Sebuah mobil ferari hitam memasuki halaman ketika pagar dibuka. Mobil itu terparkir di halaman depan rumah putih yang cukup besar.
15 menit lalu, setelah menerima telpon dari pemilik rumah ia bergegas menuju kemari.
Seorang pria dengan kaos coklat polos yang dilapisi oleh jaket kulit itu turun dan langsung disambut beberapa pelayan.
“Selamat datang tuan muda Sevant. Tuan Andrew sudah menunggu anda di ruangannya” Pria muda itu mengangguk lalu melangkah ke arah ruang kerja milik Andrew.
Cklek. Pintu ruangan itu terbuka. Andrew menatap sekilas ke arah pria muda yang baru saja masuk dan melangkah mendekat ke sofa.
“Kau sudah datang”ucap Andrew yang dibalas anggukan oleh Mason
“Duduklah” lanjutnya
Mason de servant, pria campuran Indonesia-Spanyol itu kini mendudukkan dirinya di sofa ruang kerja Andrew. Pria itu menatap bingung ke arah Faniya yang menunduk serta Andrew yang mengusap keningnya. Menghilangkan rasa pusing dikepalanya.
“Jadi.. kenapa paman memanggilku?” Tanya Mason setelah jeda beberapa detik
“Mason, jawab dengan jujur. Apa kau menjalin hubungan dengan Faniya dibelakang Ella?”
Mason mematung. Ia tidak menduga Andrew akan bertanya seperti itu. Pria itu menatap Faniya yang berada disebelah sang ayah. Seolah meminta penjelasan atas pertanyaan Andrew.
“Answer me, dude!” kalimat perintah itu membuat Mason mengangguk kaku.
“Sejak kapan?”
“2 bulan yang lalu”
“Apa orang tuamu tau?”
“Belum, rencananya aku akan memberitau mereka sebelum acara pertuangan kami dilakukan. Aku sudah mengatakan pada Ariella dan dia setuju agar pertunangan itu berubah menjadi pertunanganku dengan Faniya.”
“Beraninya kau!”
“Ayah..” Faniya menggenggam tangan Andrew dengan wajah memelas. Lagi untuk kesekian kalinya Andrew menghela napas.
“Apa kau tau Faniya sedang mengandung anakmu!?” ucapan Andrew sontak membuat Mason membatu. Tatapannya terarah pada Faniya yang masih menunduk. Dia mengepalkan tangannya.
“Saya akan bertanggung jawab” dengan suara serak dan ragu Mason menjawab.
“Tentu kau harus” ucap Andrew tegas “Kau sudah melewati batasmu Mason” lanjut Andrew
“Bolehkan saya bertemu dengan Ariella?” Tanya Mason formal. Dia harus meluruskan masalah ini dengan Ariella. sejujurnya Mason sedikit tidak rela jika dia harus mengakhiri hubungannya dengan Ariella. Meskipun mereka sangat sedikit berinteraksi namun wajah Ariella membuat Mason menyukainya.
Hey bung, siapa sih yang tidak menyukai gadis cantik terlebih lagi Ariella selalu dibanggakan oleh Ibu Mason. Tapi sayangnya meski Ariella sangat cantik namun sifatnya yang dingin membuat Ariella terlihat tidak menarik untuknya, telebih lagi Faniya sangat gencar menggoda dirinya hingga semua ini terjadi.
“Ku pikir urusanmu dengan Ella sudah selesai. Aku yang akan menjelaskan semuanya pada Ella. Kau boleh pergi dan jangan lupa beritahu orangtua mu kelakuan anak bajingannya ini” ucap Andrew setelah keheningan beberapa saat yang ditujukan pada Mason.
Mason mengangguk, dia berjalan keluar dengan Faniya yang mengikutinya di belakang dengan senyum lebar.
“Kenapa kamu tidak bilang padaku, Faniya?” Tanya Mason saat keduanya berada di halaman depan
“Aku ingin memberimu kejutan Mason, bukannya ini yang kamu mau? Lepas dari erat perjodohan menggelikan kalian” Ucap Faniya dengan kekehan ringan. Mason tersenyum tipis dan mengusap rambut berwarna pirang milik Faniya.
“Masuklah, angin malam tidak baik untuk kesehatanmu” Mason mengecup kening Faniya dengan lembut lalu masuk ke dalam mobil. Faniya tersenyum lebar, dia melambaikan tangannya pada mobil Mason yang keluar dari gerbang rumahnya
“Saatnya membuat parasite itu pergi” Ucap Faniya dengan senyum merendahkan. Faniya berjalan menuju ruang Andrew. Ayahnya kini tengah berkutat dengan beberapa berkas perusahaan yang menunjukan grafik penurunan yang sangat ekstrem.
Andrew menyenderkan tubuhnya pada kursi. dia mengelus dahinya yang menunjukkan kerutan samar. “Ayah tidak ingin mengatakannya pada Ella?” Tanya Faniya dengan menatap sang ayah.
Andrew menghembuskan nafas kasar. Tangannya beralih menekan intercom yang berada diatas mejanya “Panggil Ariella kemari!” ucap Andrew pada asistennya.
Dalam hati Faniya tersenyum puas, dia benar-benar ingin Ariella pergi. Persetan dengan tuan muda keluarga kaya, Faniya lebih memilih hidup bersama pria tampan seperti Mason, lagipula dia juga sudah kaya jadi biar saja Ariella yang menikah menggantikannya.
Ariella masih terbaring diatas ranjangnya, matanya yang nyaris tertutup kini terbuka saat mendengar suara ketukan pada pintu. Ariella membuka pintu itu dan langsung berhadapan dengan John, asisten Andrew.
“Tuan menunggu anda di ruang kerjanya” ucap John datar. Ariella mengangguk singkat lalu keluar menuju ruang kerja. Ariella menuruni tangga dengan tenang, sesekali dia menatap John yang curi pandang ke arahnya. John terlihat mapan, usianya 30 dan belum menikah, sayangnya Ariella tidak tertarik menjadikan John sebagai pion ataupun pasangannya.
John membukakan pintu untuk Ariella. Ruangan itu terbuka. Ariella menatap Andrew yang sesekali menghela nafas gusar melihat dokumen ditangannya dan disisi lain ada Faniya yang menatapnya dengan senyum mengejek.
“Ella” merasa dipanggil Ariella sontak menoleh ke arah Andrew yang kini menumpukan dagunya pada kedua tangan yang terkepal diatas meja, dia meletakan berkas yang tadi di bacanya.
“Pertunanganmu dan Mason akan dibatalkan.” Ariella mengangguk dalam diam, dia menunggu kelanjutan ucapan Andrew "Menikahlah dengan pria pilihan ayah, menggantikan Faniya” lanjut Andrew, setelah sedikit jeda dalam ucapannya.
To be continuee 💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments