Ibunya Albert masih memperhatikan Anaya dengan rasa penasaran. Bahkan, seperti tidak percaya jika perempuan yang ada di hadapan putranya itu adalah calon istri anaknya.
"Siapa nama kamu?" tanya ibunya Albert tengah memperhatikan Anaya yang terlihat gugup.
"Nama saya- A-naya, Bu." Jawab Anaya dengan gugup.
"Oh, A-na-ya." Ucap ibunya Albert mengulang kembali nama yang disebutkan oleh Anaya.
"Iya, Bu, benar." Jawab Anaya yang masih berada di dekat Albert.
"Ya udah kalau begitu, Mama mau langsung pulang aja. Besok Mama sama Papa tunggu kalian berdua datang ke rumah. Satu lagi, ajak calon istri kamu juga." Ucap ibunya berpesan.
"Ya, Ma." Jawab Albert mengiyakan permintaan ibunya.
Karena sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan, ibunya Albert bergegas pulang ke rumahnya.
"Mama sama Papa akan tunggu kedatangan kamu sama calon istri kamu ini, di rumah Papa besok malam akan ada acara, kamu diminta untuk datang." Ucap ibunya sebelum pulang ke rumah.
Albert mengangguk, yakni tanda mengiyakan.
"Mama tenang saja, aku dan Anaya pasti akan datang." Jawab Albert meyakinkan ibunya.
Kemudian, ibunya pamit pulang. Bahkan begitu cuek terhadap Anaya, yang diperkenalkan oleh putranya, yakni calon menantunya.
Setelah ibunya pergi, kini hanya ada Anaya dan Albert di ruang tamu. Tentu saja, Anaya kembali ketakutan ketika teringat dengan apa yang sudah dilakukan oleh lelaki yang sudah membelinya.
"Arsen!" teriak Albert memanggil orang kepercayaannya.
"Ya, Tuan." Jawab Arsen yang sudah berada di hadapan Bosnya.
"Siapkan kamar untuk perempuan ini, dan juga penuhi lemarinya dengan pakaian yang lengkap. Juga, semua kebutuhannya terpenuhi. Satu lagi, berikan lembaran kertas untuknya, yaitu surat kontrak perjanjian." Ucap Albert memberi perintah kepada Arsen.
"Baik, Tuan." Jawab Arsen dengan patuh.
Setelah itu, Anaya di dorong tubuhnya hingga mentok pada tembok.
"Siapkan diri kamu dengan sebaik mungkin. Mulai sekarang kamu harus patuh denganku, dan tidak ada kata penolakan apapun dari kamu, paham." Ucap Albert sambil menatap tajam pada Anaya.
Saat itu juga, Anaya kembali teringat akan ucapan dari Arsen yang sudah mengingatkannya soal lelaki yang ada di hadapannya itu, yakni untuk patuh jika dirinya ingin selamat.
Namun, tetap saja ada rasa ingin memberontak dan melarikan diri.
Anaya masih diam, dan sama sekali tidak menjawabnya.
"Ini, Tuan, lembaran kertas yang Tuan minta." Ucap Arsen yang sudah kembali di hadapan bosnya dengan menyodorkan selembar kertas.
Albert menerimanya, juga langsung diberikannya kepada Anaya.
"Ini, baca dan patuhi isinya. Sekali saja kamu melanggarnya, maka bersiap-siap lah untuk menanggung resikonya." Ucap Albert sambil menyodorkan lembaran kertas tersebut, juga memberi ancaman kepada Anaya.
Dengan perasaan takut, Anaya menerimanya dan langsung membaca isi dalam lembaran kertas tersebut dari laki-laki yang sudah membelinya.
Dengan seksama dan tidak ada yang dilewatkan, Anaya begitu fokus membaca di setiap kata yang tertulis.
Kata demi kata, tiba-tiba tergelitik dengan isinya. Tentu saja sangat jauh dari prasangka yang ada dalam pikirannya.
'Menikah dengannya, yang benar saja. Terus, kemanapun dia pergi aku harus ikut. Yang benar saja, aku harus menjadi pelayannya juga.' Ucapnya dalam hati setelah membaca isi dalam lembaran kertas.
"Cepat! kau tanda tangani, buruan." Perintah Albert dengan bentakan, tentunya Anaya langsung kaget.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya Anaya menyetujuinya. Setidaknya bagi Anaya dinikahi, bukan dijadikan pelampiasannya saja, pikir Anaya.
'Paling tidak aku mempunyai status yang jelas, dan bukan dijadikan budak kotornya.' Batin Anaya sambil menandatanganinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Healer
mesti terjebak permainan sendiri nnti ni
2023-04-21
0
Heri Wibowo
Awas Albert jangan sampai terjebak permainan sendiri
2023-03-21
0