Bab 5

Pagi Hari nya.

Jika mendung pagi ini berakhir dengan hujan, itulah takdir Tuhan. Tapi jika mendung di pikiran mengeliminasi kebahagian, itulah kerugian.

Hawa dingin terasa menyerang di seluruh sudut kamar pagi ini. Membuat Maya dan Caca enggan untuk beranjak dari tempat tidur nya. Meskipun jam dinding berkali-kali berdentang, sinar matahari mulai bersinar terang. Masih tak mampu kedua wanita berbeda usia keluar dari hangat nya selimut yang tebal.

Lima belas menit berlalu, sinar matahari mulai menyeruak masuk lebih dalam lagi. Membuat kelopak mata Maya, silau akibat sinar matahari tersebut. Meskipun dengan berat hati, Maya memaksa mengerjapkan kelopak mata beberapa kali.

Entah kenapa aku masih di tempat tidur, pagi yang dingin membuatku malas untuk meninggalkan tempat tidur ku. Pagi yang dingin membuatku segan ke dapur, nyamannya tidur di atas empuknya kasur bersama seseorang yang sangat berarti dalam hidup ku.

Pandangan pertama yang di lihat Maya ketika kelopak mata indah nya terbuka iyalah Caca Peterson.

Senyuman hangat nan tulus, seketika terbit di sudut bibir Maya.

''Momen seindah ini tidak boleh di lewatkan begitu saja.'' Batin Maya. Yang di mana Caca memeluk erat tubuh nya tanpa celah sedikit pun.

Tiba-tiba kedua mata Maya berembun, menatap lekat-lekat wajah Caca yang masih terlelap memeluk tubuh nya.

Bergerak selembut mungkin, Maya mengubah posisi nya menjadi miring menghadap ke arah Caca. Sosok yang sudah bikin dua tegar hingga sekarang ini, harta yang paling berharga yang dia punya selain ibu nya yang masih koma di rumah sakit.

Sesak, sungguh sesak di dalam Dada nya. Mengingat orang-orang yang sangat dia cintai dengan perlahan pergi meninggalkan nya sendiri.

Dan sangat perlu di ingatkan, tak ada seorang pun yang baik-baik saja saat kehilangan. Jika pun ada, dia hanya terlalu hebat dalam menyembunyikan rasa.

''Begitu Mama melihat kamu, Mama tahu petualangan yang besar dan menyenangkan dalam hidup akan mulai. Putriku, kamu menjadi cahaya dalam hidupku. Suka kebahagiaanku, suka cita terbesarku.'' Ungkap Maya, di iringi tetesan air mata.

Dret

Dret

Maya mengalihkan pandangan nya dari wajah Caca putri nya. Melirik sekilas ponsel nya yang bergetar, ada nya panggilan masuk.

Melihat sebuah nama seseorang satu profesi nya di layar sentuh nya. Membuat Maya panik seketika. Dengan terburu-buru Maya segera menarik tombol yang berwarna hijau tersebut.

''Ya Ha_______''

''Kamu melupakan sesuatu hari ini Maya Agustina.'' Sembur dari sebrang, membuat Maya harus cepat menjauhkan ponsel dari telinga nya.

''Sorry, aku benar-benar lupa.'' Hanya kalimat itu yang ada di dalam otak nya sekarang ini.

''Kau, kau harus bertanggung jawab sekarang juga, aku tidak mau kamu beralasan telat lagi hari ini.''

''Iya-iya aku akan segera datang.'' Jawab Maya cepat, kemudian Maya berlari ke dalam kamar mandi.

Seusai mandi, Maya segera melesat turun ke bawah memanggil kakak nya Deon. Sebelum benar-benar pergi, Maya masih menyempatkan mengecup kening Caca dan berbisik yang berisi sebuah kalimat berpamitan ke pada putri nya itu.

''Kak, Kak Deon. '' Panggil Maya, seraya berlari menuruni anak tangga.

Deon hanya menatap Maya dengan tatapan kesal, melihat tingkah Maya pagi ini sudah menjadi hal umum untuk nya. Yang di mana pada ujung nya dia yang harus membujuk Caca jika Mama nya pergi bekerja pagi-pagi sekali.

''Aku lupa, hari ini ada rapat dadakan yang di adakan oleh CEO baru di kantor yang baru menerima Aku seminggu yang lalu Kak.'' Adu Maya.

''Lalu. '' Deon memicingkan sebelah mata nya, berpura-pura dia tak mengerti. Apa yang di inginkan oleh Maya. ?

''Ma.'' Panggil Maya meminta bantuan ke pada Mama nya itu.

''Deon.'' Tegur nya.

''Iya, nanti Aku yang membujuk Caca. Paling juga ujung-ujung nya Caca ikut Aku pergi ke kantor.''

''Terima kasih Kak, Ma.'' Ucap Maya mengecup pipi sang Mama dan juga kakak nya itu.

''Gak sarapan dulu.'' Ujar Mama Fatimah.

''Gak Ma, nanti di kantor saja. Ini sudah telat soal nya.'' Pekik Maya sambil berlari menjauh.

Mama Fatimah hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Maya saat pagi hari.

Keheningan tercipta, sebab hanya tinggal mereka berdua di ruang meja makan yang tersisa. ''Bagaimana dengan perkembangan ibu nya Maya saat ini, Deon.?''

Deon menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari sang Mama nya itu. ''Semakin memburuk, ibu nya Maya sudah tidak ada keinginan untuk sembuh lagi. Meskipun di obati semaksimal mungkin, Namun, semangat di dalam tubuh nya tidak ada. Semua itu akan berakhir dengan sia-sia.'' Ucap Deon sendu, sambil meraih gelas air putih.

''Aku ke atas dulu Ma, mau mengecek Caca sudah bangun atau belum.'' Pamit Deon berlalu pergi menjauh.

Terpopuler

Comments

Ara Julyana

Ara Julyana

apakah Deon tidak bekerja?

2023-07-20

0

Ara Julyana

Ara Julyana

mamak2 memang sibuk luar biasa klu pagi hari, apalagi mau kerja + anak sekolah behhh pusing😁

2023-07-20

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
Ry Benci Pakpol Mampir

2023-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!