Di antar oleh adiknya, Kartini mendatangi tempat pemakaman dari calon suaminya. Dia tak henti mengutarakan rasa sedihnya di pusara makam calon suaminya tersebut.
"Apa aku bisa hidup tanpa kamu Tio. Aku benar-benar kehilangan kamu." ujar Kartini yang menyandarkan kepalanya di batu nisan Tio.
Beberapa peziarah lainnya mulai tak nyaman dengan keberadaan dari seorang Kartini. Mereka menganggap apa yang Kartini lakukan adalah hal yang berlebihan. Dia menangi sudah cukup lama. Mengganggu beberapa peziarah yang sedang mendoakan sanak keluarga mereka. Hingga mereka pun berharap Kartini akan menghentikan aksinya tersebut.
Adik Kartini yang sedari tadi asyik bermain game online di handphone. Tak peduli dengan kesedihan yang di rasakan oleh kakaknya tersebut. Dia tetap fokus memainkan game di handphone miliknya. Sementara Kartini terus menangis hebat di pusara makam Tio.
Seorang peziarah yang semakin kurang nyaman dengan keberadaan dari Kartini. Akhirnya memberanikan diri untuk menegur Kartini. Dia dengan tegas meminta Kartini untuk tidak menangis lagi. Sebab suara tangis Kartini yang terdengar begitu kencang. Mengganggu peziarah lain yang sedang berziarah kubur.
Kartini tak terima dengan apa yang di ucapkan oleh peziarah tersebut. Dia pun sempat adu mulut dengan peziarah tersebut. Sebelum Kartini langsung di tenangkan oleh adiknya. Adik Kartini juga langsung membawa Kartini untuk pergi dari makam seorang Tio. Sehingga tidak akan ada lagi keributan antara Kartini dengan peziarah lainnya.
Kartini yang masih ingin berada di makam seorang Tio. Meminta pada adiknya untuk tidak membawa dia pergi dari sana. Mungkin ini akan jadi masalah besar bagi seorang Kartini, sebab dia harus berhadapan dengan pengurus pemakaman. Dari tadi Kartini menangis cukup kuat di pusara makam seorang Tio. Itu yang membuat dia di usir oleh peziarah lain. Sebab suara tangis dari seorang Kartini, menganggu peziarah lain yang sedang melakukan ziarah kubur.
Adik Kartini pun berhasil membawa sang kakak pergi dari tempat pemakaman. Ada sedikit rasa malu yang di rasakan oleh adik Kartini. Sebab Kartini terus menangis hebat saat adiknya menarik tangan kanannya untuk pergi dari tempat pemakaman tersebut.
"Apa Kakak tidak malu menangis seperti itu. Dari awal datang, hingga sekarang. Kakak terus saja menangis. Jadi wajar banyak orang terganggu dengan suara tangis Kakak." ucap adik Kartini.
"Apakah menangis itu tidak boleh. Itu hanya perasaan sedih Kakak yang coba di luapkan. Mereka pun jika mengalami hal seperti Kakak. Mungkin saja akan menangis seperti itu. Jadi itu hal yang wajar saja untuk Kakak." balas Kartini yang berusaha melepaskan tangan adiknya.
Adik Kartini melepaskan tangannya dari tangan Kartini. Matanya melotot hebat pada seorang Kartini, dia pun kembali berkata dengan begitu tegasnya pada seorang Kartini.
"Untuk apa Kakak terus menangis. Apakah dengan menangis Tio akan hidup kembali? Tidak Kak. Tio akan tetap pada kondisinya sekarang. Jadi Kakak harus berusaha belajar untuk ikhlas akan kondisi Tio. Jangan terlalu berlebihan."
Apa yang di katakan oleh adiknya memang benar. Tapi tetap saja Kartini masih belum ikhlas dengan kepergian dari seorang Tio yang begitu menyakitkan dalam hidupnya. Ini seperti hal yang tidak bisa di duga sebelumnya. Hingga Kartini harus benar-benar kehilangan calon suaminya di hari yang seharusnya menjadi hari yang istimewa untuk dirinya sendiri. Sebuah kesedihan tersendiri akan nasib dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments