Asha merasa sangat terkejut saat melihat putrinya pulang dengan luka di tangan dan kaki. Meskipun hanya sedikit lecet, tetap saja rasanya pasti sakit.
"Astaga … Bunga. Kamu kenapa, Nak?" tanya Asha yang sangat panik saat Bunga berjalan masuk ke rumah dengan tertatih.
"Bunga jatuh, Bun." Bunga berusaha menyembunyikan kebenaran jika dia baru saja diserempet oleh mobil. Jika Bunga mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, pasti hanya akan menambah beban pikiran bundanya.
"Kenapa bisa jatuh? Dimana kamu jatuhnya? Bunda tadi sudah mencari kamu kemana-mana, tetapi kamu enggak ada. Kamu main kemana, Bunga? Kan Bunda udah pernah bilang jangan main terlalu jauh, apalagi musim hujan seperti ini!" Omel Asha, bundanya Bunga.
"Maaf Bunda, Bunga sudah membuat Bunda sangat khawatir. Bunga gak apa-apa, Bunda." Sepertinya keadaan telah membuat hati Bunga kuat akan cobaan yang selalu saja datang.
"Terus ini siapa yang ngobatin?"
"Tadi Bunga ketemu sama Om yang baik hati. Om itu yang ngobatin luka Bunga dan pesenin Bunga ojek. Pokoknya Om itu baik, Bunda. Bunda harus berterima kasih pada Om itu."
"Iya. Kapan-kapan Bunda akan berterima kasih sama Om itu, tapi dengan syarat kamu gak boleh main jauh dan gak bikin Bunda khawatir lagi. Nanti kalau terjadi apa-apa sama kamu, gimana? Di dunia ini Bunda cuma punya kamu, Sayang." Asha tak kuasa untuk menahan perasaannya. Ia pun langsung memeluk tubuh kecil itu dengan pelan karena tangan dan kakinya terluka.
*
*
Malam yang panjang telah berakhir, karena sang mentari telah menyingsing di ufuk timur. Kilauan keemasan telah membentang luas menyinari belahan bumi. Kicauan burung terdengar merdu dan saling bersahutan. Sepercik harapan tertoreh dalam hati, berharap hari ini cuaca bersahabat, setelah hampir satu Minggu hujan terus mengguyur belahan bumi.
Seperti biasa, pagi ini Bunga sudah siap dengan pakaian seragam sekolahnya. Meskipun Bunga masuk sekolah pu-kul 8 pagi, tetapi pu-kul 7 ia sudah mempersiapkan dirinya.
"Lho, kok pakai baju sekolah?" Asha kaget saat melihat putrinya telah siap dengan seragam TK miliknya. Bunga yang sudah diajarkan kemandirian sejak dini oleh bundanya, kini sudah bisa memakai pakaiannya sendiri.
"Kamu kan lagi sakit. Kenapa sekolah? Bunda udah izin sama Miss Mely, kalau hari ini kamu enggak masuk sekolah, Sayang," ujar Asha lagi.
"Tapi Bunga mau sekolah, Bunda. Di rumah Bunga merasa bosan. Gak bisa main sama teman-teman," celoteh Bunga.
"Tapi kamu masih sakit, Sayang. Kamu libur dulu, ya," bujuk Asha.
"Enggak mau, Bunda. Bunga mau sekolah."
"Ya udah, Bunga sekolah. Tapi Bunda masak dulu, ya."
Semenjak pergi dari kehidupan Askara, Asha mencoba berbagai cara untuk mempertahankan hidupnya. Dulu sebelum Asha melahirkan ia bekerja di salah satu toko kue. Namun, setelah melahirkan ia tak bisa melanjutkan pekerjaannya lagi, karena tak ada yang menjaga anaknya. Beruntung saja dari kecil Bunga tidak rewel sehingga Asha berinisiatif untuk menjadi tukang cuci dan setrika saat usia Bunga masih dalam hitungan 40 hari.
Asha merasa sangat bersyukur, karena upah dari cuci dan setrika baju yang tak seberapa, tetapi bisa untuk menyambung hidupnya. Ya, meksipun terkadang harus buka tutup lobang.
Saat ini Bunga bersekolah di salah satu taman kanak-kanak terdekat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Jika biasanya Bunga akan diantar bundanya dengan berjalan kaki, tetapi tidak untuk hari ini. Hari ini Bunga diantara bundanya dengan naik motor, karena sang bunda kebetulan juga ingin mengantarkan pakaian yang sudah selesai di setrikanya.
Setelah memastikan anaknya masuk kedalam kelas, Asha pun berniat untuk langsung mengantarkan baju-baju yang sudah di setrikanya. Namun, saat hendak menghidupkan motornya seorang ibu dari teman Bunga menegurnya.
"Lho, Bunga sekolah, Bun?" tanyanya.
"Iya. Memangnya kenapa, Bu?" Asha bertanya dengan heran.
"Lho, bukannya Bunga abis keserempet mobil di simpang tiga kemarin, Bun."
"Hah? Kok Bunga gak bilang kalau keserempet mobil? Dia cuma bilang katanya abis jatuh." Asha sangat terkejut apa yang baru saja didengarnya.
"Mungkin Bunga takut dimarahin sama bundanya," celetuk lawan bicaranya.
Asha hanya menggelengkan kepalanya, karena selama ini ia tidak pernah memarahi Bunga. Sebisa mungkin Asha menahan amarahnya agar tak terbawa emosi saat menghadapi lawan bicaranya.
Ia pun menghela napas berat. Sekalipun marah, ia tak akan pernah melampiaskan kemarahannya kepada sang anak. Namun, entah apa yang dipikirkan anak kecil itu sehingga memilih untuk menutupi sebuah kebenaran.
"Tapi untung aja yang nyerempet bertanggung jawab dan langsung membawa Bunga ke rumah sakit terdekat. Syukurlah kalau Bunga gak apa-apa," pungkas wanita itu yang kemudian meninggalkan Asha, karena ingin mengantarkan anaknya ke dalam kelas.
Astaga Bunga ... kenapa kamu sembunyikan hal ini dari Bunda, Nak? Bunda enggak akan marahin kamu.
Kini pikiran Asha semakin tidak tenang dan memilih mengurungkan niatnya untuk mengantar baju-baju itu kepada pelanggannya. Asha memilih untuk menunggu Bunga, untuk memastikan jika anaknya baik-baik saja.
...~BERSAMBUNG~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Neulis Saja
karena keadaan anak yg hrsnya manja banyak mengeluh ketika mendapat masalah ini di usia yg sangat muda hrs berpikir dewasa karena keadaan
2024-08-18
0
Airoh Hasna
bagaimana kalo askara tau bunga anaknya
2023-04-11
1
Maulana ya_Rohman
berbohong krn gak mau nambah beban pikiran ibunya... sungguh dewasa sekali kau Bunga🤧
2023-04-11
1