“Yeahh, Momi na pulang!” Dengan kaki kecilnya, saudara kembar Aiko itu berlari terhuyung kanan kiri ke arahnya. Sang Bunda yang baru pulang dari kuliah.
“Hmm, Qila, di mana Aidan? Kau tidak pulang bersamanya?” tanya Ibu mertuanya itu yang duduk bersama Keyra yang pulang duluan bersama Evan tadi karena kelas Qila masih lama, jadi wanita cantik itu pulang memakai taksi dari Aidan.
“Tidak, Ma. Aidan tadi izin mau ke tempat Papa.” Menjawab Ibu mertua sambil menggendong Aila.
“Dadi ndak pulang baleng Momi ya?” tanya Aiko di dekat kaki neneknya dan mendongak kepadanya.
“Tidak, sayang, Dadi ada di tempat kakek kalian,”
"Woah, ama Atok Layy?" tanya Aila.
“Hm, iya. Sekarang Momi ke atas dulu simpan tas,”
“Kalian lanjut main sama aunty Key dan Omah,”
“Siyap, Momi!!” Hormat Aila kemudian mengejar Aiko yang lari kembali ke arah Keyra, disusul Arum mengawasi tingkah cucunya yang menggemaskan itu.
Saat jalan ke arah kamar sendirian, Qila tidak sengaja berpapasan dengan Evan yang mau turun ke bawah.
“Hei, baru pulang?” sapa Evan tersenyum.
“Iya, barusan, Kak,” ucap Qila balas menyapa.
“Hm, Aidan kemana, Qi?” tanya Evan.
“Itu, lagi di tempat Papa,” jawab Qila lalu melewati Evan tetapi pria itu tiba-tiba menahan tangannya. Membuat langkah Ibunda si kembar itu berhenti.
“Oh ya, kapan dia pulang?”
“Aku tidak tahu, tapi malam ini sepertinya telat pulang.” Setelah menjawab, Qila kemudian pergi ke kamarnya, masuk cepat dan mengunci kamar. Sedangkan Evan, tersenyum jahat sambil memperbaiki letak kacamatanya yang longgar. Dalam benaknya, ada kesempatan baru untuknya mendekati Qila nanti malam.
Di perusahaan Rayzard Group. Sebuah rapat sedang berlangsung di salah satu ruangan rahasia. Terlihat Tuan muda ikut bergabung di dalam meeting itu yang tengah membicarakan tentang sosok Black dan Bram yang tiga tahun lalu pernah mengacau markas rahasia mesin waktu mereka dan sampai sekarang dua sosok itu belum diketahui di mana keberadaannya.
Harusnya Evan juga hadir di sana, tetapi Rayden merasa hanya boleh dihadiri oleh orang-orang yang mengetahui kejadian tiga tahun lalu.
Dari keterangan yang ada dan sesuai analisa penyelidikan, dua sosok yang belum terungkap itu memang bukan berasal dari mantan karyawan perusahaan atau gangster mereka, karena selama tiga tahun pencarian, tidak ada orang yang bernama Black atau Bram.
“Pa, kalau memang mereka bukan orang kita, apakah mungkin mereka berdua adalah orang dari masa depan?”
Semua hening setelah Aidan melontarkan pendapatnya. Sekretaris yang duduk di depannya pun mengeluarkan asumsinya.
“Tuan muda, menurut dugaan saya, ucapan anda itu terlalu jauh. Sampai sekarang kabar tentang orang dari masa depan hanya spekulasi yang belum tentu ada benarnya.”
“Tapi, kalian kan pernah lihat sendiri, ayahku tiga tahun lalu hampir berhasil menciptakan mesin waktu dan itu masih terbilang ada kemungkinan penjelajah waktu itu ada keberadaannya. Apalagi—” jelas Aidan tiba-tiba berhenti karena agak ragu mengatakan isi buku milik Bram yang berisi data pembuatan mesin waktu.
“Apalagi, apa itu, Aidan?” tanya Rayden daritadi diam mendengarkan.
“A—apalagi ... tujuan utama dua orang ini mengincar mesin waktu kita. Jadi bisa saja mereka adalah penjelajah waktu yang dari masa depan terus mengincar mesin kita untuk kembali ke masa mereka.” Setiap kata, Aidan tegaskan.
“Hmm, tapi bukan kah dulu kau pernah bilang, kalau tujuan mereka itu mengincar hidup Qila? Sekarang kenapa tiba-tiba arah tujuannya berbeda?” tanya Rayden sambil mengeluarkan catatan dari putranya yang masih dia simpan tiga tahun lalu.
Sekretaris dan tiga orang Ilmuwan yang hadir di rapat itupun menunggu jawaban Aidan.
“Oke, begini, aku menduka kalau mereka itu memang dari masa depan dan salah satu diantara mereka punya dendam kepada Nona Qila. Oleh sebab itu, dua orang tanpa identitas ini datang ke masa lalu untuk membunuh Nona Qila dan seperti yang dikatakan Tuan Aidan, mereka juga mengincar mesin waktu demi kembali ke masa depan,” tutur salah satu Ilmuwan berspekulasi hasil tangkapan pikirannya melalui ucapan Aidan.
“Hmm, masuk akal, bisa jadi di masa depan sudah ada mesin waktu yang berhasil dibuat kembali, tapi apa alasan terbesar mereka mengincar menantu saya?” tanya Rayden menatap Ilmuwan perempuan itu.
Semua pun diam dan kembali hening. Tetapi tatapan mereka tertuju pada Aidan yang juga bingung mencari alasan kuat mengapa istrinya jadi incaran dua orang itu.
Satu jam memikirkannya, mereka tetap tidak menemukan alasan yang masuk akal, karena Qila merupakan wanita yang memiliki kecerdasan tidak mampu menciptakan mesin waktu, atau sesuatu yang hebat yang dapat memancing ancaman besar. Dari yang mereka lihat, Qila hanya sosok Ibu biasa yang cuma tahu mengurus anak kembarnya. Tidak ada hal spesial dari wanita itu.
Brakk!!
Aidan tiba-tiba menggebrak meja, tentu sebagai suami dari Qila, ia marah mendengar mereka membicarakan kekurangan Qila, istri tercintanya.
“Ada apa, Aidan? Mengapa kau mengagetkan semua orang?” tanya Rayden.
“Ck, aku mau pulang. Berada di sini hanya membuat telinga ku sakit mendengar kebisingan sekumpulan belalang tua.” Aidan meninggalkan ruangan itu setelah melontarkan kekesalannya. Rayden dan mereka pun tentu tersinggung mendengar itu. Tapi mereka sadar tidak seharusnya berkata buruk tentang Qila.
“Baiklah, untuk kasus ini sebaiknya kita tutup sampai di sini saja dan anggap dua orang itu telah mati dalam ledakan tiga tahun lalu.” Rayden berdiri, dan resmi menutup penyelidikan mereka.
“Tunggu, Tuan Rayden!” Ilmuwan wanita itu mengejar Rayden dan Sekretaris.
“Ada apa?” tanya Rayden berhenti.
“Apa anda sudah tidak mau memperbaiki mesin itu atau menciptakannya kembali?” tanya Ilmuwan itu.
“Tidak, saya sudah tidak ingin mengulangi kesalahan yang berbahaya itu lagi.” Menolak tegas Ilmuwan itu.
“Kalau begitu, bolehkah saya melihat kerusakan mesin itu?” mohon Ilmuwan itu. Sekretaris pun maju dan menatap serius.
“Nona Ilmuwan, anda sebaiknya tidak perlu menanyakan itu lagi. Jadi, silahkan pergi dan jangan menganggu Tuan kami.”
“Ba—baiklah, maaf sudah lancang.” Ilmuwan itu pergi ketakutan usai ditatap tajam. Takut akan dibunuh jika terus menanyakan mesin itu. Tapi dalam hatinya, dia penasaran di mana mesin itu dikubur. Karena sebagai Ilmuwan, rasa keingintahuan itu adalah sesuatu yang wajar dan sudah melekat pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments