Saat masuk kelas, tiba-tiba seseorang tak sengaja menabrak Calista.
Dug!
"Maaf, gue gak sengaja," ujar teman sekelasnya yang bernama Tesa.
Calista menatap tajam kearahnya, lalu ia mendorong tubuh Tesa dengan kuat hingga membuat Tesa terjatuh di lantai.
"Maaf, gue juga gak sengaja."
Terlihat kekesalan dari wajah Tesa dan itu justru membuat Calista sangat senang.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Calista langsung berjalan kearah kursinya. Sebelum duduk di kursi, ia sekilas melihat kearah Kevin.
"Calista!" panggil Friska dan itu membuat Calista menoleh kearahnya.
"Nanti istirahat antar gue ke kelas X MIPA 2 ya," kata Friska.
"Mau apa kesana?"
"Dengar-dengar katanya ada orang yang membicarakan gue sama lo."
Saudara Friska memberitahu Friska bahwa di kelasnya ada yang membicarakan Friska dan juga Calista. Ya, orang itu membicarakan tentang penampilan Calista dan Friska. Dia berkata bahwa Calista dan Friska seperti orang tidak berpendidikan.
"Siapa yang membicarakan kalian?" tanya Erick yang menguping pembicaraan antara Calista dan Friska.
"Adik kelas. Katanya dia bilang kalau gue sama Calista kayak orang gak berpendidikan hanya karena rambut kita yang diwarnai," ujar Friska.
Calista berpikir sambil mengatur rencana agar ia bisa memberi teguran kepada adik kelas tersebut.
...****************...
Calista dan Friska sedang menunggu Kevin dan juga adik kelas yang telah membuat keduanya kesal.
Jika kalian bertanya tentang Erick dan Rania, keduanya telah ditugaskan oleh Calista untuk mematikan CCTV, karena mereka takut jika nantinya itu akan menjadi bukti jikalau adik kelas tersebut melaporkan mereka semua.
Calista tersenyum miring sambil memandang gunting yang ia pegang. Rasanya ia ingin cepat-cepat memberi pelajaran kepada adik kelas itu.
Beberapa menit kemudian, Kevin datang bersama adik kelas. Dan dia menarik adik kelas tersebut kehadapan Calista dan Friska.
"Ada apa, Kak?" bingungnya.
Calista mendekatinya, lalu ia tersenyum kepada adik kelas itu. "Nama kamu siapa?"
"Andini, Kak."
Calista menarik dasi Andini dan itu membuat Andini merasa ketakutan.
"Baru kali ini gue mendengar ada adik kelas yang menyebut Kakak kelasnya dengan sebutan tidak berpendidikan," sindir Calista dan itu membuat Andini langsung menundukkan kepalanya.
"Maaf, Kak," ujar Andini sambil menangis.
Calista berjalan dan ia menatap rambut Andini. Ia menggunting rambut Andini dengan emosi yang meluap-luap.
Mood Calista sudah buruk dari semalam, makanya tak heran jika dia begitu emosi.
Disisi lain, Andini hanya bisa pasrah dan menangis. Karena jika ia melawan, ia takut nantinya Calista akan berbuat yang lebih jahat daripada ini.
Kevin menarik Calista, karena dia merasa bahwa Calista cukup banyak memotong rambut Andini. "Cukup, Ta."
Plak!
Friska menampar pipi Andini, karena ia juga sangat kesal kepadanya.
"Kalau gue mendengar lagi lo bicara tentang gue dan sahabat-sahabat gue, gue pastikan lo akan menderita," kata Friska.
"Maaf, Kak," ujar Andini.
"Pergi sana!" usir Friska. Lalu, Andini buru-buru pergi karena ia sangat ketakutan.
Kevin menyuruh Calista untuk duduk di kursi. Lalu, ia memberikan air minum yang memang tadi ia beli sebelum pergi menuju kelas Andini.
Calista meminum air tersebut, setelah itu ia kembali memberikan air minum itu kepada Kevin.
"Ta, ke kantin yuk!" ajak Friska, karena memang dirinya dan Calista belum makan siang.
"Lo aja yang kesana, soalnya gue gak nafsu makan."
Akhirnya Friska meninggalkan Calista dan Kevin di rooftop.
Calista melihat pergerakan Kevin, ia bingung karena Kevin yang memunguti rambut Andini.
"Kenapa dipungut?"
"Kalau gak dipungut, nanti bisa-bisa kita semua ketahuan sama guru."
Selesai memunguti rambut Andini, Kevin langsung membuang rambut itu di tempat sampah. Setelah itu, ia kembali duduk disebelah Calista.
"Sekarang masih kesal gak?" tanya Kevin.
"Udah berkurang sih kesalnya."
"Syukur deh kalau gitu."
Calista merasa heran. Dirinya yang kesal, tetapi entah kenapa jadi Kevin yang merasa lega.
"Oh iya, sekali lagi gue minta maaf ya atas kejadian waktu kemarin," kata Kevin.
"Udah jangan dibahas lagi."
"Gue bahas ini karena gue takut nantinya lo merasa canggung sama gue."
"Gak akan canggung lah. Lagipula gue gak ada perasaan sama lo."
Tak lama, Erick dan Rania datang menghampiri Calista dan Kevin.
"Friska kemana?" tanya Erick.
"Dia pergi ke kantin."
"Gimana tadi? udah balas dendam sama adik kelasnya?" tanya Rania, lalu Calista mengangguk seraya menjawab bahwa dia sudah membalaskan dendamnya.
Kring! Kring!
Bel masuk berbunyi, tetapi Calista sangat malas untuk pergi menuju kelas.
"Ayo ke kelas!" ajak Rania.
"Kalian ke kelas aja, soalnya gue mau bolos."
"Ya udah kalau gitu kita semua bolos aja," kata Erick.
"Jangan! lo semua ke kelas aja, soalnya gue ingin disini sendiri."
Akhirnya Rania dan Erick segera pergi menuju kelas. Sedangkan Kevin, ia masih tetap di rooftop bersama Calista.
"Ke kelas sana!" usir Calista.
"Tanggung. Soalnya ini baru mulai," ujar Kevin yang sedang memainkan game diponselnya.
Udara di rooftop terasa dingin dan itu membuat Calista jadi mengantuk.
...****************...
Saat Calista membuka mata, ia melihat wajah Kevin. Dan ia baru sadar bahwa dirinya tertidur di paha Kevin. Lalu, ia buru-buru bangun dari tidurnya.
"Kok gue bisa tidur di paha lo?" heran Calista.
"Tadi sebenarnya lo tidur sambil menyender ke pundak gue. Tapi karena gue kasihan lihat lo yang kelihatan gak nyaman, jadi gue pindahin posisinya agar lo tidur di paha gue," jelas Kevin.
"Sekarang jam berapa?" tanya Calista agar mengalihkan pembicaraan.
Kevin melihat kearah jam tangannya. "Jam dua belas siang."
Calista memainkan ponselnya, karena sejujurnya ia merasa canggung karena telah tidur di paha Kevin.
Calista mengirim pesan di grup untuk memastikan apakah kelas sudah bubar atau belum. Dan ternyata kelas akan bubar sebentar lagi.
"Vin, gue boleh pulang bareng lo gak? soalnya Pak Budi pulang ke kampung, jadi gue gak ada yang jemput."
"Boleh. Tapi nanti pulangnya gue mau mampir dulu ya."
"Mampir kemana?"
"Ke restoran."
Calista tidak keberatan, karena sejujurnya ia juga malas pulang ke rumah.
"Mau ketemuan sama orang ya?" tanya Calista memastikan.
"Enggak kok."
"Syukur deh kalau gitu. Soalnya kalau ketemu sama orang, takutnya nanti jadi mengganggu."
Beberapa menit kemudian, Friska, Rania dan Erick datang dengan membawa tas milik Calista dan Kevin.
"Ini tas kalian." Erick memberikan tas milik Calista dan Kevin.
"Makasih," ujar Calista dan Kevin bersamaan.
Setelah itu, mereka berlima segera pergi menuju parkiran.
"Kok lo ikut ke parkiran? bukannya biasanya supir lo nunggu diluar gerbang ya?" heran Erick.
"Supir gue pulang kampung, makanya sekarang gue mau pulang bareng Kevin."
"Ran, mau pulang bareng gue sama Calista gak?" tanya Kevin kepada Rania.
"Enggak. Soalnya sekarang gue mau pergi sama teman gue," kata Rania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments