Nada berjalan gontai saat melewati lorong kampus yang masih terlihat sepi karena belum banyak mahasiswa yang datang. Nada sengaja berangkat lebih awal, karena hari ini ada jadwal di kelasnya dosen Shaka, calon suaminya.
Bibirnya mengerucut karena masih kesal dengan dua orang sahabatnya yang memamerkan foto mereka saat berada di bioskop. Terlebih saat mereka juga bisa berfoto dengan para pemainnya.
"Ih ... nyebelin banget, sih!" Nada menghentakkan kakinya saat mengingat foto yang baru saja dilihatnya. "Awas aja mereka!"
Langkah Nada tiba-tiba harus terhenti karena suara deheman seseorang. Dilihatnya ada sepasang sepatu yang telah berhenti di depannya. Karena merasa penasaran, Nada langsung mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu itu. Perlahan matanya naik hingga sampai keatas dan ... terlihatlah wajah Arshaka, kesayangan ibunya.
"Pak Shaka." Nada sangat terkejut dengan kemunculan dosen kulkas yang tiba-tiba berada di depannya. "Bapak ngapain pagi-pagi udah sampai disini?" tanya Nada dengan heran.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Sekarang jawab dulu pertanyaanku. Jangan sampai aku beritahu orang tua kamu kalau kamu sering bolos dari kampus!" ancam Shaka.
Kening Nada langsung mengernyit. Jadi hanya masalah pernyataan kemarin, dosen kulkas ini sampai rela pagi-pagi datang ke kampus untuk menemui dirinya. Luar biasa. Padahal bisa bertanya pada orang tuanya secara langsung.
"Ya ampun, Pak Shaka! Jadi bapak masih penasaran dengan masalah kemarin? Pak Shaka kan bisa bertanya langsung kepada orang tua Pak Shaka. Kenapa musti ribet bertanya padaku. Aneh deh!"
"Suka-suka aku ingin bertanya kepada siapa."
"Ya udah. Suka-suka aku juga dong, mau jawab atau enggak!" Nada membalas dengan ucapan yang sangat santai.
Dia pikir dia aja yang bisa suka-suka. Aku pun juga bisa. batin Nada.
"Nada!" Mata Shaka sudah mantap Nada dengan tatapan tajam. "Baiklah, aku akan mengirimkan pesan kepada orang tua kamu kalau kamu sering bolos dan sering tidak mengerjakan tugas dari kampus. Biar kamu langsung diboyong ke pesantren!" Lagi-lagi Shaka melayangkan sebuah senjata andalan untuk menaklukkan Nada.
Nada segera merampas ponsel yang ada ditangan Shaka. "Bapak curang! Masa dikit-dikit ngadu sama bapak dan ibu!" protes Nada dengan kesal.
"Ya udah makanya jawab. Kemarin kalian bahas apa. Kenapa tiba-tiba bapak dan ibu datang dari Surabaya dan langsung ke rumah kalian. Tinggal jawab aja apa susahnya, sih!"
Dengan bibir yang mengerucut Nada memerankan diri untuk menatap mata Shaka. "Baiklah aku akan katakan apa yang dibahas oleh orang tua Pak Shaka kemarin, tapi dengan satu syarat. Bagaimana?"
"Ya udah, tinggal katakan apa syaratnya. Mau mobil, rumah atau jet pribadi. Nanti aku belikan tapi nunggu sah dulu."
Bibir Nada langsung menyungging. "Aku gak minta yang muluk-muluk dari Pak Shaka kok. Aku cuma ingin Pak Shaka janji dulu," rayu Nada.
"Janji apa lagi? Cepetan katakan nanti keburu ada yang melihat kita."
"Janji dulu!" Nada mengangkat jari kelingking agar dosen kulkas itu mengaitkan ke jari kelingkingnya.
Dengan perasaan sedikit kesal karena merasa sedang dipermainkan oleh Nada, Shaka pun langsung mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Nada agar urusannya cepat selesai.
"Iya udah janji ini! Sekarang cepat katakan!"
"Baiklah, jadi kemarin itu orang tua Pak Shaka datang ke rumah hanya untuk memberitahu jika pernikahan kita akan diundur lagi. Mereka memberi waktu agar aku lulus kuliah S2 dulu," jelas Nada yang sedang membohongi Shaka.
"Kok bisa gitu?"
"Ya aku enggak tahu. Mending Pak Shaka tanya langsung aja sama orang tua Pak Shaka. Mungkin mereka mengerti kalau aku belum siap untuk menikah. Udahkan? Jadi sekarang Pak Shaka harus menepati janji yang telah kita sepakati bahwa selama satu bulan kedepan Pak Shaka enggak boleh ngasih tugas terus sama kita. Awas aja kalau sampai ingkar. Aku sumpahin sembelitan!" Nada tertawa puas setelah berhasil memeras dosen kulkas itu. Siapa suruh setiap hari memberikan tugas.
"Nada!" panggil Shaka dengan keras, hingga membuat beberapa mahasiswa tertuju ke arah Shaka. Namun, tidak dengan Nada yang sudah ngacir meninggalkan Shaka.
"Astaga ... itu hapeku." Shaka membuang napas beratnya saat menyadari jika ponselnya masih berada ditangan Nada. Ingin mengejar, tetapi tidak mungkin karena telah banyak mahasiswa yang mulai berdatangan, terlebih ada beberapa orang yang masih menatapnya.
*
*
Sesampainya di dalam kelas, Nada mengatur napasnya. Berlari melewati anak tangga membuatnya hampir kehabisan oksigen.
"Untung selamat," ucapnya yang sambil menyandarkan punggung di tempat duduknya. Namun saat meletakkan tas di meja, Nada baru menyadari ada sebuah ponsel yang berada didalam genggamannya.
"Astaghfirullahaladzim ... ini kan hapenya dosen kulkas itu. Aduh ... kenapa aku lupa mengembalikannya, sih!" Nada menyesali kecerobohannya.
Terdiam untuk sesaat dengan ponsel yang di timang-timang akhirnya Nada memutuskan untuk mengintip ponsel milik dosen kulkas itu. "Ngintip dikit, gak papa kan? Kalaupun dosa cuma dikit kok. Lagian bentar lagi ini hape juga akan menjadi milikku. Kan barang milik suami juga barangnya istri. Ih, tumben banget sih kepala ini encer." Nada tertawa pelan.
Namun, sebelum mengintip ponsel Shaka, Nada harus dibingungkan dengan password untuk membuka ponsel tersebut. "Nah kan ... apa coba password-nya?" Nada kembali menggerutu.
Tidak putus asa, Nada mencoba memasukkan angka untuk membuka password di ponsel Shaka. Namun, rasanya ingin menyerahkan karena tetap tidak bisa menemukan password-nya.
"Apakah pakai tanggal ulang tahunnya ya?" Nada pun langsung menekan angka sesuai dengan tanggal lahir Shaka. Namun, nyatanya tepat saja gagal.
"Coba tanggal ulang tahunku. Kalau enggak bisa ya sudahlah, berarti enggak boleh ngintip. Kan dosa." Dengan sisa harapan, Nada memasukkan tanggal lahirnya untuk membuka password ponsel milik Shaka. Dan akhirnya ....
"Ya ampun .... demi apa coba!" Nada terlihat sangat puas dengan hasil akhir di mana dia telah bisa membuka ponsel Shaka.
Dua orang yang baru saja masuk dan duduk didekat Nada langsung menggelengkan kepala saat melihat sahabatnya terlihat aneh.
"Kamu kenapa Nad? Menang togel?" tanya Kila, sahabat Nada.
Melihat ada seseorang di sampingnya nada langsung menyimpan ponsel Shaka kedalam tasnya. "Kalian ngapain disini?" tanya Nada yang merasa terkejut dengan kemunculan dua orang sahabatnya.
"Lah, kita mau belajar, Nad. Emang kamu pikir kita di dalam kelas kayak gini mau ngapain? Mau ngerumpi?" Arsyila, sahabat Nada menjawab pertanyaan Nada yang sedikit nyeleneh.
Seketika Nada baru menyadari jika saat ini dia sedang berada di kampus.
"Nad, jangan marah dong. Kan kita enggak tahu kalau kamu ada halangan jadi gak bisa ikut nonton. Kamu sih ngasih taunya pas kita udah beli tiket. Kan mubazir kalau tiketnya dibuang, Nad. Udah dong jangan ngambek. Nanti aku terakhir makan bakso setan di pinggir jalan, deh." Kila mencoba membujuk Nada
"Siapa juga yang marah. Aku tuh enggak marah, tapi kecewa!" kata Nada dengan bibir yang mengerucut.
"Maafin kita ya. Kapan-kapan kita nonton lagi deh." bujuk Arsyila.
*
*
Selama materi berlangsung, Nada tidak fokus pada dengan apa yang tengah dijelaskan oleh dosennya. Matanya hanya terfokus pada sebuah ponsel yang memperlihatkan beberapa foto yang biasa saja tetapi lucu. Ternyata seorang dosen yang mempunyai julukan dosen kulkas itu mempunyai hobi berselfi. Sungguh tidak sesuai dengan covernya yang dingin.
Tanpa disadari tepat didepan bangku Nada sudah berdiri Shaka yang terus menatap Nada dengan kedua tangan yang telah dilipat di depan dada. Hampir semua mahasiswa terdiam tidak berani berkutik sama sekali. mereka semua sudah memastikan jika sebentar lagi Nada akan langsung dikeluarkan dari kelas yang sedang berlangsung.
Kekhawatiran juga dirasakan oleh dua orang sahabat Nada yang tidak bisa memberitahu jika saat ini dosen kulkas sudah ada di depannya.
Menyadari akan sebuah bayangan, Nada langsung mendongak untuk melihat siapa yang berdiri didepannya. Sontak mata Nada langsung membulat dengan lebar dan segera memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya.
"Kenapa dimasukkan?" tanya Shaka dengan datar.
Nada terdiam. Jika sudah berada dalam mode serius, Nada tidak berani berkutik.
"Jika tidak serius mengikuti materi saya, silakan keluar. Pintu kelas terbuka dengan sangat lebar," lanjut Shaka lagi.
"Maaf Pak," ucap Nada dengan lemah.
"Sejak tadi kamu tidak mendengarkan materi saya. Kamu hanya fokus pada ponsel kamu. Itu artinya kamu tidak serius untuk mengikuti kelas saya. Sekarang silahkan keluar!"
Nada langsung menautkan kedua alisnya. "Serius ini, Pak?" tanya Nada dengan penuh ketidak percayaan.
Shaka tidak memberikan jawaban lagi kepada Nada dan langsung kembali ke mejanya.
"Saya belum akan meneruskan materi saya jika masih ada mahasiswi yang tidak ingin mengikuti kelas saya tetapi masih berada di dalam. Bahkan saya tidak peduli jika kelas kalian selanjutnya akan terhambat."
Semua masih terdiam. Bahkan semua mata tertuju pada Nada. Menyadari jika saat ini dirinya telah menjadi pusat perhatian semua orang, akhirnya nada memutuskan untuk keluar dari kelas. Namun, saat langkah Nada sudah berada di ambang pintu suara itu kembali terdengar di telinganya.
"Sebelum keluar, berikan ponsel itu kepada saya!"
Dengan helaan napas panjang, Nada berbalik arah menuju ke meja Shaka. Dengan lesu dia pun langsung menyerahkan ponselnya kepada sang Dosen.
"Lain kali kalau sedang ada kelas jangan main hape. Mengerti?"
"Iya, Pak."
...~BERSAMBUNG~...
...Jangan lupa jejaknya, ya 💜💜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Rizki Surya
jangan galak galak tar jodohnya jauh loh
2023-04-01
1
Pujiastuti
jangan galak² pak dosen sama calon istri 😁😁😁
lanjut kak semangat ya upnya 💪💪💪
2023-04-01
2
Suyadi Yadi
dobel update ya kak🙏🙏
2023-04-01
0