Mervin memegang guci emas itu. Ia mengamati pahatan simbol pada guci tersebut. Ada pahatan simbol burung di masa kerajaan kuno Mesir, juga pahatan mata langit simbol bangsa Mesir, di sisi lain guci.
“Ini, ini kan guci Mesir, kenapa ada disini?” pekiknya, terheran-heran dengan barang antik yang dipegangnya.
Ia ingat betul simbol yang ada pada guci itu merupakan simbol bangsa Mesir. Karena ia juga salah satu pengagum negeri itu, termasuk pada piramid dan kisah kerajaan bangsa Mesir yang mendunia.
“Aku akan membawa guci ini.” gumamnya lagi, kembali berjalan.
Mervin menyusuri jalanan gelap tersebut, untuk mencari jalan keluar sambil membawa guci emas tadi.
“Jalan di sini semakin gelap saja,” gumamnya, sembari berhenti karena hampir tak melihat apapun di sana.
Tac! Saat Marvin melangkah kembali tak sengaja kakinya menginjak sebuah benda.
“Apa ini?” ia pun membungkuk untuk mengambil benda yang diinjaknya tersebut.
Dari teksturnya terasa kasar dan bentuknya panjang.
“Kurasa, aku menemukan kayu. Bagus, ini bisa ku jadikan obor.” gumamnya.
Mervin yang kesehariannya memang merokok, meskipun bukan perokok aktif selalu membawa pemantik api di salah saku bajunya.
Ia mengeluarkan pemantik apinya lalu menyulut dan membakar kayu tadi.
“Begini lebih baik.” gumamnya lagi, menatap jalanan di depannya sedikit terang dengan adanya obor yang sudah menyala.
Mervin sendiri tak tahu keberadaannya sebenarnya ada di mana. di ruang bawah tanah kah atau di suatu tempat yang tak terjangkau.
Meskipun tak mengetahui keberadaannya, ia terus berjalan untuk mencari jalan keluar.
Dengan adanya penerangan dari obor terlihat dinding sisi kiri dan sisi kanannya bukanlah dinding yang tersusun dari tumpukan bata, namun terlihat kasar dan bertekstur keras seperti batu.
Blink! Mervin kembali melihat sesuatu yang berkilauan satu meter di depannya.
“Apa itu?” pekiknya lagi penasaran bercampur terkejut dibuatnya.
Ia pun mempercepat langkahnya. Alangkah terkejutnya dia saat melihat apa yang tergolong di depan sana.
“Emas?!” ucapnya, tak percaya.
Lagi-lagi ia melihat emas. Bukan berbentuk guci atau barang antik lainnya, namun koin. Tumpukan koin emas yang membentuk seperti bukit.
“Apa aku tak sedang bermimpi?!” gumamnya, takjub melihat bukit emas seperti itu.
Sebagai manusia biasa tentunya Mervin juga silau saat melihat banyak harta melimpah begitu.
Bahkan ia sampai duduk di atas tumpukan koin emas, mengambil segenggam kemudian melepasnya, seolah bermandikan emas.
Di tengah rasa senangnya bermain koin emas, Mervin tiba-tiba teringat pada Gwen.
“Ya, Gwen mungkin akan senang dengan pemberianku ini,” gumamnya tersenyum tipis.
Ia baru menatap jelas koin yang diambilnya. Ada pahatan wajah Ratu Elizabeth I, Ratu Inggris.
“Astaga, ini koin antik.” gumam Mervin yang hafal pada gambar tersebut.
Karena menyukai sejarah maka dengan mudah dia mengenali sosok Ratu Elizabeth yang berkuasa pada tahun 1920.
“Aku akan membawanya, beberapa.”
Tanpa pikir panjang pria itu mengambil segenggam koin lalu memasukkannya ke dalam saku baju bagian depan.
Karena kantong lain di bajunya masih kosong, maka Mervin mengambil segenggam lagi koin antik.
Clang! Suara koin yang jatuh berhamburan ke lantai, saat Mervin berusaha mengambilnya.
“Apa pengambilan barang berharga seperti ini dibatasi?” gumamnya, merasa aneh saja.
Untuk membuktikan anggapan yang salah maka ia pun kembali mengambil koin sebanyak-banyaknya dan memasukkannya ke semua saku bajunya.
Anehnya semua koin yang tadi dimasukkannya ke saku tiba-tiba jatuh ke lantai berhamburan seperti sebelumnya.
Mervin merogoh saku bajunya dan ia menemukan hanya ada satu koin saja tersisa pada saku.
“Jadi, aku hanya bisa membawa satu saja barang berharga di sini?” gumamnya, menyimpulkan sendiri.
Beberapa saat setelahnya terdengar suara detik jam yang memecahkan kesunyian kala itu.
“Jamku kembali menyala?”
Mervin mengangkat satu tangan kirinya dan melihat pergelangan tangannya. Jamnya memang berfungsi kembali.
Tepat di saat dia berjalan sampai ke ujung, tiba-tiba saja Dia merasakan getaran yang cukup hebat di sekitarnya.
"Akh!” pekiknya merasa tempat itu saat ini akan hancur.
“Mervin, kau di mana?” Bahkan saat itu ia mendengar jelas panggilan suara Gwen.
Di rumah kakek Mervin, Gwen memang datang ke sana. Ia mencari sosok suaminya dan tak menemukannya di manapun hingga terus memanggil-manggil namanya.
“Gwen...,” gumamnya lirih mendengar jelas suara itu kembali memanggilnya. “Mungkin aku hanya berhalusinasi saja.” lanjutnya
Krak! Tiba-tiba terdengar suara retakan di belakangnya, di sisi dinding barat.
Tak hanya dinding mulai terlihat retak dan seakan mau roboh, bahkan lantai yang dipijaknya semakin keras berguncang.
Mervin yang bingung dan dalam pikirannya hanya menyelamatkan diri saat ini segera berlari menuju ke sebuah pintu yang terlihat tertutup.
“Gucinya!”
Ia masih sempat memikirkan guci tersebut dan meraihnya lalu kembali berlari.
Tepat di saat semua lantai di belakangnya retak dan terbuka, dia berhasil membuka pintu di depannya.
Saat pintu terbuka, muncul sinar yang sangat menyilaukan sekali hingga ia sampai menutup kedua matanya.
“Mervin, kau di sini rupanya,” panggil Gwen saat menemukan Mervin ada di halaman belakang rumah.
“Gwen...” panggilnya tak percaya.
Kini ia benar-benar sudah kembali ke rumah kakeknya setelah melihat sekitar dan memastikan berada di bagian halaman belakang rumah.
“Kau dari mana saja?Aku pembagianmu berulang kali tapi kau tak menjawabnya.”
Gwen menghampiri Mervin yang masih diam. Entah kenapa suaminya itu terlihat kacau dengan rambut acak-acakan dan tubuh berkeringat.
“Apa itu yang kau bawa?” tanyanya lagi, melihat benda berkilauan yang di dekap oleh Mervin.
“Aku membawanya untukmu, guci emas dari peradaban Mesir kuno,” jawab Mervin.
Gwen nampak bingung, dari mana suaminya itu mendapatkan barang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
John de Joenk
up teruss
2023-05-14
0
John de Joenk
semangat thor terus lanjuut
2023-05-14
0
Pinocchio
Bagaimna bisa tau sp z yg baca ini 🙄
2023-05-13
1