4

Hari yang cerah. Tibalah hari pertama Marsya bekerja di kantor Daniel. Perasaannya tak menentu. Kadang ia ingin sekali mundur dan menghilang lagi seperti yang ia lakukan 7tahun yang lalu. Tapi di lain sisi, Marsya sangat merindukan Daniel, ingin menyapanya, ingin tahu bagaimana kabarnya.

Marsya keluar dari kamarnya. Menghampiri meja makan yang sudah ada Muthia, adiknya dan Bi Ijah, asisten rumah tangga yang sudah seperti ibunya sendiri. Beliau lah yang merawat dan membesarkan Marsya dan Muthia sepeninggal mamanya. Sedangkan papa Marsya sibuk menjalankan bisnis restorannya.

"Kak Marsya ga tau kalau itu perusahaan milik kak Daniel?"

"tau." jawab Marsya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

Muthia yang tampak lesu hanya melemparkan tatapan bingung pada kakaknya. Dia mengurungkan niatnya untuk menyelidik lebih jauh melihat kebimbangan yang terpancar dari wajah kakaknya, dia pun tak bisa mengabaikan jika hatinya pun sedang galau.

Sedangkan Marsya, dia bisa menangkap ada yang berbeda dari Muthia. Dia tampak pucat dan tak seceria biasanya. Tapi entah mengapa Marsya enggan bertanya. Dia sibuk menata hatinya sendiri.

"kamu ada kuliah hari ini?"

Muthia mengangguk.

"Jangan capek-capek. Kamu kayaknya lagi ga sehat.." Marsya bersiap beranjak dari kursinya. "kakak berangkat duluan ya.."

"kakak naik apa?"

"kakak udah pesen ojol.."

Marsya merapikan baju kerjanya. Dia mengenakan kemeja putih bergaris vertikal dengan rok sepan di atas lutut. Rambut panjangnya dikuncir kuda, dan make up full dengan warna pastel yang lembut.

Sesampainya di kantor, dia disambut dengan tatapan dan perhatian dari seisi kantor. Karyawan pria dan wanita semua tak lepas memandangnya dengan kekagumannya masing-masing. Para pria, tentu saja mengagumi kecantikan dan keindahan tubuh Marsya. Sedangkan para karyawan perempuan, mengagumi kelihaian make up dan penampilan Marsya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka tidak mengerti hati dan pikiran Marsya yang berkecamuk di balik penampilannya yang tampak sempurna.

"Selamat pagi, Boleh tanya dimana ruangan Bu Ana?" Tanya Marsya pada Intan. Dia baru saja memasuki area kerja staf keuangan.

"Kamu karyawan baru disini ya?"

Marsya tersenyum dan mengangguk.

"Aku Intan, kubikel kamu nanti di sini, di sebelah aku."

"Hai.. aku Adel."

"Hai.. Aku Marsya. Senang bisa kenal kalian."

Seketika mood Marsya membaik. Dia sepertinya mendapat teman kerja yang baik dan ramah. Lingkungan kerjanya juga tampak menyenangkan.

"Ruangan Bu Ana di situ. Tapi Bu Ananya belum datang, kamu duduk aja dulu." ujar Adel dengan ramah.

"Halo Mbak Marsya.. nama aku Udin. kalau butuh apa-apa, panggil Udin aja ya. Udin siap membantu." Udin, yang saat itu sedang menyapu ruangan staf keuangan, ikut nimbrung.

"Siap, makasih mas Udin.." jawab Marsya.

"Mbak Marsya ini cantik banget sih. Liat aja orang-orang di sana pada ngintip-ngintip kepo, pengen kenalan sama mbak Marsya juga." Udin menunjuk karyawan lain yang bergerombol dan mencuri-curi pandang ke arah Marsya, sambil sesekali berbisik.

Marsya tertawa kecil karena suara Udin yang terdengar lucu. Udin, OB kantor yang berperawakan kurus kecil, wajahnya selalu dihiasi dengan senyum lebar sumringah, dan suara cemprengnya yang lucu itu benar-benar membuat Marsya melupakan kegalauan hatinya. Dia sejenak lupa memikirkan bagaimana dia nanti akan bersikap saat bertemu dengan Daniel.

"Oh iya, nanti selain kita bertiga, ada Evan juga di divisi keuangan sini, Sya.. Dia orang kepercayaan Bu Ana, karena dia yang paling senior di antara kita semua." jelas Intan.

Marsya mengangguk-angguk.

"Kalau Bu Ana, orangnya baik kok. Tapi dia suka staf yang kerjanya cepat, dan langsung ngerjain apa yang dia perintahin." tambah Intan.

"iya, pokoknya jangan sampai bikin dia ngulangin perintahnya, itu yang bikin dia marah." Adel ikut menambahkan.

"Ehm.. kalau direktur di sini?" Marsya memberanikan diri menanyakan Daniel. Sungguh dia tidak sabar ingin tahu kabar mantan pacarnya itu.

"Pak Daniel? Dia.." Intan baru akan bicara tapi diurungkannya karena melihat kode dari Udin.

Intan dan Adel duduk di kubikel mereka masing-masing. Ternyata Direktur utama mereka telah tiba di kantor.

"Itu Pak Daniel, Sya.. Direktur disini." Intan bisik-bisik sambil menunjuk ke arah Daniel yang sedang berjalan menuju ruangannya.

Marsya sedikit mengangkat kepalanya. mencuri pandang dari balik kubikelnya. Menatap Daniel yang memancarkan pesonanya dengan jelas meski terhalang kaca dan partisi pembatas ruangan. Matanya mengekor mengikuti arah jalan direkturnya itu.

"Ganteng banget kan direktur kita? kayak artis." ucap Intan setelah melihat Marsya menatap Daniel tanpa berkedip. "Tapi sayang, udah punya anak istri." Intan terkekeh.

Marsya menelan ludah, kemudian menurunkan pandangannya. Tersenyum tipis pada Intan. Entah kenapa, Pedih rasanya mendengar orang lain mengingatkannya kalau Daniel sudah menikah, meskipun Dia sudah tahu betul mantan pacarnya itu memang telah beristri. Bahkan Marsya juga mengenal istrinya.

Dialah Sarah. Sahabatnya sejak SMP sampai kuliah, yang saat ini menjadi Nyonya Daniel Wijaya.

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ🍾⃝ᴄͩнᷞıͧᴄᷠнͣı📴

𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ🍾⃝ᴄͩнᷞıͧᴄᷠнͣı📴

sarah sama Daniel itu bukannya kakak adik ya.... 🤔🤔🤔🤔
kalau gak salah ingat sih 😁😁😁😁✌🏻

2022-04-03

1

bunda syifa

bunda syifa

gmn ceritanya si Sarah bisa nikah sama Daniel,..

2022-01-01

0

Dwi Alviana

Dwi Alviana

kok g da yg komen ya pdhl ne cerita lumayan menarik sih di awal

2021-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!