"Selamat pagi Nona cantik manis ku, " Sapa Roy mengawali hari.
"Tunggu, " Roy mundur dan membaca nama yang tertulis di ranjang rumah sakit. Nama Nona sudah berubah. Tidak ada lagi tertulis disana, namun ada nama baru.
"Aylin Sebastian! Nama mu Aylin Sebastian? " Ia mengeja nama yang tertulis dan memastikannya kepada wanita yang selalu ia sapa dengan nama Nona. Dan memasang wajah bertanya, apakah ini benar? Mungkin itu maksud raut wajahnya.
Aylin pun mengangguk pelan dan tersenyum bersemu merah di pipinya. "Yup... Betul. Perkenalkan, Nama ku Aylin Sebastian! " Aylin menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan kepada Roy.
" Hemm. Hemm.. Hemmm... " Bukannya menjabat tangan Aylin, Tangan Roy malah menopang dagunya dan mengitari ranjang Aylin. Memandang Aylin dengan raut wajah yang curiga dan seolah menyelidiki.
"Jadi kau bernama Aylin, Hey anak baru. Bukan kah nama Aylin Sebastian adalah anak Edward yang hilang... Waahh jadi itu kamu! " teriak Roy dan menghampirinya serta duduk di hadapan Aylin. Di ambilnya tangan Aylin dan menjabatnya. Ia tidak menaruh curiga sekalipun kepada Aylin. Ia benar-benar percaya jika Nona yang ia sering panggil adalah Aylin, Aylin nya putri Edrwar Sebastian.
Rupanya wajah Roy dan Aylin bertatapan tanpa sengaja dan sangat dekat, jarak wajah mereka hanya sebatas 2 jari saja. Sampai-sampai hidung mereka hampir saja bersentuhan. Dan itu membuat Roy malu dan bersemu merah dipipi putihnya. Begitupula Aylin, dia pun merasa salah tingkah.
Ia dengan cepat memalingkan wajahnya. Dan mengalihkan pembicaraan, "Oiya... Ini aku bawakan Bunga Mawar Merah. Segar, cantik, mempesona seperti dirimu dihari ini Nona... Ups Aylin." Mata Roy melotot saat dia sadar kekeliruannya. Dan itu membuat mereka tersenyum.
"Hahahaha." Saling senyum dan akhirnya gelak tawa mereka berdua terdengar sangat nyaring memenuhi ruangan kamar.
"Hey, jangan berisik. Kau ini, pasti bikin keributan. " Perawat Nina masuk dan membawa sebuah kado berwarna pink.
"Ini hadiah untuk mu dariku, untuk menyambut kehadiran dan kelahiran baru mu. Selamat ya sayang. Jika kau sudah sehat, kau bisa mampir ke rumah ku. Janji, kau harus bertemu dengan cucu ku. " Nina memberikan kado itu dan mencium dahi Aylin.
"Bu Nina sudah tahu, namanya Aylin. Dia ternyata anak dr. Edward. Aahh... Sepertinya dari wajah mu yang tidak terkejut. Kau sudah tahu yaaa! Dasar curang. Kenapa kalian membuat ku terkejut hari ini. " Protes Roy kepada mereka berdua. Bukannya menanggapi protes Roy, mereka berdua hanya tertawa melihat tingkah laku Roy.
Aylin membuka kado nya, ternyata isi nya sebuah baju gaun dan sepatu hak tinggi yang indah. " Wah indah sekali Perawat Nina ku sayang, " Ucap Aylin sambil memeluk Nina.
"Aku akan memakainya setelah aku sembuh. Makasih. " Senyum Aylin merekah seperti bunga-bunga mawar yang berada di vas bunga.
"Hey,, Roy. Apa kau tidak ingin memberi ku sesuatu juga.. Kenapa kau diam diujung ranjang sana, " Sapa Aylin dan menatap Roy yang tengah berdiri.
"Apa kau merajuk? " tanya Nina.
"Tentu saja aku merajuk karena kalian berdua. Kalian tidak membicarakan tentang nama Nona itu adalah Aylin dari jauh hari. " Roy membalikkan badannya dan membungkuk ke troli yang ia bawa.
"Kan sekarang kamu sudah tahu. Memangnya kenapa jika kau tahu dari jauh hari! " Tanya Nina dengan penasaran.
Roy pun berdiri dan di tangannya sudah ada sebuah kue lengkap dengan lilin yang sudah menyala. Dan bertuliskan " Happy Life For You Nona "
"Happy Life For You, " Ucapnya sambil membawa kue dan perlahan memberikannya kehadapan Aylin.
"Jadi yang membuat mu merajuk karena nama yang berbeda di kue tart ini, " tanya Aylin menatap Roy. Roy pun mengangguk pelan dengan wajah murung nya. Melihat itu Aylin pun tersenyum. Dia mencubit pipi Roy.
"Kau manis sekali. Terimakasih Roy. " Merasakan pipinya di cubit oleh Aylin. Membuat wajah Roy bersemu merah. Wajah murung nya berubah menjadi riang kembali melihat senyum Aylin dan mendapatkan cubitan darinya. "So Sweet " Dalam hati Roy berbicara.
"Ayo make a wish, dan tiup lilinnya, " Ucap Roy dengan riang. Dipandangi nya wajah Aylin yang sedang menutup mata, wajah yang sangat syahdu tidak jemu Roy memandangnya. Nina pun memperhatikan Roy dan ikut tersenyum. Nina sadar ada sesuatu yang terjadi.
Dorrrrrr.....
Suara letupan dari petasan perayaan mengejutkan Aylin dan Nina. Dibarengi hamburan kerlap kerlip hiasan yang keluar bersama letupan petasan itu.
"Yeeeyyyyyyyyyy." Sorak Roy dengan girang.
"Woowww kau menyiapkan ini semua. Thanks Roy, Bu Nina. Kalian orang-orang baik. Aku sangat beruntung diberikan anugerah dipertemukan kalian, " Ucap Aylin dengan meneteskan air mata.
Melihat air mata menetes di pipi Aylin, dengan segera Roy menyeka dengan tangannya. "Eeittssss... Tidak ada air mata. Its time for happy. " seketika haru itu berubah senyum dan tawa kembali.
"Heyy kalian tidak mengajak aku untuk merayakan ini? " dr. Jamil masuk ke kamar Aylin.
dr. Jamil tersenyum melihat kemeriahan di kamar Aylin. "Selamat Aylin, kau sudah sadar. Semoga pemulihan mu berjalan lancar. " Tangan dr. Jamil menjabat tangan Aylin. Aylin pun tersenyum, "Terimakasih Dokter, karena anda saya bisa dapat melihat dunia kembali. "
"Okeh. Ayo potong kuenya. " Roy mengeluarkan pisau, namun Aylin yang melihat pisau di hadapannya. Ia dengan repleks berteriak dan menutup matanya.
"Tidak... Tidak... Aaahhhh. "
Roy melihat Aylin berteriak histeris pun sangat terkejut. Dan langsung undur diri dari hadapan Aylin dan menyimpan pisau itu menjauh dari hadapan Aylin.
"Aylin, Aylin... Ini aku Nina, tidak apa-apa. Sudah tidak ada lagi. Pisau nya sudah dihilangkan. Sekarang buka tangan mu. " Nina dengan cepat memeluk Aylin, dan mengusap-usap punggungnya. Memberikan ketenangan pada Aylin.
Dengan perlahan Aylin membuka kedua tangannya. "Ada apa Aylin? Apa yang kau rasakan? Kau baik-baik saja?" tanya Nina kepada Aylin, dan ia pun merapikan rambut Aylin dengan penuh kasih sayang. Nina memandang dr. Jamil. Mereka bertatap mata dan dr. Jamil menganggukkan kepalanya. Melihat itu Nina pun mengerti maksud dr. Jamil. Ia pun langsung mengambil air putih. Dab memberikannya kepada Aylin.
"Ayo minum dulu sayang, tidak apa-apa. Kami ada disini. "
Aylin meraih gelas yang berisi air mineral, ia pun meminumnya. "Kepala ku Nyeri melihat ujung pisau itu, aku melihat kilasan seorang pria yang mengancam kepada ku. Ujung pisau itu tepat di mata ku. Aku takut Bu Nina. " Lirih suara Aylin menjelaskan apa yang ia lihat. Sebuah kilasan bayangan ingatan nya.
"Oke. Tidak ada pemotongan kue, tapi aku punya cara memakannya dengan elegan, " Sahut Roy. Ia membawa gelas wine dan ia menancapkan bibir gelas itu ke kue tart. Ia tekan sampai ke bawah dan memutarnya.
"Ini dia kue buat tuan putri kita Aylin. " Sebuah gelas wine berisi kue tart. Lalu ia memberikan sendok kecil berisi kue tart kepada Aylin.
Aylin pun memakan nya dari suapan Roy. Dan akhirnya pun ia tersenyum setelah merasakan manis nya kue tart memenuhi mulutnya.
"Kalian merayakan kesehatan nya tanpa kehadiran aku! " suara Pria itu mengejutkan mereka semua.
Seketika suasana hening melihat kehadiran pria itu.
*
*
*
💙Bersambung💙
💛Terimakasih Sudah membaca novelku
❤Jangan lupa like, komen dan vote
💜Semoga kalian semua terhibur membaca nya
💖Dan jangan lupa tetap ikuti kelanjutan kisahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Zainab Ddi
kataky dokter Edwar nih
2025-01-07
0