamu bisa beradaptasi dengan cepat, dan berkontribusi untuk perusahaan kita." ucap Daniel.

Marsya yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya, menatap Daniel kemudian mengangguk dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Terima kasih, Pak.." jawab Marsya singkat. Dia kembali menundukan pandangannya.

'oh.. suara itu.. Suara yang kurindukan setengah mati.' batin Daniel. Sebisa mungkin dia menahan hatinya. Menahan debaran jantungnya. Dengan susah payah dia menahan mulutnya untuk tidak berteriak, 'Aku kangen banget sama kamu, Ca..!!'

Terpopuler

Comments

Alma Idah

Alma Idah

penasaran gmana ceritanya daniel nikah sama sarah

2022-03-15

1

Dwi Alviana

Dwi Alviana

baper q thor

2021-10-13

0

bubu riri

bubu riri

terbaper-baperr

2021-07-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!