Mervin menatap jam tangan berwarna putih bulat di laci yang sekarang berpindah di tangannya.
Jam antik itu merupakan jam favorit kesayangan almarhum kakeknya semasa masih hidup.
Banyak kenangannya dengan jam itu.
“Jam ini senantiasa menemani kakek dan juga diriku sejak aku masih kecil.” gumam Mervin terbayang kembali pada masa lalunya bersama sang kakek.
Pikirannya melayang pada masa silam dan membuatnya tersenyum kecil saat mengingatnya kembali.
“Kakek, seandainya saja kau masih hidup.” gumam Mervin satu jam kemudian.
Pria itu berhenti melamun dan kembali menatap jam tangan putih di tangannya.
“Jam ini masih tampak bagus dan berfungsi dengan baik.”Mervin kemudian memakai jam tangan yang berusia 50 tahunan lebih itu di tangan kirinya.
Tic-tac
Terdengar jam itu berdetak di tengah suasana sepi dan hening saat ini.
Sejenak rasa sedih pria itu hilang dari hatinya juga pikirannya hanya dengan memandang jam yang melingkar di tangan kirinya tersebut.
Mervin berdiri setelah puas memandangi jam di tangannya. Ia beralih ke ruangan lain.
“Aku merasa kakek masih ada di sini saja meskipun aku tak melihatnya.”
Ia menatap foto kakek Ethan bersama dirinya yang tergantung di dinding sisi timur.
Mervin kemudian duduk di kursi dan terus memandangi foto dirinya bersama almarhum kakek.
“Semoga saja kakek bisa bertemu dengan ayah dan ibu di surga sana.” gumamnya lagi sembari menitikkan sebulir air mata yang menitik di atas jam tangan yang di pakainya saat dia menunduk.
“Jam ini kenapa tiba-tiba berhenti berdetak ?” pekiknya terkejut saat tak sengaja mengusap air mata pada kaca jam tersebut. “Apa baterainya habis ?”
Mervin yang mengira baterainya habis kemudian melepas jam tangan itu.
Ia membongkar bagian belakang untuk melihat baterainya.
“Ternyata baterai ini masih baru.” ucapnya setelah memeriksanya dengan sebuah alat yang ia ambil dari kotak peralatan di dekatnya.
Langsung saja ia duduk di bawah di lantai kayu membongkar mesin jam antik tersebut menggunakan peralatan yang barusan di ambilnya.
Item-item di tiap bagian jam itu sangatlah kecil dan diperlukan waktu yang tak sebentar untuk memperbaikinya.
“Tak ada yang rusak dan semua kondisinya baik-baik saja.” gumam Mervin setelah membongkar dan mengeluarkan mesin jam tangan tersebut.
Karena tak ada yang rusak dan semuanya berfungsi dengan baik, maka ia pun kembali memasangnya.
“Ooh.” satu jam berikutnya barulah dia selesai memasang jam tersebut sembari mengusap keringatnya yang mulai menetes.
“Akhirnya jam ini berfungsi kembali”
Mervin tersenyum tipis. Hasil jerih payahnya tak sia-sia setelah melihat jam tangan itu kembali berdetak.
Namun itu tak berlangsung lama. Ternyata di menit berikutnya jam itu kembali berhenti berdetak.
“Apa yang terjadi, kenapa jam ini kembali berhenti berdetak ?”
Mervin sampai mengetuk-ngetuk jam tangan itu juga menepuk-nepuk pelan jam tangan tersebut karena terkadang dengan ditepuk jam akan berfungsi kembali.
“Aneh, jam ini masih mati.”
Ia menaruh jam tangan tersebut di lantai sembari memikirkan cara lainnya untuk memperbaiki jam.
Blaz
Sesuatu keanehan terjadi. Jam yang semula berhenti berdetak kini mulai berdetak kembali namun detiknya cepat sekali tidak seperti biasanya.
“Kenapa lagi jam ini ?” Mervin mengambil kembali jam tangan tersebut dan memakainya.
Terlihat jam itu terus berputar cepat dengan arah putaran yang berlawanan dari biasanya.
“Argh !” tiba-tiba seberkas sinar menyilaukan keluar dari jam tangan tersebut hingga membuatnya tak tahan dengan silau itu sampai ia menutup matanya.
Setelah ia merasakan tak ada kilau sinar di tangannya maka ia pun membuka matanya kembali.
Sesuatu yang aneh kembali terjadi.
“Aku ada di mana ?” pekiknya terkejut sekali karena ruangan tempatnya berada saat ini berubah menjadi rumah yang sama sekali tak ia kenal.
Mervin yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mengucek kedua matanya dan setelah membuka mata kembali ternyata yang dilihatnya tetap.
“Dimana aku ?”
Karena penasaran maka ia pun keluar dari rumah tersebut. Dan ia semakin terkejut mendapati tempat yang sama sekali benar-benar berbeda dan tak pernah dia ketahui sebelumnya tempat apa itu.
Mervin terus berjalan. Sepi, tak ada siapapun di sana. Hanya pepohonan hijau dan tinggi ada di sekitarnya di sepanjang jalan.
Di ujung jalan terdapat sebuah bangunan kuno, mirip seperti museum. Ada dua patung mengapit pintu masuk bangunan tersebut.
“Bangunan apa ini sebenarnya?” gumamnya. Lalu masuk ke tempat itu.
“Permisi! Apa ada orang di sini?” ucapnya dengan setengah berteriak.
Sepi. Tak ada yang menjawab meskipun ia mengulangi beberapa kali.
Mervin terus masuk ke bangunan kuno tersebut. Dia menemukan beberapa ruangan kosong di sana.
“Dimana aku sebenarnya berada?Lalu bagaimana caraku kembali?”
Ia lalu kembali ke berjalan ke depan untuk mencari jalan kembali.
Sesampainya di luar bangunan kuno itu, ia berdiri sejenak bersandar pada patung kesatria di zaman kuno.
Klak
Tiba-tiba saja lantai yang dia pijak saat itu roboh dan membuatnya jatuh terjun bebas ke bawah.
Eric lalu berdiri sembari menatap ke sekitar. Di ditempat yang gelap itu ia melihat sinar terang pada lorong yang ada di depannya.
“Guci emas?”
Ternyata sinar tadi merupakan kilauan dari sebuah guci emas saat dia menghampirinya. Guci berukuran tinggi sekitar 70 cm dengan pahatan simbol-simbol kuno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
nacl
gucci apa itu? 🙄
2023-05-21
1
John de Joenk
ahaay nemu harta karun
2023-05-14
0
Pinocchio
Ga ada yang komen😝
2023-05-13
1